The essential of Decree No .24 of 2007 about disaster management has changed the previous paradigm of disaster management through the emergency response approach to comprehensive disaster management which derives from preventions, mitigation, readiness, early warning, emergency response, recovery, rehabilitation, and reconstruction. The definition of emergency response based on this decree is emphasized that humans role be crucial in disaster management before, during and after the disaster. This definition contradicts the theology theory of Asy-ariyah Ismalic sect which states that the earthquake and previous tsunami in Aceh on December 26, 2004, was God’s will as a form of torment for humans’ wrongdoings. This Asy-ariyah Islamic sect view on disasters is that it is God’s decree that humans cannot interfere and humans cannot prepare, prevent or recover from the disaster. This sect views that humans have no options to do various acts of preventing and or minimalizing the effects of any particular disaster. This Asy-ariyah sect, however, is incapable of relating the efforts humans do in disaster management which derived in Decree No.24 in 2007. This contradiction is bridged by Antroposentic theology theory (theology idea which places humans as the center of orientation as the actions of humanizing and prospering humans). This theology paradigm of Antroprosentris is dialogical which can create humans who believe in God and have humanities without interfering human faith in Oneness of God in disaster management Abstrak: Ruh dari Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merubah paradigma penanggulangan bencana yang sebelumnya melalui pendekatan tanggap darurat berubah menjadi penanggulangan bencana yang bersifat komprehensif mulai dari pencegahan, mitigasi,kesiapsiagaan,peringatan dini, tanggap darurat, bantuan darurat, pemulihan, rehabilitasi dan rekontruksi. Pengertian tahapan penanggulangan bencana dalam undang-undang ini menegaskan bahwa peran manusia sangat besar dalam mengendalilan bencana baik pra, saat bencana dan pasca bencana. Pengertian ini bertolak belakang dengan teologi bencana menurut mazhab Asy-ariyah yang meyakini bahwa bencana alam yang terjadi seperti gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2004 lalu merupakan kehendak Tuhan sebagai azab pada manusia yang telah berbuat munkar dan maksiat. Mazhab Asy-ariyah menganggap bencana merupakan keputusan Tuhan tampa dapat diganggu gugat dan manusia harus menerima tampa mampu melakukan upaya pencegahan dan pemulihan bencana.Menurut mazhab Asy-ariyah manusia tidak memilki pilihan untuk melakukan berbagai upaya untuk mencegah atau meminimalkan dampak bencana yang terjadi. Mazhab Asy-ariyah tidak cukup mampu menghubungkan upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia dalam manajeman bencana seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007. Kontradiksi ini dijembatani melalui konsep teologi Antroposentris (teologi yang menempatkan manusia sebagai pusat orientasinya, sebagai inti memanusiakan dan mensejahterakan). Paradigma Teologi Antroposentris bersifat dialogis yang mewujudkan manusia berketuhanan dengan sendirinya, berprikemanusiaan tanpa mengubah wujud ketauhidan dalam konsep penangulangan bencana.
Communities in Gampong Meunasah Moncut are required to enforce Islamic law, but its implementation has resulted in various violations or anarchic actions that are not in accordance with Islamic values and have had an impact on social clashes in society. Under these conditions, village qanuns are considered an alternative to preventing and resolving these violations. The purpose of this research is to identify violations in resolving khalwat and identify the needs and desires of the community in compiling a gampong qanun that is able to prevent these violations from occurring. The research method uses a qualitative approach, and data collection methods include interviews, observation, and documentation. The results of the study showed that there were violations in the form of taking the law into their own hands by the people in Gampong Meunasah Moncut Aceh Besar against people who were accused of committing khalwat and that there was a need for gampong qanuns to prevent criminal violations committed by the community in resolving khalwat cases. Gampong Qanun is regarded as an alternative in preventing and resolving various social problems in the Gampong Meunasah Moncut Aceh Besar community. AbstrakMasyarakat di Gampong Meunasah Moncut dihadapkan pada tanggung jawab menegakkan syariat Islam, namun rasa tanggung jawab ini justru direalisasikan pada berbagai pelanggaran-pelanggaran atau tindakan anarkis yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang berdampak pada benturan-benturan sosial pada masyarakat. Pada kondisi tersebut qanun gampong dianggap sebagai salah satu alternatif pencegahan dan penyelesaian pelanggaran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pelanggaran dalam menyelesaikan khalwat dan mengidentitas kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam penyusunan suatu qanun gampong yang mampu mencegah terjadinya pelanggaran tersebut. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, dan metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil Penelitian, bahwa terjadinya pelanggaran berupa main hakim sendiri oleh masyarakat di Gampong Meunasah Moncut Aceh Besar terhadap masyarakat yang dituduh melakukan khalwat dan adanya kebutuhan qanun gampong dalam mencegah pelanggaran-pelanggaran pidana yang dilakukan masyarakat dalam menyelesaikan kasus khalwat. Qanun Gampong dianggap sebagai Alternatif dalam mencegah dan menyelesaikan berbagai persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan di Gampong Meunasah Moncut Aceh Besar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.