Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun menurut provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2018 menyatakan bahwa Kutai Kartanegara menempati peringkat ketiga dengan penderita hipertensi sebesar 45,22 %. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan tingkat konsumsi lemak dan rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Rapak Mahang Tenggarong. Penelitian ini menggunakan studi desain cross sectional. Lokasi penelitian adalah Puskesmas Rapak Mahang Tenggarong. Terdapat 51 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Data konsumsi makanan responden diperoleh dengan wawancara menggunakan food recall 1x24 jam. Nilai tekanan darah responden diambil oleh tenaga puskesmas menggunakan tensimeter. RLPP dilakukan pengukuran dengan cara diukur menggunakan metlin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi lemak dengan tekanan darah dengan p value = 0,140 (p > 0,05). Tidak ada hubungan antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) dengan tekanan darah dengan p value = 1,000 (p > 0,05). Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai tekanan darah diantaranya faktor asupan tinggi natrium, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan faktor stress.
Angka kesakitan dan kematian pada neonatus di negara berkembang tergolong tinggi, penyebab utamanya adalah BBLR. Provinsi Kalimantan Timur sendiri untuk proporsi kejadian BBLR tergolong lebih tinggi yaitu 7%. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya adalah anemia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah. Penelitian ini menggunakan studi desain case control. Terdapat total 106 responden dalam penelitian ini yang kemudian dibagi menjadi 53 responden kasus dan 53 responden kontrol. Data yang didapatkan merupakan data rekam medis ibu pada tahun 2020-2021 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.. Hasil menunjukkan korelasi positif (p=0,000; OR=0,876) yang berarti terdapat hubungan bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Ibu hamil dengan anemia beresiko 8 kali melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil tidak anemia.
Umur simpan produk sangat penting karena berkaitan dengan keamanan suatu produk pangan dan jaminan saat produk pangan sampai pada tangan konsumen, yang mana setiap industri pangan wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa atau biasa disebut dengan expired date pada kemasan produk pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan dengan formulasi Sosis Ikan Gabus (Channa Striata) dan Bayam Merah (Amaranthus SP). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu suhu penyimpanan pada suhu -180°C dan suhu 30°C serta waktu penyimpanan selama 4 hari, 8 hari, dan 12 hari. Hasil penelitian ini yaitu, tidak ada pengaruh suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan terhadap karakteristik sosis ditandai dengan adanya perubahan tekstur sosis yang berubah menjadi lembek pada suhu 3 dan waktu penyimpan 8-12 hari. Tidak ada pengaruh suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan terhadap pertumbuhan mikroba pada sosis hal ini dilihat dari nilai p>0,05. Kadar air pada sosis ikan gabus (Channa Striata) dan bayam merah (Amaranthus SP) diketahui memiliki pengaruh dalam masa penyimpanan.
Indonesia is country with the fourth highest prevalence of stunting among under 5-years old children in the world and the second highest of that in Southern Asia. Maternal factors is so important because they become the main determinants and source of stunting prevention. This research aimed to analyze the sociodemography, parenting and food intake of mother as determinant of stunting. The research was cross sectional study with 97 under 5-years old children in chosen Posyandu. Measurement of body height of mother and under 5-years old children who had stood by microtoise. Meanwhile measurement of under 5-years old children who had not stood by length board. There were three variables related to stunting among under 5-years old children. They are parity (p-value=0,017), the height of mother (p-value=0,009) and the level of income (p-value=0,036). The most dominant variable related to stunting among under 5-years old children was the height of mother (OR=3,1). Determinants of stunting among under 5-years old children were parity, height of mother and the level of income. Keywords: stunting, under 5-years old children, height of mother Abstrak Indonesia adalah negara dengan prevalensi balita stunting terbesar keempat di dunia dan tertinggi kedua di wilayah Asia Tenggara. Faktor ibu layak menjadi perhatian karena menjadi determinan dan sumber utama pencegahan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sosiodemografi ibu, pola asuh dan asupan makanan sebagai determinan stunting. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 97 balita yang terdaftar di Posyandu. Pengukuran tinggi badan ibu dan balita yang sudah bisa berdiri menggunakan microtoise. Sementara pengukuran panjang badan balita yang belum bisa berdiri menggunakan length board. Terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Ketiga variabel tersebut adalah paritas (p-value=0,017), tinggi badan ibu (p-value=0,009) dan tingkat pendapatan (p-value=0,036). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah tinggi badan ibu (OR=3,1). Determinan stunting balita antara lain faktor paritas, tinggi badan ibu dan tingkat pendapatanAbstrak dalam Bahasa Indonesia. Kata Kunci: stunting, balita, tinggi badan ibu
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu parameter yang paling banyak digunakan dalam menentukan kriteria proporsi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c pada penderita DM tipe II. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode Observasional Analitik. Menggunakan desain cross sectional study pada penelitian ini, Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling sebesar 100 responden dan menggunakan analisis Pearson untuk analisis data. Uji Pearson tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c dengan nilai p = 0,063 (p < 0,05). Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.