Background: Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a persistent inflammatory disease of the middle ear and mastoid cavity caused by pathogenic infection. CSOM has a fairly high incidence in developing countries and is the main cause of acquired hearing loss in children. Tumor necrosis factor alpha (TNF-α) is a significant inflammatory mediator in CSOM. This study aimed to analyze TNF-α levels in ear discharge and blood serum in active phase CSOM caused by Gram-positive and Gram-negative bacteria.Materials and Methods: This research was an analytical observational study with a cross sectional design. Blood serum and ear discharge from CSOM patients were used in this study. Blood serum and ear discharge TNF-α levels were measured using enzyme-linked immunosorbent assay.Results: From 26 CSOM subjects, 13 subjects were infected with Gram-positive bacteria and the 13 others were infected with Gram-negative bacteria. The majority of the subjects were male (53.8%) with an age range from 36-45 years (42.3%). The most common species of bacteria was Pseudomonas aeruginosa. Blood serum and ear discharge TNF-α levels were higher in samples that contained Gram-positive bacteria.Conclusion: TNF-α levels in active phase CSOM caused by Gram-positive bacteria are higher than those which are caused by Gram-negative bacteria.Keywords: chronic suppurative otitis media, TNF-α, gram-positive, gram-negative
<p class="Abstract">ABSTRAK</p><p class="AbstractNormal"><strong>Pendahuluan: </strong>COVID-19 merupakan infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Prevalensi kasus COVID-19 di Indonesia pada akhir tahun 2020 mencapai 750.000 kasus dan terus meningkat hingga saat ini. Manifestasi klinis yang dialami oleh pasien COVID-19 cukup beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis telinga hidung tenggorokan (THT) pasien SARS CoV-2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.</p><p class="AbstractNormal"><strong>Metode:</strong><strong> </strong>Penelitian <em>cross-sectional </em>melibatkan 316 pasien terkonfirmasi SARS-CoV-2 positif di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah selama April sampai Juni 2021. Dilakukan pemeriksaan PCR untuk melihat status infeksi SARS-CoV-2 dan anamnesis untuk melihat gambaran klinis telinga hidung tenggorokan pasien menggunakan kuesioner. Data univariat dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.</p><p class="AbstractNormal"><strong>Hasil:</strong><strong> </strong>Secara umum, distribusi empat gejala THT terbanyak pada pasien terinfeksi SARS-CoV-2 berturut-turut adalah nyeri tenggorok (21.52%), hilang penciuman (11.71%), hilang rasa pengecapan (10.44%), dan hidung tersumbat (9.18%). Gejala non-THT yang terbanyak ditemukan meliputi demam (73.73%) dan batuk (57.91%). Keempat gejala THT terbanyak tersebut juga ditemukan pada usia 15-64 tahun, kecuali pada usia ≥65 tahun dimana gejala sakit kepala (3.17%) merupakan gejala terbanyak kedua setelah nyeri tenggorok. Tidak ditemukan gejala hidung tersumbat pada usia ≥65 tahun. Gejala THT terbanyak pada pasien pria terinfeksi SARS-CoV-2 berturut-turut adalah nyeri tenggorok (9.82%), hilang penciuman (4.75%), hidung tersumbat (4.44%), dan hilang pengecapan (2.85%). Sementara itu, gejala THT terbanyak pada wanita terinfeksi SARS-CoV-2 berturut-turut meliputi nyeri tenggorok (11.07%), hilang pengecapan (7.59%), hilang penciuman (6.96%), dan hidung tersumbat (4.74%).</p><p class="AbstractNormal"><strong>Kesimpulan: </strong>Gambaran klinis telinga hidung tenggorokkan pasien terinfeksi SARS-CoV-2 yang paling sering muncul berturut-turut adalah nyeri tenggorok, hilang penciuman, hilang pengecapan, dan hidung tersumbat. Frekuensi gejala ini bervariasi akibat banyak faktor, diantaranya adalah umur dan jenis kelamin.</p>
Latar belakang: Alat musik drum merupakan alat musik yang memiliki nilai kebisingan. Instruktur drum dapat terpapar bising yang tinggi, sehingga dapat mengalami gangguan pendengaran. Tujuan: Mengetahui hubungan antara lama paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada instruktur drum di Surakarta dan sekitarnya. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah obervasional non experimental dengan desain cross sectional pada 71 instruktur drum di 14 sekolah musik di Surakarta. Sampel berupa hasil pemeriksaan audiometri nada murni yang dilaksanakan di studio musik kedap suara dengan NAB kurang dari 40 Dba SPL. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil analisis statistik bermakna bila didapatkan nilai p=0,001<0,01. Hasil: Pada rerata tingkat kebisingan yang terukur dengan alat Sound Level Meter di 14 sekolah musik di Surakarta. Pada saat memainkan drum adalah sebesar 111,48±3,84 dB. Terdapat responden dengan durasi ≤2 jam tanpa GPAB sebanyak 10 orang (14,1%) dan paling banyak terjadi dengan GPAB pada durasi >4 sampai dengan 6 jam sebanyak 38 orang (51,2%). Nilai p=0,001<0,01 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara durasi dengan GPAB pada instruktur drum dengan coefficient of contingency CC sebesar 0,687 (68,70%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara lama paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada instruktur drum. Background: Drum is one of musical instruments producing a high level of noise. Drum instructors are exposed to this loudness, which might give them a high risk of hearing impairment. Objective: To investigate the correlation between loudness exposure time and hearing impairment of drum instructors in Solo area. Methods: This was an observational non experimental research using cross sectional design on 71 drum instructors in 14 music schools in Surakarta. The samples were the result of pure tone audiometry examination conducted in a soundproof music studio with NAB less than 40 Dba SPL. Data were analyzed using Chi Square statistical tests. The results of statistical analysis were significant if p = 0.001 <0.01. Result: The average noise level measured by a Sound Level Meter tool in 14 music schools in Surakarta, while playing the drum was 111.48 ± 3.84 dB. There were respondents with a duration of ≤ 2 hours without Noise Induce Hearing Loss (NIHL) as many as 10 people (14.1%), and the highest occurence with NIHL was at a duration of >4 to 6 hours as many as 38 people (51.2%). The value of p = 0.001 <0.01, revealed that there was a significant correlation between the duration of noise exposure and NIHL in drum instructors with coefficient of contingency (CC) of 0.687 (68.70%). Conclusion: Noise exposure time was correlated with hearing impairment in drum instructors.
Pendahuluan: Salah satu kejadian ISPA yang sering ditemui di masyarakat adalah tonsilitis. Prevalensi kasus tonsilitis kronik menurut data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi tahun 2012 menempati posisi tertinggi kedua (3.8%). Tonsilitis kronik dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Tonsilitis dapat ditemukan di segala usia, namun paling sering dialami oleh usia anak-anak sehingga sering menjadi subjek penelitian, sedangkan untuk usia dewasa masih cukup terbatas dan belum ada perbandingannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross-sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 30 sampel penderita tonsilitis kronik berusia 5-35 tahun dengan consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner SF-36 dilakukan di Poliklinik THT RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit UNS, dan RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan Juli sampai September 2022. Metode analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Hasil: Variabel usia dan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik memiliki hubungan yang negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (r=-0.278). Semakin bertambahnya usia maka kualitas hidup semakin menurun. Namun secara statistik, kedua variabel tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value=0.137). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.