AbstrakKajian ini membahas tentang realitas dilema sistem pendidikan masyarakat modern yang terjadi di Indonesia. Sekolah sebagai lembaga resmi pendidikan menjadi satu bukti nyata gagalnya pendidikan di republik ini. Pada dasarnya, sekolah bertujuan untuk mendidik peserta didiknya menuju manusia yang cerdas dan mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Tetapi, pada kenyataannya pendidikan malah menjadikan manusia sebagai makhluk yang bodoh dan tertindas. Secara metodologis, kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data dan informasi. Data yang sudah terkumpul dianalisa dan diintepretasikan untuk kemudian diambil sebuah kesimpulan. Berdasarkan sumber yang akurat, kajian ini membuktikan hipotesa dilema pendidikan masyarakat modern dengan menyajikan lima kasus utama dalam dunia pendidikan, yaitu adanya kurikulum yang tidak manusiawi, banyaknya kasus bunuh diri dan kekerasan terhadap pelajar, sekolah elit hanya dijadikan komoditas bisnis, buruknya hubungan antara guru, siswa, dan OSIS, dan tidak bermafaatnya kegiatan-kegiatan ekstra sekolah. Karena itu, sekarang saatnya kita menerapkan sistem pendidikan yang sesuai dengan realitas budaya multikultur di Indonesia serta hakikat dari pendidikan itu sendiri.Kata kunci: sekolah, dilema pendidikan, masyarakat modernAbstractThis study scrutinizes on the dilemma of educational system of modern society in Indonesia. The Educational institution so called “School” is a true evidence for this phenomenon. Ideally, the school could be educating their participants as a diligent human who know between true or false. Yet, in fact the participants continuously become a foolish and oppressed human. Methodologically, to conduct data and information, the study employs a qualitative approach as methodology as well as documentation and interviews as a technique of data-gathering. The collected data then is analyzed and interpreted descriptively to get a proper conclusion. Based on the reliable sources, this study provides five cases that took place in the Indonesia’s education world. First is the unhumanist curriculum. Second are cases on the student suicide and the violence toward the student. Third is the reality of elite school as a business commodity. Fourth is the poor relationship between educators, students, and the student organization. Fifth is inexpediency of school programs for the students. Eventually, we must materialize a proper education system for Indonesian multiculturalism culture based on the essence of education.Keywords: school, educational dilemma, modern society
Tulisan ini mengkaji motif politikdalam kasuskelahiran dan pembentukan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi). Kemunculannya dinilai oleh tiga motif politik: motif insentif material, insentif solidaritas, dan insentif idealisme.Sementara pembentukan diukur oleh struktur kesempatan politik, mobilisasi, dan framing. Secara metodologis, ini adalah penelitian kualitatif dengan menerapkan dua teknik pengumpulan data, yakni wawancara mendalam dan dokumenter. Temuan penulis menunjukkan bahwa di antara tiga motif, insentif solidaritas dapat dibuktikan sebagai faktor penentu yang mempengaruhi munculnya Garbi. Sementara itu, framing adalah struktur yang mendominasi satu dengan lainnya. Ini menunjukkan bahwa Garbi bukan hanya gerakan elit karena kekuatan solidaritas yang murni berasal dari pengikutGarbi di akar rumput. Dengan memanfaatkan strategi framing, formasi Garbi bisa mendominasi persepsi publik.
Using literature review and in-depth analysis, the study is going to examine the comparative perspective between Islam and the West in addressing two main public issues, i.e. religious tolerance and gender equality. More specifically, this study will provide the policy, agenda and strategy of Islam and good governance in coping with those two issues. Therefore, the finding of the study is that Islam and good governance precisely have no distinctive concept, policies, agendas and strategy. In contrast, both of them obviously agree that religious tolerance and gender equality is important for human life sustainability. The result, Muslim communities have to disseminate the notion of the compatibility between Islam and good governance to the world.Menggunakan review literatur dan analisis mendalam, penelitian ini akan menguji perspektif komparatif antara Islam dan Barat dalam menjawab dua masalah umum utama , yaitu toleransi beragama dan kesetaraan gender . Lebih khusus, penelitian ini akan menyoroti kebijakan, agenda dan strategi Islam dan pemerintahan yang baik dalam menjawab dua masalah di atas. Temuan Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 5, no.2 (2015), pp. 163-193, doi : 10.18326/ijims.v5i2.163-193 IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, Volume 5, Number 2, December 2015: 163-193 164 studi ini adalah bahwa Islam dan pemerintahan yang baik justru tidak memiliki konsep yang khas, kebijakan, agenda dan strategi. Sebaliknya, keduanya jelas menyepakati bahwa toleransi beragama dan kesetaraan gender penting untuk keberlanjutan kehidupan manusia. Hasilnya, masyarakat Muslim harus menyebarluaskan gagasan kompatibilitas antara Islam dan pemerintahan yang baik kepada dunia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.