In South-east Asia, ENSO-related droughts represent irregularly occurring hazards for agroforestry systems containing cocoa which are predicted to increase in severity with expected climate warming. To characterize the drought response of mature cocoa trees, we conducted the Sulawesi Throughfall Displacement Experiment in a shaded (Gliricidia sepium) cocoa agroforestry system in Central Sulawesi, Indonesia. Three large sub-canopy roofs were installed to reduce throughfall by about 80% over a 13-month period to test the hypotheses that (i) cocoa trees are sensitive to drought due to their shallow fine root system, and (ii) bean yield is more sensitive to drought than leaf or stem growth. As 83% of fine root (diameter \2 mm) and 86% of coarse root biomass ([2 mm) was located in the upper 40 cm of the soil, the cocoa trees examined had a very shallow root system. Cocoa and Gliricidia differed in their vertical rooting patterns, thereby reducing competition for water. Despite being exposed for several months to soil water contents close to the conventional wilting point, cocoa trees showed no significant decreases in leaf biomass, stem and branch wood production or fine root biomass. Possible causes are active osmotic adjustment in roots, mitigation of drought stress by shading from Gliricidia or other factors. By contrast, production of cocoa beans 123Agroforest Syst (2010) 79:171-187 DOI 10.1007 was significantly reduced in the roof plots, supporting reports of substantial reductions in bean yields during ENSO-related drought events in the region. We conclude that cocoa possesses traits related to drought tolerance which enable it to maintain biomass production during extended dry periods, whereas bean yield appears to be particularly drought sensitive.
Tingkat konsumsi terhadap kopi robusta lebih rendah dari pada kopi arabika karena performanya kurang baik. Salah satu upaya peningkatan kualitas performa kopi melalui dekafeinasi. Kopi dekafeinasi yang telah dipasarkan secara luas misalnya kopi luwak. Prinsip pembuatan kopi luwak melibatkan protease dalam pencernaan hewan luwak. Dekafeinasi menggunakan protease tersebut telah terbukti menurunkan kadar kafein kopi robusta sehingga performanya meningkat. Sumber protease dapat diperoleh dari limbah tahu. Dekafeinasi dengan cara merendam green bean kopi robusta (Coffea. robusta) dalam limbah tahu belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian antara lain mengkaji pengaruh jenis limbah tahu dan konsentrasi limbah tahu serta interaksi jenis dan konsentrasi limbah industri tahu terhadap performa pada kopi robusta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor jenis limbah tahu (L0= Air, L1=limbah cair dan L2=limbah padat) dan faktor konsentrasi limbah tahu (K1=30%, K2=60% dan K3=90%), setiap perlakuan dilakukan 3 ulangan. Parameter penelitian yang diamati adalah performa kopi robusta meliputi warna, aroma dan tekstur green bean kopi robusta. Analisis data yang digunakan adalah Analisis of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman kopi robusta dalam limbah cair tahu 90 % paling efektif meningkatkan kualitas performa yang meliputi warna, aroma dan tekstur green bean. Kata kunci : Coffea robusta, dekafeinasi, kopi, limbah tahu, performa
ABSTRAKPenggunaan eksplan mata tunas pisang (Musa paradisiaca var. Raja Bulu) diduga lebih efektif membentuk tunas secara langsung ,sehingga dapat memotong satu tahapan kultur in vitro. Tujuan penelitian ini mengetahui kombinasi hormon dan ukuran eksplan yang terbaik untuk pertumbuhan mata tunas secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial (4x2) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama hormon (P) yaitu P0: tanpa zat pengatur tumbuh, P1: IAA 0,5 mg/l + BA 4,5 mg/l, P2: IAA 3 mg/l + BA 7 mg/l, P3: IAA 5,5 mg/l + BA 9,5 mg/l. Faktor kedua ukuran eksplan yaitu B: mata tunas besar (3 -4 cm) dan K: mata tunas kecil (1 -2 cm). Parameter yang diamati adalah bobot, diameter, warna, morfologi mata tunas dan browning. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan jika ada beda pengaruh diuji lanjut Duncan'(DMRT) signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi perlakuan kombinasi hormon dan ukuran mata tunas terhadap diameter mata tunas, namun tidak terdapat interaksi terhadap bobot mata tunas. Perlakuan hormon dan ukuran mata tunas masing -masing berpengaruh nyata terhadap bobot mata tunas. Interaksi hormon IAA 5,5 mg/l + BA 9,5 mg/l dan mata tunas besar menghasilkan diameter mata tunas paling tinggi, sedangkan masing-masing perlakuan menghasilkan bobot mata tunas paling tinggi. Kombinasi hormon IAA 0,5 mg/l + BA 4,5 mg/l menghasilkan diameter paling tinggi pada mata tunas kecil. Semua perlakuan kombinasi hormon dan mata tunas menyebabkan eksplan membengkak dan mengelupas kecuali pada kombinasi hormon IAA 3 mg/l + BA 7 mg/l eksplan hanya membengkak. Warna eksplan menjadi hijau seiring dengan bertambahnya bobot. Kata kunci : mata tunas, Raja Bulu, IAA, BA. ABSTRACTThe use of buds explants pisang (Musa paradisiaca var. Raja Bulu) expected to be more effective that is expected to form shoots directly so as to cut the stage in vitro culture. The purpose of this study to determine the balance of hormones and explant size is best for the growth of the banana king feather buds in vitro. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) factorial (4x2) with 3 replications. The first factor hormone (P) ie P0: without growth regulators, P1: IAA 0.5 mg / l + BA 4.5 mg / l, P2: IAA 3 mg / l + BA 7 mg / l, P3: IAA 5.5 mg / l BA + 9.5 mg / l. The second factor is the size of the buds explant ie B: buds large diameter (3-4 cm) and K: buds small diameter (1-2 cm). The parameters were the weight, diameter, color, morphology changes buds and browning. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and if there are different influences continued of Duncan '(DMRT) 95% significance. The results showed that there is a balance of hormone treatment interaction and the size of the buds to the increase in diameter buds, but there is no interaction against weight gain buds. The treatment of the balance of hormones and the size of the buds each -each significantly affect weight gain buds. Interaction IAA hormone balance of 5.5 mg / l BA + 9.5 mg / l and large buds produce the in...
Produksi hasil budidaya bayam merah masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Budidaya bayam merah ini bertujuan untuk memperoleh senyawa antioksidan tinggi,yang dipengaruhi oleh faktor naungan. Naungan berkaitan dengan cahaya yang diterima oleh tanaman dan mempengaruhi proses fotosintesis serta pertumbuhan untuk menghasilkan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan menganalisis pengaruh naungan terhadap aktivitas antioksidan yang terdapat pada bayam merah pada tingkat naungan yang berbeda. Rancangan penelitian ini menggunakan RAL satu faktor yaitu naungan. Analisis data menggunakan ANOVA pada taraf signifikansi 95% dan jika beda nyata dilanjutkan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan naungan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tetapi cenderung menurunkan pertumbuhan bayam merah, namun perlakuan naungan menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan bayam merah. Pertumbuhan bayam merah optimal intensitas cahaya kisaran 1965 lux. Perlakuan naungan 70% merupakan naungan yang paling baik menghasilkan aktivitas antioksidan paling tinggi dibanding perlakuan lain. Kata Kunci : naungan, pertumbuhan, aktivitas antioksidan, bayam merah
Padi (Oryza sativa L) merupakan salah satu sumber karbohidrat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kebutuhan lahan yang sangat besar dimasa mendatang akan meningkatkan penggunaan lahan-lahan marginal seperti lahan salin. Upaya penanganan tanah salin dapat dilakukan melalui pemilihan tanaman toleran, pencucian garam (desalinisasi) dan reklamasi lahan salin dengan pemberian amelioran atau pembenah tanah. Penambahan Azolla pinnata R.Br. dan abu sekam dapat meningkatkan kesuburan tanah dan membantu menurunkan salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Azolla dan abu sekam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa L. var Inpari 33) di lahan salin dengan kombinasi yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 ulangan dan 6 perlakuan P0 (kontrol), P1 (100% Azolla), P2 (100% Abu Sekam ), P3 (25% Azolla+75% Abu Sekam), P4 (50% Azolla+50% Abu Sekam), P5 (75% Azolla+25% Abu Sekam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Azolla pinnata R. dan abu sekam berpengaruh nyata terhadap semua parameter penelitian yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, panjang akar, berat basah tanaman, berat kering tanaman, jumlah gabah permalai dan berat gabah permalai. Pemberian Azolla dan abu sekam yang optimal adalah pada perlakuan P5. Kata kunci : Azolla pinnata R. Br., abu sekam, tanah salin, pertumbuhan dan produksi Oryza sativa L.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.