Systematic and Complete Land Registration (PTSL) is a program organized by the Government to assist the public in obtaining the certificate of the land. Batu City is one of the cities in Indonesia that follow to help communities that PTSL majority among those yet to register their land to Office land Batu City. The purpose of this research is to describe the implementation of PTSL in Batu City and analyze its land registry through systematic land registration in Batu City and the efforts complete. The method used in this research is juridical-empiric research method using juridical sociological approach. The role of Councilor and community groups are very important in the implementation of PTSL in Batu City. Problems found in the implementation of PTSL in Batu City, namely the object ground warranted, a period of physical and juridical data announcement 14 working days, an affidavit of Ownership in good faith as a replacement deed of passage, delay in paying taxes of the land, the lack of human resources, and Absentee Land and The forbidden land in Batu City.
Systematic and Complete Land Registration (PTSL) is a government program to implement single land mapping in Indonesia. The target of PTSL is only for uncertified land in a village or suburb. One of the areas implementing PTSL program is Batu City that had previously applied National Agrarian Operation Project (PRONA). As a new registration system, PTSL is worthy to discuss and analyze whether or not systematic and complete land registration has already provided legal certainty for land owners. The method used in this research is juridical-empiric research method using juridical sociological approach. Legal data analysis used is by qualitative descriptive analysis method. According to the research result and analysis, it can be concluded that there are many hindering factors experienced by Agrarian Office of Batu City, PTSL participants and village officials in Batu City. Land registration through PTASL program is, however, still substantial in providing legal certainty for all participants. This is because land certificates that are issued from PTSL is signed by Adjudication Committee Chief. Keywords: first registration, single mapping, systematic ABSTRAKPendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan program pemerintah untuk mewujudkan peta tunggal di Indonesia. Sasaran PTSL yaitu bidang tanah yang belum memiliki sertifikat dalam satu kelurahan atau desa. Salah satu daerah yang mengikuti Program PTSL yaitu Kota Batu yang sebelumnya juga mengikuti Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA). Sebagai sistem pendfataran yang baru, PTSL menarik untuk dikaji dan dianalisis agar dapat diketahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan, perlu pula dikaji dan dianalisis apakah pendaftaran tanah sistematis lengkap telah memberikan kepastian hukum kepada pemilik tanah. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Analisis data hukum menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil kajian dan analisis dapat disimpulkan bahwa banyak ditemukan faktor penghambat yang muncul dari pihak Kantor Pertanahan Kota Batu, Peserta PTSL, dan pihak Desa atau Kelurahan di Kota Batu. Pendaftaran tanah melalui Program PTSL tetap memberikan kepastian hukum kepada pesertanya. Sertifikat yang diterbitkan melalui PTSL ditandatangani oleh Ketua Panitia Ajudikasi. Kata Kunci: Pendaftaran Pertama Kali, Peta Tunggal, Sistematis
Land Registration is a very important issue because it is the beginning of the birth process of proof of ownership of land rights. It is important that the land registration issue so that the country needs to issue legislation governing land registration activities throughout Indonesia. Departing from such a requirement, this paper presents three points as the material of the discussion. First, how is the legal basis of land registration at the beginning of independence? Second, how the institutional land registration in early independence; and third how the existence of land registration position in the early days of independence? Through normative and juridical studies,the obtained explanation as follows: Land registration in the early days of independence has not to change Dilaksankan by the registration position due to the law in the religious field that has not been in form. To fill the void of law still enforced based on Article II of The Constitution of the Republic of Indonesia in 1945. Further, the law was formed Number 7 of 1958 about the transition of duty and agrarian authority to officials from the Ministry of Agrarian.
Kecemasan sebagai perasaan tidak menyenangkan ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, bingung dan tertekan. Dalam konteks pendidikan, konstruk kecemasan dapat ditemukan dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah kecemasan terhadap matematika, atau yang lebih dikenal dengan istilah kecemasan matematika. Efek negatif dari kecemasan matematika dapat ditemui pada semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kecemasan matematika dengan beban kognitif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, Data diperoleh melalui penyebaran angket. Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kecemasan matematika berkorelasi positif beban kognitif intrinsic, extraneous, maupun germane, dimana nilai korelasi tertinggi ada pada korelasi kecemasan dengan beban kognitif intrinsic, yaitu sebaesar 0,739.
Kawasan Desa Bringin adalah salah desa wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Malang. Desa Bringin ini memiliki bentangan lahan yang luas yang bisa dimanfaatkan sebagai objek wisata alam. Sampai saat ini potensi yang sangat melimpah ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Desain ini menggunakan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep pengembangan desa wisata air terjun Sumber Wiwit. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. Wilayah desa wisata air terjun Sumber Wiwit terletak dikelilingi tebing tinggi dan tumbuh-tumbuhan hijau yang masih asri sekali udaranya. Potensi wisata ini cukup strategis baik dibidang agrowisata dan potensi lainnya. Dari kondisi di Desa Bringin dapat dijadikan potensi wisata sebagai daya tarik wisatawan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan desa wisata. Untuk mengetahui faktor pendukung pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bringin dengan menggunakan variabel dengan analisis (1) Mempertahankan keragaman budaya, (2) Usaha tani di desa ini adalah usaha pembibitan sengon, dan (3) Toko souvenir. kesimpulannya bahwa kegiatan sehari-hari yaitu bertani yang adalah ciri khas Desa Bringin sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan desa wisata yang berbasis agrowisata. Desa Bringin juga memiliki wisata air terjun Sumber Wiwit. Konsep pengembangan yang bisa diterapkan antara lain menyediakan rute perjalanan wisata yang mengelilingi kawasan desa wisata.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.