ABSTRAKMakroavertebrata bentos telah dimanfaatkan sebagai bioindikator untuk menilai kualitas perairan sungai, namun masih sangat jarang diaplikasikan di sungai-sungai yang ada di Papua Barat. Makroavertebrata bentos dapat menggambarkan kualitas perairan sungai sehingga sangat baik dijadikan sebagai bioindikator, karena tiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap gangguan bahan pencemar organik dalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas air Sungai Nimbai menggunakan tingkat toleransi makroavertebrata bentos dan beberapa parameter kualitas air. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan JuniJuli dan SeptemberOktober 2012 pada tujuh stasiun (L1L7) dari hulu sampai hilir Sungai Nimbai yang bertemu dengan Sungai Prafi. Makroavertebrata air diambil menggunakan surber dengan bukaan mata jaring 200 µm dan diidentifikasi sampai tingkat famili. Pada stasiun L5 yang dekat dengan instalasi pembuangan limbah kelapa sawit mengandung minyak dan lemak yang tinggi (< 1-3 mg/l), yang mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut (DO) dan pH dibanding stasiun lainnya. Demikian juga dengan nilai H' yang rendah (0,83), namun sebaliknya nilai C tinggi (0,79) yang didominasi oleh Oligochaeta. Nilai famili biotic index (FBI) yang diperoleh menunjukkan kualitas air pada stasiun L1L4 tergolong cukup baik sampai sangat baik sekali, namun kualitas air mulai menurun pada stasiun L5 yang tergolong sangat miskin. Seiring dengan semakin jauh jarak dari sumber pencemar di stasiun L5, kualitas air mulai membaik pada stasiun L6 dan L7. Hasil penelitian ini menunjukkan manfaat penting makroavertebrata bentos sebagai bioindikator untuk menilai kualitas perairan sungai, serta dapat menggambarkan gangguan lingkungan perairan terhadap habitat makroavertebrata bentos di Sungai Nimbai.Kata kunci: kualitas air, makroavertebrata, sungai nimbai, tingkat toleransi ABSTRACT Benthos macroinvertebrates have been used as bioindicators to assess the waters quality of the stream, but still are very rarely to applied in West Papua streams. Benthos macroinvertebrates can describe the stream water quality so that very well be used as bioindicators, due to each species has a different tolerance to interference organic pollutants in waters. This study aimed to assess the water quality of Nimbai stream using benthos macroinvertebrates tolerance level and several water quality parameters. Data retrieval was conducted in JuneJuly and SeptemberOctober 2012 in seven stations (L1L7) from Nimbai upstream to downstream that connected to Prafi river. The water macroinvertebrates were taken using surber with mesh size 200 μm and then was identified at the family level. At L5 station near the oil palm waste disposal installations was contains oil and fat (< 1-3 mg/l), which resulted in dissolved oxygen (DO) and pH is lower than the other stations. Similarly the value of H' is low (0.83), however, the value of C (0.79) was high that dominated by Oligochaeta. Famili biotic index (FBI) value obtained showed that water quality in the L1L4 stations w...
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis ketersediaan dan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) pada kawasan perkotaan Kabupaten Biak Numfor. Observasi lapang dilakukan untuk mengkalkulasi ketersediaan ruang terbuka hijau dan dikembangkan dengan metode kuantitatif dalam menganalisis kebutuhan ruang terbuka hijau. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total luasan kawasan perkotaan di Kabupaten Biak Numfor sebesar 11.498.58 hektar dengan jumlah penduduk pada kawasan perkotaan tahun 2010 sebanyak 75.496 jiwa yang terus meningkat dengan rata-rata laju peningkatan 1,70% per tahun. Ketersediaan ruang terbuka hijau saat ini sebesar 9.211.47 hektar dan diproyeksikan akan meningkat terus sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan tren peningkatan jangka panjang, maka diperkirakan kebutuhan lahan untuk ruang terbuka hijau di Kabupaten Biak Numfor akan menjadi tidak mencukupi sesuai Permen PU No. 5 Tahun 2008.
This study aims to analyze changes in the area and function of forest areas in Manokwari Regency from 1999 to 2014 using a Geographic Information System (GIS). This study uses a descriptive method with overlay techniques and maps analysis and secondary data, which consists of several stages including the preparation stage, the initial data processing, and processing stage, the ground checking stage, and the data analysis stage. The results showed that the change in the function of forest areas in Manokwari Regency based on the Decree of the Minister of Forestry Number: 891/Menhut-II/1999 to the Decree of the Minister of Forestry Number: 783/Menhut-II/2014, for a period of 15 (fifteen years), there has been a change in the function of the forest area which has an impact on reducing the area and changing the function of the forest area by 16,402,506 ha. This is mainly due to the release of forest areas from Convertible Production Forests (HPK) into Other Use Areas (APL) for development purposes. Factors that greatly influence the occurrence of changes in the area and function of forest areas are the release of forest areas in the context of plantation development, settlements, construction of office facilities and infrastructure, and construction of transportation support facilities.
Riparian vegetation has an important role in maintaining water stability, one of which is the river. This study aims to describe the structure of riparian vegetation so that its implications can be seen for the conditions of rainbow arfak habitat on the Nimbai River. The study was conducted in three forest types, namely primary riparia forest, secondary riparia forest and open riparia forest. Sample collection of riparian vegetation was carried out by purposive sampling using sample plots. Plots measuring 2 m x 2 m are used to sample seedling and understorey growth, plots measuring 5 m x 5 m for growth at the stake level, while plots measuring 10 m x 10 m and 20 m x 20 m, for growth of pole and tree levels respectively. The identification results obtained a total of 35 species of understorey and 51 tree-level plants in all three types of riparian forests. Based on the analysis of vegetation structure, it is known that the condition of primary riparia forest and secondary riparian forest still relatively supports the life of arfak rainbow fish compared to open riparian forest. Higher tree level density associated with canopy cover which has implications for the temperature of the water to be colder and less fluctuating, input larger litter into the food chain in the river, and hold suspended particles into the river. Also, the function of riparian vegetation in spawning activities, substrate attaching eggs and nursery habitat for arfak rainbow fish larvae. The results of this study indicate the importance of riparian vegetation structure on the condition of rainbow arfak fish habitat. An understanding of the structure of vegetation is also a basic information for efforts to rehabilitate this endemic fish habitat to maintain the existence of a natural population.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe dan penyebaran ekosistem hutan di Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik teknik observasi langsung di lapangan. Untuk pendugaan potensi tegakan dilakukan dengan penentuan transek yang didasarkan pada karakteristik habitat, dimana penentuannya dilakukan secara sengaja dengan menggunakan metode acak sederhana dan masing-masing transek didasarkan pada tipe ekosistem dan tingkat pertumbuhan vegetasi yang dilakukan menggunakan metode berstrata sesuai dengan kondisi masing-masing habitat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6 (enam) tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan pantai berpasir, ekosistem hutan pantai berkarang, ekosistem hutan dataran rendah sekunder dan ekosistem hutan dataran rendah primer. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa potensi vegetasi pada fase pohon sebanyak 42 jenis, fase tiang sebanyak 43 jenis, fase pancang sebanyak 54 jenis dan fase semai sebanyak 60 jenis. Indeks kesamaan jenis pada ekosistem hutan di Pulau Mansinam pada fase pohon adalah heterogen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tumbuh tanaman rehabilitasi di IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapang. Teknik pengukuran dilakukan secara sensus dengan menelusuri semua jalan utama pada areal rencana kerja tahunan 2011 dengan melihat semua jenis tanaman yang ditanam disetiap lokasi rehabilitasi. Hasil penelitian memperlihatkan jenis bibit yang ditanam antara lain: Pometia sp., Merbau, dan Eucalyptus sp. dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 861 bibit yang terdiri atas 669 bibit dengan jarak tanam 3 × 3 m dan 192 bibit dengan jarak tanam 2 × 2 m. Persentase tumbuh tanaman rehabilitasi yang ditemukan mencapi 60,6% yang terdiri atas: persentase tanaman tumbuh baik sebanyak 28,6% dan persentase tanaman merana sebanyak 26%. Faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam penanaman antara lain: kurangnya pengetahuan silvikultur, rendahnya pengawasan, waktu penanaman yang kurang tepat, tidak memberi perlakuan khusus terhadap tanaman saat ditanam, dan pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi tempat tumbuh.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.