Background: Diabetes mellitus is a chronic disease that may pose serious complications if poorly managed. The application of mobile technology (m-health) ranging from simple to more complex programs in diabetes management has the potential to foster patients’ active involvement in their care. However, the evidence of m-health effectiveness on the self-management of type-2 diabetes patients in low- and middle-income countries is still mixed.Purpose: To evaluate the effect of a ten-week short message system (SMS)-based intervention (Tweek SMSDM) on self-management of type-2 diabetes patients.Methods: A quasi-experimental study was performed in two groups. The intervention group (n=30) received additional daily automated messages to enhance their diabetic self-care practice, while the control group (n=30) continued to follow the standard program only. Pre- and post-intervention data were measured in both groups using the Indonesian version of the Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) questionnaire. T-test, Mann-Whitney, Wilcoxon Signed-Ranks, McNemar and Fisher exact tests were carried out to analyze the data.Results: After ten weeks, the intervention group showed significant mean changes in the domains of general diet (0.42±1.08; p=0.034), specific diet (1.75±1.42; p=0.0001), exercise (1.02±1.85; p=0.005), blood-glucose testing (0.53±1.67; p=0.009), and foot care (4.75±2.51; p=0.001) before and after the intervention, while the control group did not. This study also found significant differences in the mean scores for each domain of the SDSCA between the intervention and the control groups (p<0.05).Conclusion: The Tweek SMSDM program can improve the self-management of type-2 diabetes patients and positively affect each domain in the SDSCA. The findings of this study recommend that nurses integrate the program into patient treatment regimes in primary healthcare centers; therefore, patients and their significant others can play more proactive roles in their diabetic care.

No abstract

No abstract

Perilaku personal hygiene saat menstruasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah kesehatan reproduksi. Keefektifan perilaku personal hygiene dapat ditingkatkan dengan memberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi pada siswi SMP dan SMA di Yayasan Pasraman Gurukula Bangli. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan one group pretest-posttest design. Sampel penelitian berjumlah 43 orang yang dipilih berdasarkan total sampling. Intervensi yang diberikan berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi yang diberikan sebanyak empat kali dengan durasi 60 menit per pertemuan. Data perilaku personal hygiene saat menstruasi dikumpulkan dengan kuisioner pengetahuan, sikap, dan perilaku yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya. Data perilaku personal hygiene diuji menggunakan uji t-test berpasangan dan uji Wilcoxon. Hasilnya didapatkan p= 0,001; ? <0,05 yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan personal hygiene pada siswi SMP dan SMA di Yayasan Pasraman Gurukula Bangli. Saran untuk siswa mampu untuk menerapkan tindakan personal hygiene sesuai dengan materi pendidikan kesehatan yang telah diberikan dengan memperhatikan sarana dan prasarananya dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lembar observasi untuk melihat tindakan siswi dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi.

Menstruation is part of the process of growth and physical development experienced by young women. Dysmenorrhea is one of the most common complaints during menstruation. Pain severity is felt to interfere with activity. Various factors can affect dysmenorrhea, one of which is the nutritional status that plays a role in influencing the growth and function of the reproductive organs. Nutritional status can be measured through body mass index (BMI). The purpose of this study was to determine the relationship between BMI and dysmenorrhea pain in the 2017 PSSKPN FK Unud students. Measuring instruments used by namely scales, standard microtouise, and pain scale observation using the Numerical Rating Scale (NRS).This study was a descriptive correlational study with a cross-sectional approach. The sample in this study amounted to 49 people selected using consecutive sampling. Based on the results of the static test, it was found that there was a relationship between BMI and dysmenorrhea pain in female students, analyzed using Spearman Rank, showed a significantly weak and positive pattern of relationship between BMI and dysmenorrhea pain (p = 0.005; ? = 0.05; rs = 0.396). This shows that the higher the BMI, the more severe the pain of dysmenorrhea felt by female students. It is expected that nursing students will increase awareness in terms of maintaining the body's nutritional status so that it can prevent dysmenorrhea. Keywords: BMI, Nursing Student, Pain Dysmenorrhea

No abstract

No abstract

Kemoterapi adalah salah satu terapi yang efektif dalam penatalaksanaan kanker. Kemoterapi yang dilakukan secara berulang dapat menyebabkan berbagai efek samping. Perubahan status nutrisi merupakan salah satu efek samping kemoterapi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara frekuensi kemoterapi dan status nutrisi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang Sanjiwani RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang menggunakan rekam medis pada sistem informasi rumah sakit sebagai sumber data penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel berupa 80 pasien kanker yang menjalani kemoterapi bulan Maret tahun 2018. Uji korelasi Spearman rank dengan tingkat kepercayaan 95% digunakan dalam penelitian ini. Frekuensi kemoterapi pada sebagian besar responden termasuk dalam kategori rendah (kemoterapi sebanyak 1-3 seri) (65%) dan status nutrisi pada sebagian besar responden diketahui merupakan status nutrisi ideal (IMT 18,5 – 25,0 kg/m2) (73,8%). Hasil uji korelasi Spearman Rank menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi kemoterapi dengan status nutrisi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang Sanjiwani RSUP Sanglah Denpasar (p value = 0,00; ?= 0,05; r = -0,79). Koefisien determinan (R) pada uji korelasi variabel tersebut diketahui sebesar 62,4%. Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan negatif kuat yang bermakna antara frekuensi kemoterapi dan status nutrisi pasien kanker yang dinyatakan dengan semakin banyak frekuensi kemoterapi maka semakin rendah status nutrisi yang dimiliki pasien begitu pula sebaliknya. Sebagian besar faktor frekuensi kemoterapi diketahui dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi pasien.