Stunting is a nutritional problem caused by chronic malnutrition. Nutrition and nutritional intake for people affected by stunting, especially toddlers, can be obtained through the consumption of healthy and nutritious food. Biscuits are a food that is loved by all groups, especially toddlers. Moringa has many benefits, especially for health and medicine. The addition of Moringa flour fortification can increase the nutritional value of biscuits. This study aims to determine the results of the preference test (organoleptic) of biscuits with fortified moringa flour, and to compare the nutritional content of biscuits from the best fortified formulation with biscuits without the addition of moringa flour. The research was conducted in September - November 2022 at the Teaching Factory of the Faculty of Applied Science, Suryakancana University and the Laboratory of the Center for Agro Industry. This study used treatment in the form of the addition of moringa flour fortification: 0%, 1%, 2%, 3%, 4% and 5%. Organoleptic test through hedonic/liking test was conducted on 25 panelists and 2 expert panelists. The nutritional test was carried out on biscuits with the best organoleptic test results with biscuits without the addition of moringa flour as a control. The results showed that the A2 treatment (addition of 2% moringa flour) was the treatment that gave the most recommended organoleptic test results for consumption. Furthermore, the results of nutritional tests on the A2 treatment biscuits (addition of 2% moringa flour) showed that the food was high in protein and suitable for consumption for people affected by stunting. Meanwhile, the saturated fat content is very low. This really supports the stunting program because saturated fat can inhibit the metabolism of omega-3 which functions for eye health and brain development.
Salah satu komoditi padi yang menghasilkan beras dengan kualitas unggul di wilayah Kabupaten Cianjur adalah beras Pandanwangi. Beras yang asli Pandanwangi hanya dapat ditanam di tujuh kecamatan di Kabupaten Cianjur yang telah sesuai dengan persyaratan indikasi geografis untuk penanaman padi Pandanwangi. Ciri khas nasi Pandanwangi adalah kepulenannya. Kepulenan nasi dipengaruhi oleh kadar amilosa beras sebelum dimasak. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan mengidentifikasi kadar amilosa beras Pandanwangi dari tujuh lokasi kecamatan yang berbeda.
Kemampuan MOL (Mikroorganisme lokal) akar putri malu dalam memacu pertumbuhan tanaman dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi Pandanwangi pada fase vegetatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan lama perendaman benih dengan MOL dari akar putri malu terhadap pertumbuhan bibit tanaman padi Pandanwangi. Penelitian ini dilakukan di lahan Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) pada bulan Januari -Maret 2018, menggunakan rancangan acak lengkap dengan 8 perlakuan termasuk Kontrol dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu : perendaman benih dengan MOL dari akar putri malu dengan lama waktu perendaman 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam, 28 jam dan kontrol (tanpa MOL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perlakuan perendaman benih dengan MOL akar putri malu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bibit padi pandanwangi. Perlakuan A4 (lama perendaman benih dengan MOL selama 16 jam) menunjukkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik di setiap parameter, yaitu terhadap parameter persentase perkecambahan benih, persentase bibit tumbuh normal, rata-rata tinggi tanaman, rata-rata jumlah daun, ratarata panjang akar , rata-rata bobot segar bibit padi pandanwangi . Kata kunci : Lama perendaman, pertumbuhan bibit, MOL (Mikroorganisme lokal), padi Pandanwangi ABSTRACTThe ability of MOL (Local Mikroorganism) extracted from mimosa's root in spur the growth of plants is can be used as an alternative way to increase the productivity of pandanwangi rice plants rice in the vegetative phase. This research aimed at the assesment of the influence of long soaking pandanwangi rice seeds treatment with MOL solution of the mimosa's roots. This research was applied in the farmer society named as Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) on January to March 2018. The treatment was adminitered using a complete randomize design with 8 treatment and 3 replications. Each unit of experiment is consisting of 100 seeds. The treatments are as followa : long soaking seeds treatment by MOL during 4 hour, 8 hour, 12 hour, 16 hour, 20 hour, 24 hour, 28 hour and control (without MOL). The results indicated that in general, treatment of seeds by soaking with MOLsolution of mimosa's roots has significant growth during seedling period and the A4 treatment (seeds soaking with MOL solution for 16 hours) gave the best result in the percentage of seed germination, as well as average of plant height, number of leaves, and biomass of seedlings.
RESPON TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica parachinensis) TERHADAP PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DARI LIMBAH KULIT BUAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas) MELISSA SYAMSIAH, RAMLI dan WEDI NUR IMAN AKBAR RESPON TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica parachinensis) TERHADAP PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DARI LIMBAH KULIT BUAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas)
Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, dan setiap tahunnya kebutuhan padi selalu meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Praktek budidaya padi selalu mengalami beberapa kendala, seperti serangan hama. Salah satu hama utama tanaman padi adalah penggerek batang padi, hama ini menyerang pada fase vegetative maupun generatif. Penggunan beberapa perangkap seperti perangkap lampu, feromon dan methyleugenol merupakan jalan keluar pengendalian yang mengacu pada konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah populasi yang terperangkap dari masing-masing perangkap dan mengetahui lamanya waktu pertama yang dibutuhkan masing-masing perangkap untuk menjebak hama penggerek batang padi Pandanwangi pada fase generatif. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) terdiri dari tiga perlakuan (perangkap lampu, feromon seks dan methyleugenol), dengan tiga kelompok sebagai ulangan masing-masing perlakuan terdiri dari dua sampel pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan beberapa perangkap berpengaruh terhadap banyaknya populasi hama penggerek batang padi Pandanwangi fase generatif. Perangkap yang paling efektif pada waktu pengamatan terakhir adalah perangkap lampu dengan rata-rata hama penggerek batang padi Pandanwangi pada fase generatif yang terperangkap sebanyak 2,3 ekor. Perangkap lampu juga paling cepat memerengkap hama penggerek batang padi, perangkap ini mampu memerangkap hama penggerek batang padi Pandanwangi pada fase generatif dengan kisaran waktu 0,46 jam.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.