<p>Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut dan merupakan cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang dilewati oleh sungai Bengawan Solo. Hal tersebut menyebabakan Kota Surakarta memiliki potensi untuk terjadinya bencana banjir. Maka dari itu, perlu adanya suatu manajemen risiko bencana banjir untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan dari bencana tersebut. Manajemen risiko banjir tersebut salah satunya adalah dengan mitigasi struktural berupa pembuatan sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengadaan alat sistem peringatan dini. Penelitian ini berfokus kajian pada kajian tingkat efektivitas dari infrastruktur penanganan risiko bencana banjir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaji efektivitas dari infrastruktur perkotaan dalam penanganan risiko banjir yang ada di Kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah dengan deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari infrastruktur pengendali banjir di Kota Surakarta menunjukkan pada tingkat kurang efektif. Komponen infastruktur tanggul, bendung, dan sudetan sudah efektif menurunkan risiko kejadian (luasan, tinggi banjir, waktu kejadian) banjir dari tahun 2007 hingga tahun 2016. Namun, <em>early warning system</em> bencana banjir yang ada di Kota Surakarta menunjukkan pada hasil tidak efektif karena alat ini belum merata dan belum dapat menjangkau seluruh kawasan rawan banjir. Saat ini, banjir di Kota Surakarta sudah dapat dikendalikan, namun masih bermasalah dengan terjadinya genangan.</p>
<p><em>Solo Baru </em><em>region</em><em> has a very strategic location and were originally intended for residential areas, but then experienced a rapid development of economic activities. The development of economic activity is the most visible trade activities and services that continue to increase precisely since 2002. The development of trade and services activities is of course have an influence on land use changes that occur rapidly in Solo Baru </em><em>r</em><em>egion. Based on these issues, the formulation of the problem in this research is how the influence brought about by the development of the activity of trade in services to changes in land use. In line with these problems, this study aims to determine the effect of the development of trading activities and services to changes in land use Solo Baru Region. The method used is quantitative descriptive to determine the level of development to later described spatially. These results indicate that the development of trade and services activities has encouraged the development of other activities either similar activities (commercial) as well as supporting activities (housing, public services, and industry) so the impact on the provision of land. The need for this land that drives the changes in land use, both in terms of area, intensity, and land use patterns are formed. Developments are vertically making it more influential in the development of land compared to the intensity of the land area. Besides land development patterns that are formed are random pattern of development as the region woke formed does not have a specific shape (sporadic) and develop segmental.</em><em></em></p><p> </p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Activities Development, Trade and Services Activity, Land Use Change</em></p>
<p><em>The development of city at this time tend to increase rapidly with the growing of built-up area as happened in Solo Baru Region. Then, appears compact city concept, The concept focuses on centralizing development in an area which is able to maximize the available land in the form of intensification of land use in a way that diverse land use in order to protect the environment (nature) vicinity of the possibility turned into urban areas. Meanwhile, urban compactness is a method for measuring how compact the region. This research was conducted by the administrative border of villages in Solo Baru Region. </em><em>The problem in this research how was </em><em>the influence of urban compactness toward the level of green space availability </em><em>in Solo Baru Region? </em><em>The purpose of this study was to determine the influence of urban compactness toward the level of green space availability. Methods for determining urban compactness with assessing of three variables, namely the density, mixed-use and public transportation. While the level of availability of green space views based on availability to the population and territory. The method used the descriptive-quantitative analysis using scoring and descriptive-spasial. The results showed there is an influence on the level of urban compactness towards green space availability. The level of urban compactness influence on the green space availability was high in 2002 and also high in 2016. This research recommendations in the planning area is the availability of green space should be increased in prone compaction areas.</em><em></em></p><p align="left"><strong><em>Keywords</em></strong><strong><em>: </em></strong><em>compact city, urban compactness, </em><em>level of green space availibility</em></p>
<p class="Abstract">Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering melanda permukiman. Adanya kebakaran dapat memberikan kerugian terutama kerugian material. Kawasan permukiman yang sering dilanda kebakaran pada umumnya merupakan kawasan permukiman padat. Salah satu provinsi dengan kawasan permukiman padat yang cukup banyak yaitu Provinsi DKI Jakarta. Tercatat 1.471 kejadian kebakaran di DKI Jakarta pada tahun 2018. Kecamatan dengan angka kebakaran tertinggi di DKI Jakarta yakni Kecamatan Tambora. Pada tahun 2018, kejadian kebakaran di Kecamatan Tambora dapat mencapai 45 kejadian kebakaran. Penyebab utama kebakaran didominasi oleh masalah jaringan listrik. Penyebab utama kebakaran yakni masalah jaringan listrik dan kepadatan wilayah yang sangat tinggi. Kemudahan memperoleh prasarana kebakaran dan menuju titik kebakaran menjadi hal yang penting dalam proses pemadaman api. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran di permukiman padat Kecamatan Tambora, salah satunya tingkat aksesibilitas sumber air untuk penanggulangan kebakaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis buffer, skoring, dan deskriptif. Data untuk melakukan analisis diperoleh dari kegiatan observasi lapangan, kuisioner dan wawancara, serta dokumen institusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 82% dari luas kawasan Kecamatan Tambora memiliki tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran yang rendah, dan 18% lainnya dengan tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran sedang. Tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan prasarana sumber air penanggulangan kebakaran berupa hidran dan adanya sisi sungai yang tidak dapat diakses oleh masyarakat setempat.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.