Abstract. Murdjoko A, Jitmau MM, Djitmau DA, Siburian RHS, Ungirwalu A, Wanma AO, Mardiyadi Z, Rumatora A, Mofu WY, Sineri AS, Fatem SM, Worabai D, May NL, Tokede MJ, Warmetan H, Wanggai CB, Wanma JF, Sirami EV, Paembonan JB, Unenor E, Kuswandi R, Lekitoo K, Khayati L, Benu NMH, Tambing J, Saragih ASB. 2020. Heterospecific and conspecific associations of trees in lowland tropical forest of New Guinea. Biodiversitas 21: 4405-4418. The vegetation in the tropical rainforest of New Guinea consists of a large number of species that interact with each other within and among species. While several studies have attempted to reveal the diversity of flora of New Guinea, little is known about plant communities that develop associations. This study aimed to investigate the associations of tree species in lowland tropical forest in New Guinea. The associations depicted in this study were in the form of conspecific associations (among small and large individuals within same species) and heterospecific (among individuals of different species and divided into under and upper story). We established 48 rectangular plots created in Murkim and Teiraplu as part of Pegunungan Bintang Regency, Papua Province. Canonical correspondence analysis (CCA) was used to analyze heterospecific and conspecific associations. The results showed that the understory and upper story vegetation had different patterns of heterospecific association. The understory configured three heterospecific associations, consisting of 5, 13, and 90 species, while the upper story formed four heterospecific associations with 4, 8, 11, and 63 species. The analysis of conspecific associations showed of 149 tree species recorded in the study sites, only 66 species that had both small and large individuals, displaying the pattern of conspecific association. Among them, 41 species had positive associations while 25 species had negative associations. Our findings enrich the knowledge in theoretical ecology of tropical forests, especially in New Guinea.
Abstract. Sonbait LY, Manik H, Warmetan H, Wambrauw YLD, Sagrim M, Djitmau DA, Wanggai J, Rettob BB, Murdjoko A. 2021. The natural resource management to support tourism: A traditional knowledge approach in Pegunungan Arfak Nature Reserve, West Papua, Indonesia. Biodiversitas 22: 4466-4474. Pegunungan Arfak Nature Reserve (PANR) is administratively located in three districts of West Papua, namely Manokwari, Manokwari Selatan, and Pegunungan Arfak that has diversity of protected flora and fauna. Therefore, it is crucial to study the local products for the development of ecotourism models based on local wisdom in supporting the potential economy of communities in the Pegunungan Arfak reserve. The data were obtained from direct interviews with communities around the nature reserve area through related government agencies in Manokwari District. The finding of this research highlighted that local people in Pegunungan Arfak (the Hatam-Moile sub-tribe) still use traditional knowledge for their livelihood. Most of the activities were the utilization of natural resources such as flora and fauna. They understand how to manage the natural resource to earn economic benefit along with the implementation of their traditional concept to promote the sustainability of nature. The biodiversity and social-cultural richness of local people in Pegunungan Arfak have value to be developed together with traditional ecological knowledge in sustainable nature management where local people earn benefits and nature is conserved simultaneously.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis burung diurnal di hutan mangrove Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan teknik survei dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 30 jenis burung dari 19 famili. Pakan yang dikonsumsi oleh jenis burung antara lain bunga Sizygium, buah masak Premna corimbosa, buah muda Ficus Sp, buah masak Decarpermum parviflorum, buah masak Morinda citrifolia, bunga Lantana camara L dan beberapa jenis serangga, belalang, rayap dan kepompong. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat 15 jenis burung yang beraktifitas pada pagi hari (06.00-10.00 WIT) dan terdapat 15 jenis burung yang beraktifitas pada sore hari (15.00-18.30 WIT). Masyarakat di kampung Oransbari pada umumnya berburu mengunakan alat tradisional yakni katapel dan alat moderen seperti senapan cis guna pemenuhan kebutuhan harian mereka.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman dan status konservasi burung air yang terdapat di kawasan Danau Yamor Kabupaten Kaimana. Empat stasiun pengamatan berupa danau yang ditetapkan secara purposif. Pengamatan dilakukan secara transek pada setiap stasiun menyusuri alur sungai yang ada. Data yang nama jenis, jumlah individu,dan panjang transek pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 12 jenis yang tergolong dalam Sembilan famili burung air yang ditemukan di kawasan Danau Yamor. Keragaman jenis tergolong katagori sedang dan dua jenis burung air yang dijumpai dalam jumlah relatif banyak yaitu burung udang kacamata dan burung cekakak rimba. Lima jenis diantara 12 jenis burung air di kawasan danau Yamor tergolong jenis migrant dari Australia. Dari status konservasi terdapat lima jenis dilindungi, satu jenis dengan status agak terancam dan satu jenis belum diketahui status konservasinya karena kekurangan data. Jenis yang disebutkan terakhir dalah cekakak rimba (Halcyon macleayii)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi burung pada hutan pendidikan dan kebun hortikultura Universiitas Papua. Metode point count (titik pengamatan) diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kergaman pada hutan tanaman adalah 1,88 hutan alam 2,63 dan kebun hortikultura adalah 1,68 sehingga keragaman burung pada ketiga lokasi tergolong dalam indeks kergaman sedang. Kepadatan populasi burung pada hutan tanaman adalah 4, 81 ekor/ha, hutan alam 15,5 ekor/ha dan kebun hortikultura adalah 11 ekor/ha. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan masing-masing spesies yang dikategorikan rendah, sehingga kelimpahan masing -masing jenis atau spesies tidak sama.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji jenis kelelawar pada kawasan hutan dataran rendah pantai utara Kabupaten Manokwari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik jelajah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis kelelawar pemakan buah yang ditemukan yaitu: Nyctimene albiventer, Rousettus amplexicaudatus, dan Macroglossus minimus yang semunya berasal dari satu famili yakni pteropodidae. Dari ketiga jenis kelelawar yang di jumpai, Rousettus amplexicaudatus merupakan jenis dengan jumlah individu terbanyak di bandingkan kedua jenis lainnya. Tingginya individu jenis ini di duga karena memiliki populasi yang sangat besar karena adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran peran penting kawasan hutan lahan basah dan deskripsi pengelolaan kawasan lahan basah sebagai habitat burung migran di kawasan Taaman Nasional Wasur. Metode yang digunakan yakni deskriptif dengan menggunakan kumpulan data-set dan kompilasi referensi-referensi terkait sebagai komparasi dalam penataan dan pengelolaan TNW sebagai kawasan alternatif migrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan lahan basah TNW memiliki keunikan dengan ciri iklim serta pola cuaca yang tidak tetap sepanjang tahun. Kekhasan keanekaragaman di kawasan TNW dipengaruhi oleh tipe hutan, daerah keterisolasian spesies, daya segmentasi kawasan, sehingga membentuk satuan habitat unik. Tercatat tipe ekosistem dominan masih didominasi ekosistem basah, dengan tipe daerah rawa. Jenis kelompok vegetasi utama yang dijumpai yaitu dari kelompok Melaluca dengan jenis: Melaleuca spp., Lophostemon lactifluus, Xanthostemon sp., Acacia leptocarpa, Salsar, Asterom. Selain itu jenis vegetasi hutan savana yang dominan di temukan yakni: Lophostemon lactifluus, Banksia dentata, Asteromyrtus symphiocarpa. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pengelolaan kawasan telah dilakukan dan memberikan manfaat nyata. Tercatat setiap tahun terjadi mingrasi burung sebagai jalur alternatif persinggahan terutama antar benua ketika perubahan musim tahunan terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu yang tersebar pada wilayah dataran Masni, Kabupaten Manokwari. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu deskriptif melalui kegiatan observasi lapangan secara langsung pada tiga bentang lahan yang berbeda yaitu pada tipe hutan sekunder, pada sisi aliran sungai, dan pada area pekarangan rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat total 39 jenis kupu-kupu dari 5 famili dengan jumlah dominan berasal dari famili Nymphalidae dan yang paling sedikit ditemukan dari famili Papilionidae. Berdasarkan distribusinya, jumlah individu kupu-kupu yang paling banyak ditemukan pada area pekarangan dengan 304 individu. Namun dari hasil analisis indeks keragaman dan indeks kemerataan menunjukkan bahwa area hutan sekunder memiliki nilai indeks keragaman dan kemerataan tertinggi dengan nilai H’ = 3,54 dan nilai indeks kemerataannya adalah 0,66 dibandingkan ke dua bentang lahan lainnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.