Synthetic pesticides are widely applied for pest and disease control in Indonesia. However, a lack of knowledge and use of Good Agricultural Practices (GAP) for safe pesticide usage among Indonesian farmers remains a problem. This study aims to investigate the gap between farmers' knowledge of GAP for safe pesticide usage and their application of it. This research was conducted in 2020 in five Indonesian provinces. Primary data collection was by means of a survey, in which 298 respondents answered structured questionnaires. The survey also identified the sources of the information recorded and the respondents' experience of pesticide exposure. The analysis tools used were the Wilcoxon Signed Ranked Test and Importance-Performance Analysis (IPA). There were significant differences in the results of the first analysis. These results appear to confirm the results of further analysis using IPA, which show that a high level of knowledge does not mean that farmers will apply this knowledge in practice: this is particularly relevant to wearing gloves and masks, using tools to remove blockages, never clearing blocked nozzles by blowing into them, and disposing of empty containers properly. Nevertheless, in some cases high levels of knowledge do result in high levels of application. Cases of pesticide exposure affecting human health by causing symptoms such as dizziness, nausea, and vomiting confirm that GAP for pesticide usage are not being implemented properly by some farmers. It is therefore recommended that their knowledge should be enhanced through the series of technical training programs using participatory approaches, so that farmers accumulate knowledge which will drive them to adopt GAP for safe pesticide usage.
AbstrakSistim gaduhan sapi tradisional merupakan salah satu bentuk lembaga usaha ternak yang berkembang luas di pulau Bali. Dalam tulisan ini diuraikan bahwa sistim gaduhan sapi tradisional tersebut berkembang karena didorong oleh adanya kebutuhan ekonomi dan ditopang oleh nilai sosial yang disebut karmaphala. Masyarakat Bali berpendapat bahwa sistim gaduhan sapi tradisional tersebut lebih baik daripada pola gaduhan modern seperti PIR karena lebih adil, lebih kooperatif, personal dan transparan. Oleh karena itu lembaga ekonomi formal seperti pola usaha Bapak-Angkat kiranya direkayasakan dengan mengacu pada sistim gaduhan sapi tradisional tersebut. PENDAHULUANMasyarakat Bali tergolong sangat kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional yang bersumber dari agama Hindu. Hal itu dibuktikan oleh kenyataan bahwa pulau Bali merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia dimana agama Hindu tetap merupakan agama yang paling dominan. Nilai-nilai ajaran agama Hindu seperti kejujuran, karmaphala (ganjaran sesuai dengan perbuatan) dan keadilan merupakan tatanan yang kuat bagi terciptanya dan langgengnya berbagai kelembagaan ekonomi tradisional di daerah ini.Dalam bidang usaha ternak, lembaga ekonomi tradisional yang paling luas berkembang di pulau Bali ialah sistim gaduhan sapi Bali yang dalam bahasa lokal disebut sistim kadasan. Sistim gaduhan sapi tradisional ini ternyata mampu bertahan dan tetap berkembang di tengah-tengah lingkungan ekonomi yang mengalami proses modernisasi dengan pesat. Bahkan sistim gaduhan tradisional ini nampaknya lebih tangguh dari sistim gaduhan modern seperti sistim perusahaan inti rakyat (PIR) yang ditunjang oleh pemerintah. Sinyalemen ini dibuktikan oleh fakta yang menunjukkan bahwa sistim PIR formal cenderung mengalami penurunan walaupun mendapat dukungan langsung dari pemerintah sedangkan sistim gaduhan tradisional tetap berkembang walaupun praktis tidak mendapatkan dukungan langsung dari pemerintah (Simatupang, Jamal dan Togatorop, 1992).Ketangguhan sistim gaduhan sapi Bali sungguh menarik untuk ditelaah. Menurut hemat kami, pengetahuan tentang faktor kunci ketangguhan lembaga ekonomi tradisional ini dapat dipakai sebagai acuan dalam merekayasa lembaga-lembaga ekonomi baru seperti sistim PIR. Dalam tulisan ini akan diuraikan pola-pola sistim gaduhan sapi yang ada di Bali yang mencakup faktor pendorong, perikatan pemilik-pemelihara, ketentuan bagi hasil, proses pembentukan dan tatalaksana sistim gaduhan sapi tradisional tersebut.
Semakin besarnya tuntutan terhadap BPTP terkait diseminasi teknologi spesifik lokasi, memerlukan penelaahan yang seksama tentang bagaimana seharusnya kegiatan diseminasi yang efektif dilakukan. Penelaahan dilakukan melalui review terhadap kegiatan diseminasi yang selama ini telah dilaksanakan BPTP, baik terkait dengan pengujian teknologi spesifik lokasi, maupun kegiatan BPTP dalam mengawal program strategis Kementerian Pertanian, seperti Prima Tani dan SL-PTT. Disamping itu, pengalaman kegiatan diseminasi juga diperkaya melalui kegiatan kerjasama dengan pihak asing seperti PRO-ACIAR, FEATI, IRRC, dan IPNI. Hasil telaahan menunjukkan bahwa: (a) pelaksanaan kegiatan cenderung dibuat seragam untuk semua BPTP dan kurang memberi ruang pada BPTP untuk menginisiasi suatu pola atau pendekatan yang khas wilayah sehingga rasa memiliki terhadap kegiatan/program yang diintroduksi relatif kecil dan dalam banyak kasus pelaksanaannya terjebak dalam pendekatan proyek, (b) hampir semua kegiatan tidak didukung oleh suatu data base dan dokumentasi yang baik, terutama terkait dengan stock inovasi yang tersedia, data kelompok sasaran yang diperbaharui secara berkala, dan hasil yang didapat serta data dukung lainnya, dan (c) pengkajian dan diseminasi belum terencana dalam satu agenda yang saling mengait, termasuk pengkajian untuk percepatan diseminasi suatu inovasi. Perbaikan ke depan dapat dilakukan dengan memberi keleluasaan bagi BPTP untuk merencanakan kegiatan diseminasi, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan pengkajian-diseminasi-penyebaran informasi, sehingga indikator pencapaian untuk masing-masing porsi kegiatan tersebut dapat diukur dengan jelas. Pengembangan sistem informasi diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi menjadi sangat penting untuk dikedepankan.
<strong>English</strong><br />The main problem of rural development in Indonesia is related with coordination among the main actors and the focus of activities. In this paper, the main problem of rural development in Indonesia based on the experience of China in the previous program and rural development is examined. In some part of the paper, analysis was focused on the Rural Agribussines Development Program (PUAP), an initiative program of Ministry of Agricultural for poverty alleviation and rural development. Similar with the previous program in rural development that initiated by the government, PUAP is a top down project approach; most of the initiative come from the central goverment. The mechanism of project decision is dominated by the goverment role and structure, and less of rural community initiative. The maximum impact of the PUAP project is an entry point for agricultural development in rural areas. <br /><br /><br /><strong>Indonesian</strong><br />Salah satu persoalan pokok dalam pembangunan perdesaan di Indonesia adalah kurang adanya koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut serta fokus kegiatan yang kurang begitu jelas. Tulisan ini mencoba menelaah beberapa persoalan mendasar dalam pembangunan perdesaan di Indonesia, beranjak dari pengalaman yang pernah ada dan perbandingan dengan pola pendekatan yang digunakan oleh China dalam pembangunan perdesaannya. Kajian ini pada beberapa bagian menelaah pendekatan yang digunakan Departemen Pertanian dalam pembangunan perdesaan melalui pendekatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan mulai tahun 2008 dalam kerangka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Sebagaimana program sejenis yang pernah dilaksanakan sebelumnya, program ini lebih dominan sebagai suatu upaya terpusat dalam menata pembangunan pertanian dan perdesaan di Indonesia. Dalam pendekatan semacam ini, mekanisme pelaksanaan sangat tergantung pada struktur birokrasi, sehingga pengambilan keputusan banyak dilakukan oleh pengelola dari kalangan pemerintah diberbagai level. Masyarakat perdesaan masih sering diposisikan sebagai objek. Berdasarkan kondisi ini sangat sulit diharapkan program ini dapat mencapai hasil maksimal bagi upaya peningkatan pendapatan petani dalam waktu singkat. Hasill maksimal yang mungkin dapat diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah sebagai entry point dan perekat seluruh program Departemen Pertanian dalam pembangunan perdesaan.
<p><strong>English<br /></strong>The fact that a close relationship exist between farmlands and agricultural activities bring about a consequence that efforts for improving farmers welfare cannot be based only on technological and institutional improvement. The improvement in farmers' access to farmlands will mostly determine the success of increasing the living standard of the rural society as a whole. The problem to be faced at present a however, that farmlands tend to be increasingly limited, due to competition with other uses of lands, whereas people working in the sector of agriculture is steadily, and absolutely increasing, resulting in an increasingly limited average proprietorship and control of land. This unfavourable condition could be attributed to the accumulated improper implementation of the development strategy which was not fully inclined to agriculture, by issuing various acts and regulations that enhance investors in having access to lands, including farmlands and lands under control of rural elders by tradition. Agrarian reform with the target to improve farmers' access to farmlands should be commenced by reforming the aforementioned acts and regulations. This in turn should be accompanied by improving the data base related to the status of lands which is presently in a chaostic condition, due to the multiplicity of institution handling the problems related to land status, which has created the main obstacle in implementing the agrarian reform in Indonesia. A political commitment of the government and legislative institutions is urgently needed for this purpose.</p><p> </p><p><strong>Indonesian<br /></strong>Eratnya keterkaitan lahan dengan kegiatan pertanian menyebabkan upaya perbaikan kesejahteraan petani tidak cukup hanya melalui perbaikan teknologi dan kelembagaan yang terkait dengan proses produksi, perbaikan akses petani terhadap lahan akan banyak menentukan keberhasilan upaya perbaikan kehidupan masyarakat pedesaan secara keseluruhan. Misalnya sekarang, lahan pertanian cenderung makin terbatas karena harus berkompetisi untuk berbagai penggunaan, sementara orang yang bekerja di pertanian secara absolut terus bertambah sehingga menyebabkan rata-rata pemilik dan penguasaan lahan semakin sempit. kondisi ini merupakan akibat dari akumulasi kesalahan di dalam penerapan kebijaksanaan pembangunan yang kurang berpihak pada pertanian, dengan dikeluarkannya sebagai undang-undang dan peraturan yang memudahkan investor untuk mendapatkan lahan, termasuk lahan pertanian dan hak ulayak masyarakat adat. Upaya reformasi agraria, dengan sasaran memperbaiki akses petani terhadap lahan, perlu di awali dengan mereformasi berbagai peraturan/perundangan yang ada. Upaya ini seharusnya dilakukan bersamaan dengan perbaikan terhadap basis data yang berkaitan dengan lahan, karena masih simpang-siurnya data dan banyaknya instansi yang menangani persoalan lahan, dan ini merupakan hambatan utama dalam pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia. Agar upaya ini dapat terlaksanakan dibutuhkan political comitment dari pemerintah dan pihak legislatif tentang pentingnya reformasi agraria ini.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.