Currently, the existence of Kampung Deret Petogogan is due to the Jakarta government's work program, especially in the field of alleviating slum areas. In the past, this region was a slum area and it was the government's vision to transform it. Since 2013, it has been in a neat condition, not only for its occupancy, and also for its infrastructure in the open areas, which consist of parks and neighborhood roads. This research aims to determine the quality of public open spaces, such as parks and neighborhood roads for the residents. This study adopted descriptive qualitative methods, expected to benefit the government for the development of open spaces, and the community maintenance and utilization. The results showed that the democratic and beneficial aspects of the society, and the elements of quality public open spaces were achieved. Also, the productivity of open space utilization was very large. The element of responsiveness to physical and non-physical existence, and the need for infrastructure in an open space needs to be improved by maximizing its quality.
Artikel ini berisi tentang implementasi arsitektur untuk semua pada pemanfaatan ruang terbuka sebagairuang tunggu bagi masyarakat yang berkepentingan/ pengurusan perijinan pada Kantor Walikota AdministrasiJakarta Barat. Kantor Walikota merupakan salah satu wujud kantor pemerintahan sebagai penyedia layanan publikyang tidak terlepas dari ketersediaan ruang tunggu pelayanan, baik ruang tunggu di dalam kantor maupun di luarruangan/ ruang terbuka publik. Aktifitas menunggu di ruang terbuka berada diantara beberapa bangunan denganfungsi berbeda, yakni diantara gedung walikota (PTSP), bangunan parkir, bangunan kantin, taman, Bank DKI.Masyarakat berkumpul pada pada bahu taman, di depan minimarket, di pinggiran selasar dan pinggiran tamandengan beragam aktifitas yang menyebabkan dan menimbulkan keramaian tidak pada tempatnya dan secaar visualmengganggu estetika. Dalam ha ini dapat diidentifikasi butuhnya pengolahan ruang terbuka hijau sebagai saranaruang tunggu guna peningkatan pelayanan di kantor Pemerintahan. Penerapan pengolahan ruang luar secaraarsitektural, mengimplementasikan ilmu arsitektur dapat mengakomodir kebutuhan manusia, penataan lingkungan,bangunan dan penambahan elemen sarana prasarana dapat mencerminkan bahwa arsitektur adalah untuk semua,bukan hanya kalangan tertentu dan kawasan tertentu. Metode yang digunakan adalah deskritif kualitatif sehinggamenggambarkan analisa keadaan dan kebutuhan pada area terpilih dan dapat disimpulkan bahwa penataan secaraarsitektural meberi nilai lebih baik untuk kawasan dan peningkatan kepuasan masyarakat.
This paper explores the importance of implementing green spaces not only horizontally, but also vertically, particularly in residential buildings. Cities around the globe, including Jakarta have planned to provide decent number of open spaces. However, this two-dimensional way of planning is not sufficient in providing living spaces for wildlife. Through literature and case exploration method, this paper argues the importance of green façade implementation of residential buildings.
“Jelantah” as household waste produced from kitchen activities is used frying oil that has been used several times. This used cooking oil is harmful to health because it already contains carcinogens. Carcinogens are substances that can trigger cancer. Body cells will be triggered to become cancer cells. Then, how to handle this used cooking oil? Many residents throw used cooking oil into waterways or sewers. This disposal will undoubtedly have an impact. The impact of environmental pollution, especially on water and soil, is being concentrated by environmentalists. The `` jelantahization” movement is one answer to the solution to this problem. Jelantahization is a RW 11 program so that residents are aware of the health and environmental hazards of used cooking oil. The cooking program is carried out from upstream to downstream, meaning from campaigns, mapping the distribution of residents who have collected used cooking oil, deposited used cooking oil, and made products from used cooking oil. , the use of soap produced from used cooking oil to the packaging of soap from used cooking oil and its marketing. The partner's problem is making a planned, structured, and measurable program whose outcome can be seen for its success. Partners also want assistance on the progress of the implementation of waste cooking oil utilization. This program is carried out together in RW 11, Pekayon Jaya Village, South Bekasi. Partner locations are residential areas that can be classified as urban villages. This PKM is carried out for program development and implementation assistance to obtain measurable results in quantity and quality. The stages were carried out from socialization to residents about the dangers of used cooking oil, both health and environmental hazards, awareness socialization of used cooking waste collection, training on the soap making process, packingABSTRAK:Minyak jelantah sebagai limbah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas dapur yaitu bekas minyak penggorengan yang sudah beberapa kali dipakai. Minyak jelantah ini berbahaya bagi kesehatan karena sudah mengandung karsinogen. Karsinogen adalah zat yang dapat memicu kanker. Sel-sel tubuh akan dipicu menjadi sel-sel kanker. Kemudian, bagaimana penanganan minyak jelantah ini? Banyak warga yang membuang minyak jelantah ke saluran air ataupun ke selokan. Pembuangan ini tentu akan menjadikan dampak. Dampak pencemaran lingkungan terutama pada air dan tanah menjadi konsentrasi oleh pemerhati lingkungan. Gerakan jelantahisasi merupakan satu jawaban untuk solusi permasalahan ini. Jelantahisasi merupakan program RW 11 agar warga sadar akan bahaya kesehatan dan bahaya lingkungan pada minyak jelantah ini. Program Jelantahisasi dilakukan dari hulu ke hilir, artinya dari kampanye, pemetaan sebaran warga yang sudah melakukan pengumpulan minyak jelantah, setor minyak jelantah, pembuatan produk dari minyak jelantah, pemakaian sabun hasil dari minyak jelantah, hingga pengemasan sabun dari minyak jelantah serta pemasarannya. Permasalahan mitra adalah pada pembuatan program yang terencana, terstruktur dan terukur yang outcomenya dapat terlihat jelas untuk keberhasilannya. Mitra juga menginginkan pendampingan progres pelaksanaan Pemanfaatan limbah minyak jelantah. Program ini dilakukan bersama-sama se wilayah RW 11, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan. Lokasi mitra merupakan wilayah perumahan yang dapat digolongkan sebagai kampung kota. PKM ini dilakukan untuk pembuatan program dan pendampingan pelaksanaan hingga mendapatkan hasil yang terukur secara kuantitas dan kualitas. Tahapan-tahapan dilakukan dari sosialisasi ke warga tentang bahaya jelantah baik bahaya kesehatan dan lingkungan, sosialisasi kesadaran pengumpulan limbah jelantah, pelatihan proses pembuatan sabun, packing
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.