Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, oleh karena itu segala aktivitas di laut seperti pelayaran dan penangkapan ikan merupakan bagian penting bagi masyarakat Indonesia (Roni Kurniawan, et al, 2011). Indonesia memiliki perairan yang startegis dikarenakan letaknya berada diantara benua Asia dan Australia. Ada beberapa wilayah laut yang sangat menarik di Indonesia, salah satunya yaitu laut Banda (Jaka Winanta, et. al., 2015). Lokasi penelitian terletak di perairan Laut Banda dengan batas koordinat 30 LS – 80 LS dan 1240 BT – 1320 BT dengan menggunakan 187 titik stasiun pengamatan dengan jarak antar stasiun 0.250. Dari lokasi penelitian tersebut akan dikumpulkan data gelombang yang akan digunakan untuk menentukan karakteristik dan peramalan periode ulang tinggi gelombang di lokasi penelitian. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data ERA5 (ECMWF (European Centre for Medium-range Weather Forecasts) Reanalysis 5-th Generation) dari tahun 2012 sampai dengan 2021. Data yang diunduh berupa data tinggi gelombang signifikan (SWH), tinggi gelombang maksimal (Hmax), periode gelombang (MWP) dan arah gelombang (MWD) yang memiliki resolusi spasial 0,250 dan temporal 1 jam. Tinggi gelombang maksimal dan tinggi gelombang signifikan tertinggi selama 10 tahun (2012 sampai dengan 2021) terjadi pada bulan Juni tahun 2019 dengan tinggi gelombang signifikan mencapai 3,51 meter dan tinggi gelombang maksimal mencapai 6,72 meter. Rata-rata perioda gelombang tertinggi selama 10 tahun (2012 sampai dengan 2021) terjadi pada bulan Juni tahun 2019 dengan perioda gelombang 5,38 detik dengan arah dari Tenggara. Prakiraan tinggi gelombang signifikan pada tahun 2023 mencapai 2,864 meter dengan batas atas 3,025 meter dan batas bawah 2,703 meter.
Pulau Sebatik yang merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, banyaknya potensi pelanggaran yang terjadi seperti penyelundupan Narkoba, penyelundupan barang, pelanggaran Ilegal Fishing, dan lainnya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai kondisi pasang surut sangat penting sebagai pengukuran, analisis, dan pengkajian data muka air laut untuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pantai maupun laut seperti pelayaran antar pulau, pencemaran laut, pengelolaan sumber daya hayati perairan atau pertahanan nasional. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe pasang surut yang terjadi di Dermaga Sei Pancang, Sebatik Kalimantan Utara dengan bilangan formzahl dan untuk mendapatkan perbandingan nilai komponen-komponen pasang surut antara metode admiralty dan least square. Dalam penelitian ini dilakukan analisa prediksi pasang surut dengan menggunakan data observasi selama 29 hari. Selisih nilai amplitudo terbesar terdapat pada komponen M2 perbandingan antara least square dan admiralty yakni sebesar -6 cm. Sedangkan untuk selisih beda fase terbesar terdapat pada komponen O1 yakni sebesar 185o. Berdasarkan bilangan Formzahl (F), didapat nilai F dengan metode least square yaitu 0,22 sedangkan dengan metode admiralty yaitu 0,18 dan tipe pasang surut harian ganda (semi diurnal).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.