This paper is concern with Indonesia lecturers' performances on teaching and research activities. Particular attention is given to look at teaching and publication performances after a various compensation schemes introduced since 2008. The study began with developing the instruments integrating lecturer's characteristics and academic activities; i.e., including teaching, research, and time allocation. Around 54.000 of lecturers of higher system in Indonesia registered as permanent staffs of universities received certification. The questionnaire forms were digitally filled. This study shows there is a tendency of increase number of working hours of lecturers for teaching process. Publication index is slightly improved after certification and compensation schemes are introduced. Large variations of publication index are observed according to country where doctoral graduate is finished. This study implies that there is a limited improvement of research activities, particularly after the implementation of lecturer compensation policy. This study is ended with a conclusion.

Waves are an alternative energy source that can be used for electricity generation. Wave Energy Converter (WEC) system in perforated breakwater is potentially applicable WEC system for coastal area. The magnitude of wave energy generated is determined by the volume of sea water inside the perforated breakwater. This volumetric flow rate is calculated using the flow velocity at perforated holes on the structure slope. Therefore, this research aims to study the velocity magnitude by analyzing the interrelation among wave steepness, wave run-up and relative velocity. The method used consists of applying numeric 3D flow model in the perforated structure of the breakwater with the variation of wave height, wave period and structure slope. The result shows that, the steeper the structure, the bigger is the relative run up (Ru/H). The higher the relative run up, the higher are the relative run-up velocities (V/Vru). As the velocity increase, the volumetric flow rate inside perforated breakwater will be higher, which leads to higher wave energy. Hence, it can be concluded that the higher the velocities (V/Vru), the higher is the wave energy generated.

Unlike for the bounded domain, the minimum fluidization velocity of the unbounded fluidization domain has not been well developed. The aimed of the research is to formulate the minimum jet (holes) velocity (voc) theoretically and experimentally as the criteria for unbounded domain fluidization. Physical experiments were conducted for bounded and unbounded fluidizations of 20 cm to 45 cm thickness of sand bed. The bounded fluidization was carried out using a transparent vertical tube, whilst the unbounded fluidization was conducted on a transparent box. The fluidization discharge and pressure were measured. Empirical equations on jet holes velocity based on the experiment was developed. It was found that voc depends on the required superficial velocity at the surface of sediment deposit (vc) and flow rate loose factor () due to unbounded domain conditions. The vc is greater than the minimum fluidization velocity in bounded domain (vmf). The conservative values of velocity conversion factor (ks) were found to be approximately 2.0.

Masalah utama di daerah pantai adalah erosi pantai yang terjadi akibat gempuran gelombang serta pembangunan konstruksi yang tidak akrab lingkungan. Salah satu usaha pengembangan daerah pantai yang sedang dan telah dilaksanakan adalah pembangunan pantai buatan (artificial beach nourishment). Pada tulisan ini disajikan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik gelombang (tinggi gelombang H, periode gelombang T dan panjang gelombang L) terhadap Equilibrium Beach Profile (EBP) atau final slope (n f ) (profil) yang terbentuk terutama pada area swash zones. Uji model fisik 3-D dilakukan terhadap material penyusun pantai berupa pasir (d 50 = 0,467 -1,2 mm), dengan bangunan pelindung berupa gabungan groin I dan L. Model pantai pasir di tempatkan pada kolam gelombang, dengan initial slope (n = 6) dan dikenai gelombang reguler konstan hingga kondisi EBP tercapai. Untuk setiap model uji dilakukan variasi tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T).Hasil penelitian menunjukkan EBP atau profil kemiringan stabil yang terbentuk dipengaruhi oleh karakteristik gelombang. Pada area terbuka, semakin besar H 0 /L 0 , profil yang terbentuk akan bergeser dari swell profile menjadi storm profile, yang ditunjukkan oleh terjadinya bar. Jika H 0 /L 0 semakin besar, pantai akan semakin tegak (nilai n f semakin kecil), hal ini identik dengan hasil penelitian 2 D dan studi kasus di pantai Sanur, Bali yang dilakukan Setyandito dkk. (2010) serta kajian teoritis dari penelitian sebelumnya. Landai akhir, n f yang terbentuk pada area terbuka pada hasil penelitian ini memiliki nilai 3 hingga 12.Kata kunci: profil kemiringan, pantai pasir buatan, uji model fisik, penanggulangan erosi, pendukung konservasi lingkungan daerah pantai

Rendahnya hasil siswa Indonesia pada studi internasional sudah umum menjadi konsumsi publik. Setiap kali hasil TIMSS diumumkan, ranking serta skor adalah fokus utama. Namun, diagnosa mendalam untuk menyelami penyebab rendahnya capaian masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali salah satu faktor kesalahan umum yang terjadi pada siswa di jenjang pendidikan dasar, khususnya bidang studi matematika. Faktor yang ditelaah adalah (1) buku teks yang digunakan pada pembelajaran dan (2) soal-soal penilaian tingkat kelas yang lazim digunakan. Kesalahan umum dideteksi melalui analisis kuantitatif, sedangkan faktor yang memengaruhi didiagnosis dengan telaah kualitatif. Respon dari sampel 4024 siswa SD/MI kelas 4 pada studi Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2015 digunakan untuk analisis kuantitatif. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan siswa terkecoh dan memilih distraktor soal matematika yang sama. Terkecohnya siswa menunjukkan terjadinya kesalahan konsep nilai tempat. Siswa rancu antara nilai tempat, tempat bilangan, dan nilai bilangan. Diskusi kelompok terpumpun untuk menelaah substansi terhadap buku teks menunjukkan terjadinya simplifikasi penjelasan topik nilai tempat. Sedangkan review soal-soal topik nilai tempat pada penilaian kelas mengindikasikan bahwa secara umum, model pertanyaan menggiring hanya pada satu perspektif. Disarankan penggunaan konteks kehidupan sehari-hari untuk topik nilai tempat pada buku teks sehingga siswa mudah memahami konsep yang benar. Selain itu, penggunaan beragam stimulus untuk menilai pemahaman konsep siswa tentang nilai tempat juga diperlukan untuk meluruskan kesalahan konsep yang terjadi.