The objective of this research was to predict maximum sustainable yield of garfish resources in the waters of Sangihe Islands District; to analyze the fishing season of garfish; to map the location of coral reef expected to be a breeding ground of garfish; and to assess the biological, economic, social and environmental aspects of garfish in Sangihe Island district. Garfish maximum sustainable yield was calculated at about 70 tons/year with a maximum effort of 3,613.71 trips. Fishing season of garfish was very dependent on wind direction and speed throughout the year. The percentage of live coral cover at a depth of 5 meters was 56.16-70.17% and a depth of 3 meters was 44.33-83.75%. The ratio of male and female sexes was 35.92-64.07%. Based on length-weight analysis of the garfish growth was classified allometric with a length of 16.7-20.7 cm and weighs between 35-55 g. The financial analysis of garfish fisheries in this area showed that the of Benefit Investment ratio was 1.19 and the Benefit Cost ratio was about 0.94.ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi pemanfaatan maksimum sumberdaya lestari pada ikan julung-julung di perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe; untuk menganalisis musim penangkapan ikan tersebut, memetakan lokasi terumbu karang diharapkan dapat menjadi tempat berkembang biak dari julung-julung, serta menilai aspek biologi, ekonomi, sosial dan lingkungan di kabupaten Pulau Sangihe. Pemanfaatan maksimum sumberdaya lestari ikan julung-julung dihitung sekitar 70 ton/tahun dengan upaya maksimal 3.613,71 trip. Musim penangkapan garfish sangat tergantung pada arah dan kecepatan angin sepanjang tahun. Persentase penutupan karang hidup pada kedalaman 5 meter adalah 56,16-70,17% dan kedalaman 3 meter adalah 44,33-83,75%. Rasio jenis kelamin jantan dan betina adalah 35,92-64,07%. Berdasarkan analisis pertumbuhan panjang-berat garfish diklasifikasikan alometrik dengan panjang 16,7-20,7 cm dan berat antara 35-55 g. Hasil analisis keuangan perikanan garfish di Sangihe Kabupaten menunjukkan bahwa rasio Manfaat Investasi adalah 1,19 dan rasio Biaya Manfaat sekitar 0,94.
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk dalam kelompok ikan pelagis. Ikan ini banyak ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin. Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang sudah banyak terjadi di Indonesia, khususnya Kota Manado. Oleh sebab itu, perlu adanya informasi tentang bagaimana struktur populasi dari ikan cakalang yang tertangkap oleh alat tangkap pukat cincin, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk perkembangan perikanan, maupun untuk menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi ikan cakalang yang tertangkap oleh pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado dan mengetahui pola pertumbuhan ikan cakalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi ukuran panjang ikan terbesar pada kelas 30,00-34,99 cm dengan pola pertumbuhan ikan cakalang mencapai panjang maksimum yang layak ditangkap (L∞) 38,03 cm dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 19 % per tahun. Struktur populasi dari ikan cakalang pada perikanan pukat cincin di PPP Tumumpa terbagi dalam dua sub populasi di mana sub populasi dengan ukuran panjang lebih besar tertangkap lebih banyak dibanding dengan sub populasi dengan ukuran panjang lebih kecil. Kata-kata kunci: struktur populasi, ikan cakalang, hasil tangkapan, pukat cincin
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola musim penangkapan ikan tuna di perairan Laut Maluku, berdasarkanhasil tangkapan tuna hand line. Lokasi pengambilan data yaitu di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Bitung, KotaBitung, Provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. Datayang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan tuna hand line, melalui wawancara dengan nelayan dan petugassetempat, serta data yang tercatat di PPS Bitung. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan MetodePresentasi Rata-rata (the Average Percentage Methodes). Perubahan hasil tangkapan pada bulan tertentu karenapengaruh keberadaan ikan dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan, menyebabkan nilai CPUE berfluktuasi.Dari data CPUE dapat diketahui indeks pola musim penangkapan ikan tuna. Puncak musim penangkapan terjadipada bulan Maret, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Juni-Oktober. Usaha penangkapan ikan tunadengan alat tangkap tuna hand line di Laut Maluku dilakukan sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis musimpenangkapan, diketahui bahwa musim ikan tuna terjadi pada bulan Januari sampai Mei serta bulan November danDesember. Sedangkan bulan Juni sampai Oktober bukan musim ikan tuna.
Here, we report the results of our preliminary study on deep sea eDNA at fishing ground to approach the fisheries resources abundance at Sulawesi sea by using deep-sea water sampling collected from 10 sites ranging from 110m-200m in depth at front side of the International Coelacanth Research Center and Museum Base at Lolak Waters and Manado Bay North of Sulawesi using Nansen Bottle Sampler (1500 cc). The collected waters were filtered using Power Water Sterivex DNA Isolation Kits and preserved with the DNAiso Reagent then transported to Center for Strategy Research Project, University of the Ryukyus, Okinawa Japan where eDNA analyses were conducted. Our results revealed that the concentrations of eDNA has a good quality were measured with a NanoDrop Lite spectrophotometer, indicating eDNA was successfully extracted. Therefore, by using universal primers for eDNA, MiFish-U-F/R for the 1st-PCR (mt-12S amplification) and 2nd-PCR (tag-indexing) for library preparation to accommodate sequence variations and show that intense signal of MiFish eDNA amplification. Using a high-throughput Illumina MiSeq platform for sequencing analyses, we detected eDNA from 40 fish’s species with dominantly by Caranx sexfasciatus, Encrasicholina punctifer.
Bottom hand lines have been used widely by coastal communities in North Sulawesi ABSTRAKPancing dasar telah digunakan secara luas oleh masyarakat pantai di Sulawesi Utara untuk menangkap ikan-ikan karang, karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan dengan kapal atau perahu ukuran kecil. Walaupun alat tangkap ini telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Suatu upaya untuk memahami proses tertangkapnya ikan dengan pancing dasar adalah tertuju pada umpan dan bagaimana komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya yang merangsang ikan untuk memakan umpan dan tertangkap. Penambahan ekstrak kimia pada umpan dapat meningkatkan fishing power dari alat tangkap pancing dasar. Tetapi informasi ilmiah tentang aplikasinya belum tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak kimia pada umpan pancing dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang. Tiga jenis ekstrak kimia yang diberikan pada umpan potongan daging ikan malalugis segar, adalah power bait, squid liver oil, ekstrak udang dan umpan ikan segar tanpa ekstrak sebagai kontrol. Data tangkapan dikumpulkan dengan mengoperasikan 4 unit alat tangkap pancing dasar di perairan dekat karang pada kedalaman antara 30 sampai 50 m; dan analisis data dikerjakan berdasarkan rancangan acak kelompok. Hasil tangkapan total berjumlah 205 ekor, terdiri dari 20 famili dan 29 spesies ikan. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian ekstrak kimia pada umpan pancing dasar, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Hasil uji BNT untuk perlakuan menunjukan bahwa pemberian ketiga jenis ekstrak pada umpan tidak ada perbedaan terhadap hasil tangkapan; tetapi pemberian ekstrak power bait dan squid liver oil sangat berbeda nyata terhadap umpan segar tanpa ekstrak; sedangkan pemberian ekstrak udang tidak berbeda nyata dengan umpan tanpa ekstrak.Kata kunci: pancing dasar, extrak kimia, umpan, ikan karang 1 Staf pengajar Universitas Samratulangi, Manado
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi dan fluktuasi hasil tangkapan pukat cincin dan mengetahui tingkat upaya pemanfaatan ikan pelagis dengan pukat cincin yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa, Kota Manado.Penelitian ini didasarkan pada metode survei dengan pendekatan secara deskriftif.Data yang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan pukat cincin selama 5 tahun terakhir, melalui wawancara dengan nelayan dan petugas setempat, serta data yang tercatat di PPP Tumumpa. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan perhitungan CPUE untuk mengetahui upaya pemanfaatan sumberdaya oleh alat tangkap pukat cincin. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tumumpa umumnya adalah ikan pelagis yang terdiri dari ikan layang (Decapterus sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynus affinis), baby tuna (Thunnus sp) dan selar (Selaroides leptolepis).Jenis hasil tangkapan tertinggi adalah ikan cakalang sebesar 23.334 ton, diikuti oleh ikan layang sebesar 11.330 ton, tongkol 4.912 ton, baby tuna 3.725 ton, dan yang terendah adalah ikan selar hanya sebesar 166 ton. Tingkat upaya penangkapan selama 5 tahun menunjukkan tren negatif atau menurun setiap tahun. Hasil tangkapan ikan layang, selar dan baby tuna menunjukkan tren negatif atau menurun setiap tahun, yang mengindikasikan bahwa ketiga jenis ikan tersebut mengarah ke tangkap lebih (overfished) atau tingkat eksploitasinya membahayakan kelestarian sumberdaya.
Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab. Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab.
Sero diklasifikasikan sebagai alat tangkap pasif dengan memanfaatkan tingkah laku ikan yang beruaya ke arah pantai saat air pasang. Dengan demikian, tingginya osolasi pasang surut yang berkaitan dengan fase bulan di langit, akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan sero. Tetapi informasi ilmiah seperti ini khususnya pada sero belum banyak tersedia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fase umur bulan terhadap hasil tangkapan sero; mengidentifikasi jenis hasil tangkapan dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh. Penelitian ini dilakukan di Teluk Amurang, yang didasarkan pada metode deskriptif, mulai dari Agustus sampai September 2014. Hasil identifikasi spesies yang tertangkap di sero selama penelitian berjumlah 699 ekor, dimana 386 ekor tertangkap pada fase gelap, 199 ekor tertangkap pada fase bulan perbani awal, 71 ekor tertangkap pada bulan perbani akhir dan 43 ekor tertangkap pada bulan purnama terang. Pada fase bulan gelap, fase bulan perbani awal dan fase bulan perbani akhir memberikan hasil tangkapan banyak, tetapi fase bulan purnama terang hasil tangkapan sedikit.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.