Erosi dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di sungai. Sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan sungai menjadi dangkal dan mengurangi kapasitas sungai. Sedimen akan mengendap pada bagian tertentu di sepanjang aliran sungai yang tidak mampu terangkut bersama dengan aliran sungai. Sungai Jatiroto merupakan sungai yang membatasi Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Sungai Jatiroto dimanfaatkan untuk keperluan irigasi pada kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Rowokangkung. Penyebab dari sedimentasi adalah perubahan tata guna lahan ataupun erosi yang dilakukan oleh sungai itu sendiri. Pemodelan transpor sedimen oleh HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui laju sedimen yang terbawa oleh sungai. Pada pemodelan ini dilakukan dua analisis, yaitu analisis hidrolika dan analisis transpor sedimen. Tahap pertama, analisis hidrolika menggunakan debit unsteady, parameter Manning (n) dan koefisien ekspansi dan kontraksi. Kalibrasi model dilakukan dengan cara perbandingan tinggi muka air yang menghasilkan nilai determinasi R2 sebesar 0,9586, nilai RMSE sebesar 0,39 dan masuk dalam kategori baik. Tahap kedua, analisis sedimentasi menggunakan debit quasi-unsteady dan diameter butiran. Fungsi pengangukatan sedimen yang cocok pada pemodelan ini adalah Laursen (Field) dengan laju sedimen sebesar 256,341 m³/tahun. Adapun laju sedimentasi di lapangan dilakukan dengan membandingkan cross section lama dengan yang baru yaitu 289,24 m³/tahun. Uji keandalan (validasi) model dilakukan dengan membandingkan hasil pemodelan dengan data observasi yang didapatkan dari hasil perhitungan volume pengendapan pada cross section. Didapatkan hasil uji keandalan sebesar 88%.
The Digital Surface Model (DSM) is commonly used in studies on flood map modeling. The lack of accurate, high-resolution topography data has hindered flood modeling. The use of the Unmanned Aerial Vehicle (UAV) can help data acquisition with sufficient accuracy. This research aims to provide high-resolution DSM-generated maps by Ground Control Points (GCPs) settings. Improvement of the model's accuracy was pursued by distributing 20 GCPs along the edges of the study area. Agrisoft software was used to generate the DSM. The generated DSM can be used for various planning purposes. The model's accuracy is measured in Root Mean Square Error (RMSE) based on the generated DSM. The RMSE values are 0.488 m for x-coordinates and y-coordinates (horizontal direction) and 0.161 m for z-coordinates (vertical direction).
Perubahan tataguna lahan akan meningkatkan limpasan permukaan sehingga menyebabkan terjadi banjir pada suatu wilayah. Salah satu dampaknya, banjir yang terjadi di Jalan Kaliurang Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Banjir yang terjadi di Jalan Kaliurang terjadi hampir disetiap tahun. Penelitian ini berfungsi untuk melakukan evaluasi kinerja drainase Jalan Kaliurang, Jember dengan menggunakan model Strom Water Management Model (SWMM) karena sesuai untuk mensimulasikan proses hidrologi dan hidrolika di daerah perkotaan. Tahapan pemodelan meliputi: perhitungan curah hujan rerata wilayah menggunakan metode poligon thiessen, uji kecocokan, perhitungan debit banjir rencana kala ulang 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun, perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman dengan metode mononobe dan pemodelan hidrolika menggunakan sofware Strom Water Managament Model (SWMM). Hasil pemodelan dengan Strom Water Management Model (SWMM) pada banjir kala ulang 2 tahun terdapat 4 titik lokasi rawan banjir, kala ulang 5 tahun terdapat 9 titik lokasi rawan banjir, dan kala ulang 10 tahun terdapat 13 titik lokasi rawan banjir. Rekomendasi penelitian ini adalah normalisasi saluran drainase pada titik-titik rawan banjir.
Sub DAS Talang merupakan bagian dari DAS Mayang yang merupakan salah satu daerah aliran sungai yang berada di Kabupaten Jember. Meningkatnya kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal menyebabkan perubahan tata guna lahan dari daerah resapan menjadi pemukiman. Sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dan menjadi aliran permukaan dan menyebabkan debit yang dihasilkan meningkat. Maka dari itu dilakukan klasifikasi citra landsat 7 & 8 menggunakan program ERR Mapper & ArcGIS untuk mengetahui perubahan tata guna lahan dan program HEC-HMS untuk mengetahui perubahan debit puncak yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode SCS Unit Hydrograph dengan tata guna lahan tahun 2009, 2013, dan 2018 sedangkan data curah hujan harian dan debit harian tahun 2018. Pada tata guna lahan tahun 2009 sampai 2018 luas lahan hutan terus mengalami penurunan sebesar 7,49 %. Hasil dari analisa berupa grafik yang menunjukkan debit puncak terus meningkat dari tahun 2009, 2013, hingga tahun 2018. Debit puncak mengalami peningkatan sebesar 67,48 % dikarenakan nilai CN yang meningkat seiring penurunan luasan hutan sehingga debit yang dihasilkan juga menjadi lebih besar.
Recently, agricultural production in the Sampean Baru Irrigation area has not shown optimal cropping production. The average percentage of planted areas in the first (November-February),second (March-June), and third (July-October) planting seasons for the upstream area was 93.67%; 98.02%, and 76.76%, and for the downstream area was 83.54%; 80.81%; and 89.36%. This research aims to optimize the water distribution system based on the calculation of water requirements for plants and the availability of channels to obtain the maximum planting area and amount of agricultural production. This optimization method uses a Dynamic Program with three scenarios. This calculation is based on effective rainfall, crop water requirements, and water discharge availability. Percentage of planted area obtained from the calculation in the dry year for the first, second, and third planting seasons respectively were 100%, 100%, and 90.36%. Based on the existing condition, potential profit obtained for a year is Rp. 170.08 billion. After optimization using Dynamic Program, potential profit in the dry year, normal year, and wet year are IDR 213.52 billion, IDR 215.92 billion, and IDR 228.50 billion, respectively.
Groundwater as a water resource has now become a complex national issue. Therefore, due to excessive groundwater abstraction, it is necessary to minimize the negative impact. This research aims to estimate groundwater level distribution and its possible use at the Faculty of Engineering of the University of Jember. A total path length of 392 meters was investigated. Field data was collected using a resistivity meter with the Wenner configuration method. In addition, the data obtained from the measurements were processed using RES2DINV software. The results showed that the distribution of groundwater lies at depths between 25.3-39.7 meters. Meanwhile, the potential use for aquifers is classified as moderate. This is based on the classification of groundwater potential, which indicated that the layers of soil at the site contain alluvium plains and coarse-grained to medium gravel and sand, with the addition of clay.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.