Background: IDH1 mutation shows diagnostic, prognostic, and predictive value in gliomas. Direct Sanger sequencing is considered the gold standard to detect IDH1 mutation. However, this technology is not available in most neuropathological centers in developing countries such as Indonesia. Immunohistochemistry (IHC) and polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism (PCR-RFLP) have also been used to detect IDH1 mutation. This study aimed to compare DNA sequencing, IHC, and PCR-RFLP in detecting IDH1 mutations in gliomas. Methods: Research subjects were recruited from Dr. Sardjito Hospital. Genomic DNA was extracted from fresh or formalin-fixed paraffin-embedded samples of tumor tissue. DNA sequencing, PCR-RFLP and IHC were performed to detect IDH1 mutation. Sensitivity, specificity, and accuracy of PCR-RFLP and IHC were calculated by comparing them to DNA sequencing as the gold standard. Results: Among 61 recruited patients, 13 (21.3%) of them carried a mutation in codon 132 of the IDH1 gene, as shown by DNA sequencing. PCR-RFLP and DNA sequencing have a concordance value of 100%. Meanwhile, the concordance value between IDH1 R132H IHC and DNA sequencing was 96.7%. The sensitivity, specificity, positive predictive values, negative predictive values, and accuracy for PCR-RFLP were all 100%. On the other hand, the sensitivity, specificity, and accuracy of IHC were 92.3%, 97.9%, and 96.7%, respectively. Conclusion: This study showed that both PCR-RFLP and IHC have high accuracy in detecting IDH1 mutation. We recommend a combination of PCR-RFLP and IHC to detect IDH1 mutation in resource-limited settings.
ABSTRAK -Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam skema ini, margin keuntungan biasanya ditetapkan di awal sebelum transaksi terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi penetapan margin keuntungan pembiayaan pada sebuah lembaga keuangan mikro syariah, yaitu Baitul Qiradh Amanah. baik terhadap nasabah ataupun terhadap Baitul Qiradh itu sendiri. Data primer dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Observasi dilakukan selama lebih kurang dua bulan di mana salah seorang peneliti terlibat langsung sebagai trainee di Baitul Qiradh yang menjadi objek penelitian. Wawancara dilakukan untuk memperjelaskan hal-hal yang tidak bisa didapat melalui observasi. Di samping itu, untuk memperkuat data primer, peneliti juga mengumpulkan data sekunder melalui buku-buku, majalah, serta penelitianpenelitian lainnya. Data sekunder ini kemudian dibandingkan dengan temuan lapangan untuk kemudian dianalisis dengan cara content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan margin keuntungan di awal secara sepihak memunculkan implikasi positif maupun negatif baik terhadap nasabah atau Baitul Qiradh sendiri. Implikasi positifnya adalah jelasnya jumlah keuntungan yang didapat Baitul Qiradh dan menghindarkan nasabah dari risiko inflasi atau krisis ekonomi. Sedangkan implikasi negatif adalah menghilangkan daya tawar nasabah. Hal ini berimplikasi pada berkurangnya kepuasan nasabah untuk berurusan dengan Baitul Qiradh.
Abstract. Developing an effective pretreatment for the conversion of lignocellulosic biomass to ethanol is an important effort in reducing the cost of this process. Microwave-assisted pretreatment is considered a green technology that can effectively break down lignocellulosic structures. The objective of this study was to investigate the most effective temperature for microwave-assisted oxalic acid pretreatment regarding the structural characteristic changes of oil palm empty fruit bunches (OPEFB) fibers. The fibers were subjected to microwave-assisted oxalic acid pretreatment at 160-200 °C with 2.5 minutes heating time and a liquid to solid ratio of 10. The effectiveness of the pretreatment was determined based on its delignification selectivity, morphological characteristics, and functional group changes. Microwave irradiation of OPEFB fibers at 180 ºC was effective in increasing the cellulose content by 24%. This pretreatment resulted in 1.82 delignification selectivity. More than 50% of the hemicellulose of the OPEFB was removed after this treatment, which was confirmed by a decrease of the absorption bands of functional groups at 1732 cm -1 . The increase of pretreatment temperature disrupted the morphological structure of the OPEFB and removed its hemicellulose but did not change its functional groups and lignin content.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh gadget terhadap perilaku remaja dalam keluarga di Desa Lamdom. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Subjek berjumlah 10 orang terdiri dari 5 remaja sebagai subjek utama dan 5 orang tua (ayah atau ibu) yang merupakan subjek pendukung. Penentuan subjek dilakukan secara purposive samling dengan kriteria: keluarga yang berdomisili di Desa Lamdom, memiliki anak remaja usia 10-18 tahun, memiliki gadget yang digunakan terus menerus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Desa Lamdom telah menggunakan gadget selama 5-7 jam atau 300-420 menit dalam sehari, yang mengakibatkan remaja tersebut sudah mengalami kecanduan tergadap gadget. Penggunaan gadget yang berlebihan memberi dampak negatif bagi perilaku remaja dalam keluarga, seperti ketidakstabilan emosional yang mengakibatkan remaja mudah marah, emosi, gelisah, dan bahkan menggurung diri akibat dijauhkan dari gadget. Namun pengaruh tersebut tidak berakibat pada terjadinya kenakalan remaja yang dapat menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang dan membutuhkan penanganan yang khusus. Oleh karena itu mengharuskan orang tua agar selalu mengawasi penggunaan gadget pada remaja, membatasi penggunaanya dan dapat mengatasi perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada remaja.
Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan peningkatan penggunaan suplemen makanan. Suplemen pada dasarnya dikonsumsi untuk melengkapi nutrisi, bukan untuk menggantikannya. Usia diketahui memiliki pengaruh pada pengetahuan dan perilaku konsumsi suplemen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dengan pengetahuan dan perilaku penggunaan suplemen pada mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 September 2019 dengan menggunakan accidental non random sampling untuk 161 responden yang dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan usia yaitu kurang dari 19 tahun, 19-21 tahun dan diatas 21 tahun. Berdasarkan penelitian ini didapatkan responden terbanyak terdapat pada rentang usia 19-21 (67,7%), diikuti dengan usia kurang dari 19 tahun (28,0%) dan usia diatas 21 tahun (4,3%). Vitamin C (46,58%) merupakan suplemen yang paling banyak dikonsumsi, sebagian besar responden tidak dapat menjelaskan cara mendapatkan suplemen yang asli (37,27%), responden paling banyak membeli suplemen di apotek (42,24%), dan sebanyak 49,07% responden merasakan efek lebih bugar dan sehat setelah mengonsumsi suplemen. Berdasarkan analisis data, didapatkan hasil bahwa perbedaan usia tidak memengaruhi tingkat pengetahuan dan ketepatan perilaku responden terhadap penggunaan suplemen.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.