Demam Berdarah Dengue (DBD) diketahui merupakan masalah kesehatan di Indonesia sejak tahun 1968 dan terjadi peningkatan kematian di beberapa daerah. Tren kasus dan angka kematian bervariasi di Kabupaten Bandung selama periode tahun 2012-2016. Pada tahun 2012 ada 1.124 kasus dengan 11 kematian dan meningkat pada 2016 dengan 3.470 kasus dan 10 kematian. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah minimnya sistem deteksi dini untuk mencegah wabah DBD. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem informasi kesehatan yang dapat mempercepat pengolahan data dan bisa mendeteksi KLB DBD. Penelitian dilakukan menggunakan desain kualitatif dengan menerapkan pendekatan model prototyping untuk membangun model sistem informasi kesehatan. Data didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan desain prototipe dari sistem informasi kesehatan penyakit DBD dengan deteksi dini KLB DBD dilakukan di institusi yang sama. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sistem yang digunakan selama ini masih menggunakan entri manual dan pembangunan sistem informasi kesehatan bisa diterapkan dengan sempurna. Penelitian ini berhasil membangun konsep sistem informasi kesehatan yang bisa mempercepat entri data untuk mendeteksi KLB DBD. Sistem Informasi Kesehatan yang sedang dikembangkan ini bisa diterapkan di semua Dinas Kesehatan seluruh Indonesia untuk mempercepat pengolahan data DBD juga mendeteksi KLB DBD lebih dini.
Dengue vector control is still relying on fogging using insecticides with solar solvents. This causes pollution due to the odors generated and residues left in the environment. It is necessary to look for alternative insecticides that no longer use solar as a solvent but use water such as Gokilath-S50EC. In this experiment, we tested the effectiveness of with the aim to see the insecticidal efficacy of Aedes aegypti known as DHF vector. The sample test mosquito used is Ae. aegypti which comes from Pangandaran Lokalitbangkes as many as 25 females. Test mosquitoes were exposed to insecticides for 3-5 seconds with a method of fogging. The experimental results showed that mosquitoes tested fainting in the first 30 seconds after exposure to insecticides. The same results were shown when the solvent was added polyethylene-glycol (PEG). This time trial also measured droplet diameters at 1.0 mm and 1.2 mm nozzle with or without PEG. The test results showed that PEG increased the percentage of droplets of ≥ 50 µm in air and made the insecticide reach even further. Gokilath-S50EC insecticides are effective in killing Ae. aegypti by using water solvents, the addition of PEG will increase the reach of insecticides but not affect the effectiveness of insecticides.Abstrak. Pengendalian vektor Demam Berdarah hingga saat ini masih mengandalkan pengasapan (fogging) menggunakan insektisida dengan pelarut solar. Hal tersebut menyebabkan polusi karena bau yang ditimbulkan dan residu yang tertinggal di lingkungan. Perlu dicari insektisida alternatif yang tidak lagi menggunakan solar sebagai pelarut tapi menggunakan air seperti Gokilath-S50EC. Pada percobaan kali ini, kami menguji efektivitas Gokilath-S50EC (d,d-trans-sifenotrin 50 g/l) dengan tujuan untuk melihat efikasi insektisida terhadap Aedes aegypti yang dikenal sebagai vektor DBD. Nyamuk uji yang digunakan adalah Ae. aegypti yang berasal dari Lokalitbangkes Pangandaran sebanyak 25 ekor betina. Nyamuk uji dipaparkan insektisida selama 3-5 detik dengan metode pengabutan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa nyamuk uji pingsan pada 30 detik pertama setelah dipaparkan insektisida. Hasil yang sama ditunjukkan ketika pelarut ditambahkan polyethilene-glycol (PEG). Percobaan kali ini juga mengukur diameter droplet dari nozle 1,0 mm dan 1,2 mm dengan atau tanpa PEG. Hasil uji menunjukkan bahwa PEG menaikkan persentase droplet dengan ukuran ≥ 50 µm di udara dan membuat jangkauan insektisida lebih jauh. Insektisida Gokilath-S50EC efektif dalam membunuh nyamuk Ae. aegypti dengan menggunakan pelarut air, penambahan PEG akan menambah daya jangkau insektisida tetapi tidak berpengaruh pada efektivitas insektisida.
Upaya yang cenderung dilakukan masyarakat Riau dalam menanggulangi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah menggunakan insektisida komersial untuk mengendalikan infestasi Aedes spp. Kebiasaan menggunakan insektisida dalam satu golongan yang diaplikasikan terus menerus dalam waktu lama dapat meningkatkan toleransi nyamuk vektor. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kebiasaan masyarakat menggunakan insektisida komersial dalam mengendalikan infestasi Aedes spp. di Provinsi Riau. Sumber data diperoleh dari hasil penelitian “Pemetaan status kerentanan Aedes spp. terhadap insektisida di Indonesia tahun 2015”. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang pada tiga daerah endemik DBD di Provinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian insektisida komersial oleh masyarakat Bengkalis berhubungan dengan infestasi Aedes spp., sedangkan di Pekanbaru dan Dumai tidak berhubungan. Kebiasaan mayoritas responden di Pekanbaru, Dumai, dan Bengkalis lebih memilih insektisida dari golongan sintetik piretroid dengan formulasi anti nyamuk bakar, diaplikasikan pada ruang tidur pada malam hari dan frekuensi kurang dari tujuh kali (Pekanbaru dan Dumai); lebih dari tujuh kali (Bengkalis) dalam satu minggu. Indeks entomologi menunjukkan masih berpotensi terjadi penularan DBD.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.