Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan berkaitan dengan tingkah laku ikan yang menyukai cahaya. Lampu yang digunakan adalah lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) dan Light Emitting Diode (LED). Namun, nelayan perairan Teluk Banten biasa menggunakan lampu CFL dalam jumlah yang relatif banyak berkisar 6-8 lampu per bagan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dengan mengusahakan unit penangkapan ikan yang produktif yakni LED dalam air atau sering disebut LEDA. Lampu LEDA diduga akan meningkatkan penetrasi iluminasi cahaya lampu ke dalam perairan. Tujuannya adalah untuk mengetahui iluminasi cahaya pada medium air dan komposisi hasil tangkapan bagan tancap pada lampu CFL dan LEDA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental fishing. Iluminasi cahaya dianalisis dengan grafik X Y (Scatter) microsoft excel 2007 dan counter map Surfer v.11. Data yang dikumpulkan adalah jenis dan jumlah ikan hasil tangkapan kemudian komposisi hasil tangkapan dianalisis secara deskriptif komparatif. Rata-rata iluminasi cahaya pada medium air yang dihasilkan 8 CFL dan lampu gabungan (6 CFL dan 1 LEDA) masingmasing sebesar 18,93% dan 20,54% yang masuk ke dalam perairan. Komposisi Hasil tangkapan dengan menggunakan alat bantu penangkapan ikan dengan lampu CFL dan gabungan ikan yang berfototaksis positif masing-masing sebesar 172,01 kg (17,42%) dan 225,20 kg (22,80%) sedangkan fototaksis negatif masing-masing 205,59 kg (20,82%) dan 384,60 kg (38,95%) dari total hasil tangkapan keseluruhan. Penangkapan ikan pada bagan tancap dengan menggunakan lampu gabungan memiliki hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan hanya menggunakan lampu CFL.
Perikanan tangkap cumi-cumi telah mengalami peningkatan sangat pesat di Indonesia. Kapal pancing cumi-cumi memiliki alat bantu penangkapan lampu dengan daya relatif besar. Biasanya kapal memakai lampu Metal Halide (MH) yang berjumlah 16-20 unit (dengan daya 24-30 kW). Lampu MH membutuhkan energi yang cukup besar dan berpengaruh terhadap kebutuhan bahan bakar minyak yang tinggi. Untuk itu diperlukan altenatif lampu yang lebih hemat energi yaitu Light Emitting Diode (LED). Penelitian ini dilakukan dengan membuat rancangan lampu LED cumi-cumi yang aplikatif untuk diterapkan di kapal pancing cumi-cumi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan merancang bangun lampu LED cumi-cumi yang mampu mendekati sifat dan karakteristik utama lampu MH yang saat ini digunakan. Rancangan konseptual rangkaian lampu LED cumi-cumi dilakukan dengan mengumpulkan semua materi yang terkait dengan sifat cahaya lampu LED dan ketertarikan dari cumi-cumi pada lampu LED warna biru. Kemudian, dilakukan penentuan sebaran cahaya lampu MH dan LED cumi-cumi, serta pemilihan jenis bahan material yang sesuai agar lampu LED bisa stabil. Berdasarkan hasil penelitian berupa pengukuran suhu dan iluminasi cahaya pada tiap chips LED terlihat stabil hingga akhir pengamatan. Sebaran intensitas cahaya lampu LED cumi-cumi hanya berkurang 10,57%. Hasil rancang bangun LED dapat diterapkan pada perikanan cumi-cumi sebagai alternatif pengganti lampu MH.
The potential condition of fishery sector is indeed quite large in Central Bangka Regency. The majority of fishermen in Central Bangka Regency still use traditional fishing gear and simple fishing technology. The number of fishing units used in Central Bangka Regency consists of 370 units of lift net, 1,085 units of gillnets, 129 units of bubu, 60 units of sero, 125 units of fishing rods and 4 beach seines with a fleet of 1,767 (DKP Central Bangka Regency 2019). These types of fishing gear need to be assessed for performance and selected for superior fishing units as a form of optimizing to find out the strategy for developing appropriate and superior fishing units for the fisheries sector in the mining sector in Central Bangka Regency. The method of collecting data on fishing units was carried out by accidental sampling. The number of samples taken according to the category of fishing units were 20 units of lift net, 58 units of gill nets, 8 units of bubu, 3 units of sero, 10 units of fishing rods and 1 beach seines. Based on the results of standardization of technical aspects, environmental aspects, social aspects and economic aspects, the analysis of fishing gear gillnets is the most appropriate fishing gear to be developed in Central Bangka Regency with VA = 13.26 which makes gillnets gear priority I. Priority fishing gear II is a fishing rod with VA = 12.87 and priority III is a lift net with VA = 11.56. Keywords: superior fishing gear, sustainable fishing, Central Bangka Regency
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.