Abstract Objective: To know sensitivity, specificity and accuracy of Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) to measure cervical length for cervical elongation diagnose in Pelvic Organ Prolapse (POP) patients with gold standard was the anatomical cervical length from hysterectomy result. Methods: Diagnosis research, cross-sectional, consecutive sampling. POP-Q was taken before the operation and the anatomical cervical length was from hysterectomy result Results: Sixty six subject, 1.5% 2nd stage POP, 45.5% 3rd stage POP, and 53.0 % 4th stage POP. Mean (± sd) age and body mass index consecutively59.88 years (± 9.347) and 24.41 (± 3.67) kg/m2. Median (min-max) cervical length POP-Q and anatomy consecutively 4 cm (1-12) and 5 cm (3-10). Sensitivity, Specificity dan Accuracy POP-Q consecutively 79%, 58% dan 68% Conclusion: POP-Q has good specificity (79%) but with less sensitivity (58%) with accuracy 68% to diagnose cervical elongation in POP Keywords: accuracy, cervical elongation, cervical length, pelvic organ prolapse, pelvic organ prolapse quantification (POP-Q), sensitivity, specificity. Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) untuk menilai panjang serviks sebagai diagnosis elongasio serviks pada pasien POP dengan baku emas pengukuran anatomi serviks dari hasil histerektomi. Metode: Uji diagnosis, potong lintang, consecutive sampling. Data diambil dari pemeriksaan POP-Q dan pengukuran anatomi serviks dari hasil histerektomi. Hasil : Enam puluh enam subjek, 1,5% POP derajat 2, 45,5% POP derajat 3 dan 53,0 % POP derajat 4. Rerata(± sb)usia dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berturut – turut 59,88 tahun (± 9,347) dan 24,41 (± 3,67) kg/m2. Median (min-maks) panjang serviks POP-Q dan anatomi berturut – turut 4 cm (1-12) dan 5 cm (3-10). Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi POP-Q berturut – turut 79%, 58% dan 68% Kesimpulan : Pemeriksaan POP-Q memiliki spesifitas yang baik (79%) tetapi dengan sensitivitas yang kurang baik (58%) dan akurasi 68% untuk diagnosis elongasio serviks pada prolaps organ panggul. Kata kunci: akurasi, elongasio serviks, panjang serviks, prolaps organ panggul, pelvic organ prolapse quantification (POP-Q), sensitivitas, spesifisitas
Abstract Objective: to provide data on the correlation of levator hiatus area measurements in symptomatic POP using 3D / 4D Ultrasound with clinical examination of Gh, Pb and summation (Gh+Pb). Methods: Secondary data analysis of 160 POP patients examined from January 2012 to April 2017 at the Urogynecology Clinic RSCM, Jakarta. Taken data on patient characteristics, maximum 3D / 4D Ultrasound measurement of Levator Hiatus Area, and clinical measurement results using pelvic organ prolapse quantification system (POP-Q) Results: There was a positive correlation between clinical examination and measurement of hiatal area area using ultrasound with r = 0.43 for Gh length, and the medium correlation on the sum of Gh and Pb with r = 0,51. No correlation for Pb length with r = 0.23. The optimal cut to differentiate degrees 2 by 3 is 7.5 cm / 29.7 cm2 and degree 3 by 4 is 8.3 cm / 32.1 cm2. Conclusion: Clinical examination by summing the lengths of Gh and Pb may be consider reflects the examination of the hiatal area by using transperineal ultrasound to see the strain on levator ani called “ballooning” in an area with limited resources. Keywords: genital hiatus, levator hiatus area, pelvic organ prolapse, perineal body. Abstrak Tujuan: untuk memberikan data mengenai korelasi pengukuran area hiatus levator pada POP simtomatik mengunakan Ultrasonografi 3D/4D dengan pemeriksaan klinis yaitu panjang Gh, panjang Pb dan penjumlahannya. Metode : Analisa data sekunder sebanyak 160 pasien POP yang diperiksa dari Januari 2012 hingga April 2017 di poliklinik Urogynecology RSCM, Jakarta. Diambil data karakteristik pasien, pengukuran Ultrasonografi 3D/4D maksimal Area Hiatal Levator, dan hasil pengukuran secara klinis dengan menggunakan pelvic organ prolapse quantification system (POP-Q) Hasil : Terdapat korelasi positif antara pemeriksaan klinis dengan pengukuran luas area hiatal menggunakan USG dengan r = 0,43 untuk panjang Gh, dan korelasi pada penjumlahan Gh dan Pb dengan r=0,51 termasuk kategori sedang, sedangkan untuk panjang Pb dengan r = 0,23 tidak didapatkan adanya korelasi. Didapatkan titik potong optimal untuk membedakan derajat 2 dengan derajat 3 adalah 7,5 cm / 29,7 cm2 dan derajat 3 dan derajat 4 adalah 8,3 cm / 32,1 cm2 Kesimpulan : Pemeriksaan klinis dengan menjumlahkan panjang Gh dan panjang Pb dapat dipertimbangkan untuk mencerminkan pemeriksaan area hiatal dengan mengunakan USG 3 / 4 dimensi transperineal pada daerah dengan sarana terbatas untuk melihat regangan pada levator ani atau yang disebut sebagai “ballooning Kata kunci : badan perineum, genital hiatus, hiatal levator ani, prolaps organ panggul.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.