Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronis pada kelenjar pilosebasea yang sebagian besar terjadi pada masa remaja hingga dewasa muda. Secara global akne vulgaris diderita semua usia dengan prevalensi sebesar 9,38%. Di Indonesia prevalensi selalu meningkat tiap tahunnya. Staphylococcus epidermidis terlibat dalam patogenesis akne vulgaris dibuktikan dengan meningkatnya produksi sebum pada lesi jerawat. Salah satu penanganan akne vulgaris akibat bakteri adalah dengan menggunakan terapi antibiotik. Namun terapi antibiotik memiliki banyak efek yang tidak diinginkan. Beluntas (Pluchea indica L.) digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati demam, disentri, ulkus, reumatik, meredakan luka dan wasir serta digunakan sebagai suplemen untuk diabetes melitus. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas Pluchea indica sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, dan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan seri konsentrasi 45%, 60%, 75% dan 90%. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa semua uji karakterisasi simplisia memenuhi persyaratan. Ekstrak dari daun beluntas positif alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin. Uji aktivitas ekstrak daun Pluchea indica menunjukkan zona hambat 16,10 mm, 17,30 mm, 18,13 mm dan 18,63 mm untuk konsentrasi 45%, 60%, 75% dan 90%, secara berurutan. Dari hasil yang didapatkan daun beluntas berpotensi dikembangkan sebagai antibakteri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.