The purpose of this research was to study pyrolysis of glycerol to produce hydrogen using microwave. The use of microwave aimed to produce high temperatures, because pyrolysis require high temperature.The effect of kind of catalyst and microwave power were studied. The catalyst was activated carbon and Ni/HZSM-5.The catalyst of activated carbon was ready to use, whereas Ni/HZSM-5 catalyst was obtained by ion exchange from Na-ZSM-5 with NH 4 Cl and then HZSM-5 was impregnated with metal solution of Ni (NO 3 ) 2 .6 H 2 O. Experiments were conducted by mixing catalyst in the reactor together with glycerol solution of 10% (weight percent) as much as 100 ml. Reactor was made from pyrex and mounted on microwave equipped with a thermocouple. And then, reactor was heated on power of 400-700 Watt during thirty minutes. The reaction produced gases and liquid to be analyzed by chromatography gas.The conclusion stated that microwave could pyrolysis glycerol into hydrogen. By product of this reaction were methanol, allyl alcohol, acrolein and unidentified products. The difference of catalyst produced different product as well. The pyrolysis of glycerol using activated carbon produced conversion of 60 %, while using catalysts Ni/HZSM-5 obtained conversion of 87 %. The reaction produced hydrogen gases was relatively small for both of catalysts that is minimum of 0,59% and maximum of 0,88%.
<p>Hal yang sudah menjadi kesepakatan para peneliti bahwa corak tasawuf yang berkembang di Nusantara<br />dibagi kepada dua kelompok besar; yaitu tasawuf dengan model akhlaki dan tasawuf dengan corak falsafi.<br />Adapun tasawuf dengan corak akhlaki adalah aliran tasawuf yang lebih berorientasi kepada intensitas<br />amaliyah dan lebih bertujuan dalam rangka pembentukan akhlak mulia bagi pengikutnya. Sementara<br />tasawuf dengan corak falsafi adalah aliran tasawuf yang lebih identik dengan pemikiran-pemikiran<br />filosofisnya terutama konsep-konsep tentang Tuhan, makhluk, pencipataan semesta dan sebagainya.<br />Kedua aliran tasawuf ini seakan tidak pernah menemukan titik temu dan kesamaan bahkan sejarah<br />berdarah pernah ditorehkan akibat rivalitas keduanya. Apa yang terjadi dan dialami Hamzah Fanshuri<br />dan pengikutnya di Aceh ataupun Syaikh Siti Jenar di Jawa adalah fakta sejarah yang membuktikan betapa<br />kuatnya rivalitas kedua ajaran ini. Akan tetapi, naskah al-Manhal karya Syaikh Isma’il al-Minangkabawi<br />ternyata memberikan fakta berbeda di mana ajaran tasawuf akhlaki dan falsafi bisa bersatu di Nusantara.<br />Melalui kitab al-Manhal ini Syaikh Ism’ail al-Minangkabawi mencoba melakukan sintesa antara konsep<br />akhlaki dan falsafi dalam bungkus ajaran tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.</p>
This writing aims to provide readers with views on the application of the inquiry learning model with the experimental method during the Covid-19 pandemic. During the pandemic, the government decided to implement online learning which was still less effective in improving student learning outcomes, especially in Physics lessons. Physics lessons are factual lessons, and tend to be calculation activities so that a learning model is needed that allows students to be able to think critically and systematically. This writing uses a literature study by reviewing several articles in national journals. From various journal sources
Kajian ini bertujuan untuk memberikan eksplanasi tentang relasi antara civil society, demokrasi, dan demokratisasi dan menjelaskan kontribusi civil society terhadap demokratisasi. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan library research atau studi kepustakaan. Sumber informasi dari kajian ini adalah dari buku-buku dan jurnal-jurnal hasil penelitian yang dianalisis dengan teori yang relevan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat secara konseptual dan praktikal antara civil society, demokrasi, dan demokratisasi. Civil society mempunyai implikasi yang positif dan negatif terhadap demokratisasi. Implikasi positif dari civil society terhadap demokratisasi ini ketika mampu berperan dalam membawa perubahan dari otoritarianism kepada konsolidasi demokrasi dengan mengambil peran sebagai penyeimbang kekuatan negara, membela kepentingan publik, serta mampu mempengaruhi agenda kebijakan negara untuk kesejahteraan bersama. Sebaliknya, civil society juga mempunyai implikasi negatif apabila didominasi paham etnosentrisme, radikal, dan berorientasi kepada kekuasaan.
Abstrak Sejak reformasi bergulir di Indonesia, terdapat dua kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat. Pada satu sisi, masyarakat berharap bahwa penegakan demokrasi di segala bidang dapat ditegakkan, tetapi di sisi lain, sebagai akibat dari euphoria politik, masyarakat cenderung keluar dari koridor ketatanegaraan dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan karakter masyarakat yang berakal dan beradab. Kecenderungan yang kedua ini muncul karena pilar-pilar bangsa-Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia-telah dinafikan bahkan dilupakan. Tulisan ini mengkaji upaya penegakan empat pilar bangsa sebagai suatu strategi dalam menjaga keutuhan NKRI. Dalam upaya tersebut, langkah utama yang harus dilakukan adalah merevitalisasi secara epistemologis Pancasila lewat kajian-kajian ilmiah di dunia pendidikan. Selain dari itu, konsepsi dan makna dari empat pilar kebangsaan tersebut harus juga diperkenalkan dan dikembangkan dalam wacana publik. Melalui langkah-langkah ini, kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pilar-pilar kebangsaan tersebut dapat diwujudkan tanpa melalui proses pemaksaan dan penggunaan hegemoni kekuasaan. Abstract PRESERVING NATIONAL PILARS AND THE FUTURE OF THE UNITARY STATE OF REPUBLIC OF INDONESIA. Starting from the reformation era in Indonesia, there are two trends developing in the society. On the one hand, people are expecting the enforcement of democracy in all spheres, but on the other hand, as a result of political euphoria, people also tend to get out of the corridors of state regulations and to ignore human values and characters of a rational and civilized society. It is assumed that the second trend emerges as the four nation pillars-i.e the Pancasila, the
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.