in its writing, inclusion of information, improper prescription, and even incorrect prescription. The impact of these errors can lead to several factors that can be detrimental, ranging from the inaccuracy of drugs given to certain individuals, errors in measuring the dose given, or incompatibility of drugs with certain patients so that it can result in disability or death. This study aims to determine the completeness of outpatient prescriptions according to prescribing SOP compliance served in the internal disease polyclinic of MM Indramayu Hospital. This study used a descriptive method which was carried out retrospectively using activity data for the period January - December 2020. Sampling was carried out using the Slovin formula and obtained 380 recipes. Based on the data collection and analysis carried out in this evaluation, it can be seen that the administrative completeness of prescriptions that meet the requirements are (74.73%), while the administrative completeness of prescriptions that do not meet the requirements are (25.26%). Administrative documents that meet the criteria are Signature, Incryptio, Invocation, Patient Name and Age (100%), while other administrations are Praescriptio/Ordonatio (28.68%), Subscriptio (45.26%), and Address (75.78%). From this evaluation, it can be concluded that many outpatient prescriptions meet the completeness aspect of the prescription SOP at MM Indramayu Hospital. However, improvements in prescribing need to be done so that there are no prescriptions that do not meet the requirements. This can be done by reviewing doctors to be more thorough and clear in prescription writing, communication between pharmacists and doctors or medical audits of prescription writing
Latar Belakang : Diabetes merupakan penyakit yang prevalensi serta insidensinya mengalami peningkatan diseluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya jumlah penyandang Diabetes Melitus yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan obat Antidiabetes, mengingat banyaknya pasien diabetes melitus dari rekanan PT X di Apotek Kimia Farma 167 Cimahi. Sehingga Apotek Kimia Farma 167 dapat memenuhi kebutuhan obat antidiabetes pasien dan pasien dapat mengkonsumsi obat secara kontinyu. Metode : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Hasil : Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Kimia Farma 167 Cimahi, dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Kesimpulan : Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi persediaan berdasarkan analisis pareto, analisis pareto memfokuskan pada persediaan yang bernilai tinggi (critical ) daripada yang bernilai rendah (trivial).
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Penyakit ini termasuk mematikan di negara berkembang. Melihat masih tingginya kasus tetanus di negara berkembang serta untuk memberikan pelayanan terbaik dan pengobatan efektif terhadap pasien yang terkena penyakit tetanus, maka diperlukan optimalisasi pada proses pembuatan serum anti tetanus, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas serum yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi waktu inkubasi dan konsentrasi pepsin pada aktivitas produksi serum anti tetanus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software khusus densitometri Design of Experiment (DoE) dengan metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Elektroforesis (SDS PAGE) bahwa konsentrasi optimum didapatkan pada sampel anti tetanus ke-7 dengan konsentrasi pepsin sebesar 0,18 % dalam waktu inkubasi 5 jam.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Penyakit ini termasuk mematikan di negara berkembang. Melihat masih tingginya kasus tetanus di negara berkembang serta untuk memberikan pelayanan terbaik dan pengobatan efektif terhadap pasien yang terkena penyakit tetanus, maka diperlukan optimalisasi pada proses pembuatan serum anti tetanus, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas serum yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi waktu inkubasi dan konsentrasi pepsin pada aktivitas produksi serum anti tetanus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software khusus densitometri Design of Experiment (DoE) dengan metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Elektroforesis (SDS PAGE) bahwa konsentrasi optimum didapatkan pada sampel anti tetanus ke-7 dengan konsentrasi pepsin sebesar 0,18 % dalam waktu inkubasi 5 jam.
Telah dilakukan penelitian Profil Penggunaan Obat Hipertensi Pada Pasien BPJS Rawat Jalan di Instalasi Farmasi di Rumah Sakit x sukabumi jangka waktu 5 april s/d 31 mei 2021. Latar belakang dari penelitian ini adalah meningkatnya prevalensi penderita penyakit kronis dibanding penyakit non kronis dalam penelitian ini penyakit kronis dikhususkan pada hipertensi. Adapun tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang profil penggunaan obat anti hipertensi pada pasien rawat jalan yang menggunakan BPJS dengan metode penelitian yang digunakan deskriptif retrospektif yaitu dengan mengambil data sekunder yang bersumber dari resep pasien rawat jalan BPJS pada waktu yang telah ditentukan dikhususkan yang menderita hipertensi dan dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, usia, golongan obat, jenis obat dan jumlah obat pada resep. Pasien rawat jalan BPJS yang menderita hipertensi terbanyak adalah laki - laki yaitu sebanyak 198 orang (53,37 %), usia penderita adalah diatas 55 tahun (70.35%), golongan anti hipertensi yang paling banyak digunakan adalah penghambat ACE (42,24%) dan yang paling sedikit adalah nitrat (0,9%), jenis anti hipertensi yang paling banyak diresepkan adalah amlodipine yaitu sebanyak 147 item (33,03%) dan yang paling sedikit adalah diltiazem yaitu sebanyak 3 item (0,67%), jumlah item anti hipertensi yang paling banyak diresepkan adalah satu item antihipertensi (82,21%).
Antibiotics should be used according to the regimen prescribed by a doctor or pharmacist to prevent resistance. Patients after an outpatient clinic may have problems with adherence to antibiotics. This study aims to understand the safe and rational use of antibiotics in the treatment of dental infectious diseases at a dentist's office in Bandung. Collecting data using a retrospective approach based on the order in which the patient took antibiotics and then classified according to the type, class, dose and duration of antibiotic administration. There are three types of antibiotics used, namely amoxicillin, cefixime, and lincomycin. The antibiotics used were in 3 groups, namely penicillins, gene-III cephalosporins, and other antibiotics. The most common dose of the antibiotic amoxicillin is 500 mg up to 3 times a day. The results showed the use of 3 antibiotics, namely amoxicillin, cefixime and lincomycin.
Latar Belakang: Resep adalah alat paling penting yang dimiliki pasien sebelum menerima obat. Apoteker memegang peranan penting dalam pengelolaan kefarmasian dan kefarmasian, untuk itu apoteker wajib melakukan proses penyaringan resep selama proses pelayanan resep. Skrining resep atau review resep adalah kegiatan apoteker dalam menanggapi resep, termasuk review pengiriman obat, penerapan obat, dan penilaian klinis. Tujuan: Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui kelengkapan komponen-komponen resep di RSAU Lanud Sulaiman Bandung periode Mei 2021 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif retrospektif berdasarkan data resep dari Rumah Sakit Udara Suleiman Bandung. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 86 sampel. Teknik analisis data dikelompokkan dan diringkas untuk menemukan semua resep dokter yang memenuhi kriteria lengkap dan tidak lengkap, yang dievaluasi dalam penelitian ini sebagai (1) skor untuk resep lengkap dan (0) skor untuk resep tidak lengkap. HASIL: Penelitian mencapai 86,1% hasil yang menunjukkan resep lengkap dan 13,9% resep tidak lengkap, termasuk Inscriptio, Invocatio, Prescriptio, Subscriptio, dan Pro. Kesimpulan: Berdasarkan dari hasil penelitian evaluasi skrining kelengkapan resep pasien BPJS rawat jalan di RSAU Lanud Sulaiman Bandung, dapat disimpulkan 86,1% resep lengkap dan 13,9% resep tidak lengkap. Dalam hal inscriptio menunjukan persentase 93% resep lengkap dan 3% resep tidak lengkap, invascatio 100% resep lengkap dan 0% resep tidak lengkap, prescriptio 100% resep lengkap dan 0% resep tidak lengkap, kemudian subscriptio 79% resep lengkap dan 21% resep tidak lengkap, yang terakhir dalam hal pro 95% resep lengkap dan 5% resep tidak lengkap.
Latar Belakang: Pelayanan medis menuntut terselenggaranya pelayanan yang bermutu di bidang kesehatan. Layanan luar biasa terbukti dari tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakannpenilaianndari seseorang antarrkinerja pelayanan yanggdirasakan danndiharapkan. Jika pasien sering merasa tidak puas maka mutu pelayanan harus di tingkatkan. Tujuan: Penelitiannini bertujuan untukkmengevaluasi tingkat kepuasannpasien BPJS rawat jalan terhadapppelayanan kefarmasian. Dan mengetahui hubungan anatara karakteristik responden terhadap tingkat kepuasan pasien Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik untuk mencari hubungan antara variabel, Dengan menggunakan metode potong lintang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan resep BPJS rawat jalan yang masuk. Sampel yang dipakai sebanyak 93 responden. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan hasil presentase responden merasa sangat puas pada dimensi kehandalan dengan presentase sebanyak 89,7%, responden merasa sangat puas pada dimensi ketanggapan dengan presentase sebanyak 88,3%, responden merasa sangat puas pada dimensi empati dengan presentase sebanyak 88,8%, responden merasa puas pada dimensi berwujud dengan presentase 81,6%, dan pada dimensi jaminan responden merasa sangat puas dengan presentase 88,6%. Pada karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pekerjaan dan edukasi) didapatkan p-value > 0,05 yang menunjukkan tidak ada keterkaitan antara karakteristik dengan tingkat kepuasan pasien. Kesimpulan: Secara kesuluruhan kepuasan pasien BPJS rawat jalan dengan standar pelayanan kefarmasian di RSAU Lanud Sulaiman Bandung pada semua dimensi mendapatkan kategori sangat puas dengan keseluruhan persentase 87,4%. Tidak ada keterkaitan yang bermakna antara karakteristik responden dengan tingkat kepuasan pasien.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.