The leather tanning industry is one industry that has a high value in Indonesia because this industry is not only for domestic supplies but rather abroad. This industry using primary materials that is water mixed with chemicals. It cause the leather tanning industry produce a lot of waste liquid that can pollute the environtment. Currently, the government in Indonesi has been encouraging the industry to adopt green system and sustainable. In addition, one of export requirement are environtmentally friendly. Realizing these environtmentally friendly industry that must implemented green manufacturing system first. Green manufacturing system can be applied easily if there is a performance measurement and monitoring activities in the manufacturing process. Model SCOR (supply chain operation reference) as a reference in measuring performance and monitoring the activities of manufacturing. The conceptual model in this study begins identifying stakeholders, business process identification, identification of green requirements, identification of green objective and selection of KPI. KPI is defined based on SCOR metrics. After the design of KPI done advanced weighting using AHP method.
Objek pengabdian masyarakat Telkom University bekerjasama dengan CSR PT. PLN (Persero) UPP - JBT 2, adalah usaha rumah tangga yang membuat opak ketan dengan proses secara manual/tradisional. Proses penumbukan masih menggunakan tenaga kerja mulai menumbuk pada jam 01.00 selesai jam 06.00 dengan jumlah beras ketan sebanyak 40 kg yang dimasak menjadi nasi ketan.. Proses pencetakan menggunakan alat cetak 1 operator 1 alat cetak menghasilkan 1 kepang opak ketan basah. Proses pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari, memerlukan lahan yang cukup luas, kurang higienis, bila hujan tiba repon menyelamatkan jemuran serta bila cuaca mendung, tidak akan bias mengeringkan opak ketan basah, begitupun malam hari tidak bias berproduksi. Pematangan makanan dengan cara pematangan, dimana makanan diletakkan di atas kawat ram yang diletakkan di atas tungku bara api, 1 orang 1 alat pematangan dan maksimum 40 keping opak ketan kering per pematangan dengan waktu rata-rata 9 menit. Kualitas opak ketan yang dihasilkan sangat bergantung dari ketrampilan karyawan dan ketepatan saat menumbuk nasi ketan, mencetak, mengeringkan dan membolak-balik opak agar memperoleh hasil yang baik, dalam kenyataannya kualitas opak hasil pematangan bervariasi. Selain itu hasil produksi yang terbatas, menyebabkan permintaan yang tinggi dari pelanggan sering tidak dapat dipenuhi oleh pengrajin opak tersebut. Guna mengatasi masalah tersebut, maka tim pengabdian masyarakat Telkom University, membuat dan mendesiminasikan mesin penumbuk nasi ketan dengan metode transmisi, alat pencetak opak ketan dengan system noken as, oven multi produk dengan sistem udara panas dan mesin pematangan opak ketan dengan metode roller. Mesin penumbuk dengan metode transmisi dapat menumbuk nasi ketan sebanyak 4 kg dalam waktu 6 menit. Alat cetak dengan sistem noken as dapat mencetak 8 keping opak ketan basah dalam satu kali pencetakan. Oven multi produk dengan sistem udara panas dapat mengeringkan opak ketan sebanyak 400 keping opak dalam waktu 25 menit. Mesin pematangan opak ketan dengan metode roller dapat mematangkan opak ketan sebanyak 800 keping opak ketan dalam kurun waktu 15 menit. Pemanfaatan mesin produksi opak ketan, dapat meningkatkan kualitas, produktivitas, ekonomis dan kontinyuitas produksi, sehingga permintaan akan opak ketan dapat terpenuhi.
Adanya tuntutan standarisasi lingkungan untuk ekspor barang membuat industri penyamakan kulit harus memperhatikan setiap aktivitas bisnis yang ada dengan dampaknya terhadap lingkungan. Selain itu, industri penyamakan kulit juga menjadi sorotan pemerintah dikarenakan limbahnya yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Tekanan untuk standarisasi lingkungan dan minimalisir limbah mendorong industri penyamakan kulit untuk meningkatkan kinerjanya terhadap lingkungan. Peningkatan kinerja terhadap lingkungan harus dilakukan pada setiap organisasi yang ada di perusahaan dengan mengintegrasikan supply chain management dengan aspek lingkungan yang dikenal dengan konsep green supply chain management. Green supply chain management dapat terwujud jika semua proses bisnis yang ada telah menerapkan konsep yang ramah lingkungan, mulai dari green procurement, green manufacturing, green sales and distribution, dan green reverse logistic. Pada penelitian ini akan difokuskan pada penerapan green procurement di PT. ELCO, salah satu industri penyamakan kulit yang terletak di kota Garut. Penelitian ini bertujuan untuk merancang konsep green procurement menggunakan model supply chain operations reference (SCOR). Model SCOR yang digunakan adalah model yang telah dikembangkan dengan menambahkan beberapa pertimbangan terkait dengan lingkungan pada aktivitas bisnis yang ada didalamnya dan dikenal dengan model green SCOR. Hasil dari model ini berupa key performance indicator (KPI) yang telah diberi bobot dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP), terdiri dari dua level dengan enam green objective dan sebelas KPI.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.