Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan kehidupan kerja dan sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswaPascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan datanya menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah uji regresi parsial dan serentak dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tuntutan kerja, jam kerja, kerja lembur, tuntutan kerja, status orangtua, ukuran keluarga, dukungan pengawas dan otonomi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap work-life balance mahasiswa. Secara parsial, tuntutan pekerjaan, jam kerja, status orang tua, ukuran keluarga dan dukungan pengawas tidak berpengaruh terhadap work-life balance. Sedangkan kerja lembur, tuntutan keluarga dan otonomi kerja berpengaruh signifikan terhadap work-life balance mahasiswa. Penelitian ini akan bermanfaat bagi para calon dan mahasiswa yang mengintegrasikan antara pekerjaan dan sekolah demi kesuksesan studinya, bagi para pengambil kebijakan yaitu pengelola perguruan tinggi dan instansi tempat kerja dan juga bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya yang diharapkan bisa menindaklanjuti hasil penelitian ini.
Purpose: This study aims to determine and analyze distributive justice, job satisfaction, and affective commitment to the Organizational Citizenship Behavior (OCB) of employees at a telecommunication company in Indonesia. Methodology/Approach: The population used was employees at a certain public telecommunication company in Indonesia, amounting to 80 people. The sample used the saturated sample method. The data analysis method used the multiple linear regression analysis. Findings: Results indicate that partially positive distributive justice is not significant to OCB. Job Satisfaction has a positive and significant effect on OCB, and Affective Commitment has a positive and significant impact on OCB. In contrast, simultaneously Distributive Justice, Job Satisfaction, and Affective Commitment have a significant effect on OCB of employees. Research Limitation/implication: This research studied at the branch of the telecommunication company in a province level, therefore the results cannot be generalized to represent the opinions of all employees throughout Indonesia. The variables were limited to distributive justice, satisfaction, and affective commitment. The number of operational variables in this model was relatively limited; in fact, several other variables have not been included. Originality/Value of paper: The research finding gives contribution to the human resources management to enhance the company’s competitiveness through maintaining the OCB.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh dari konflik kerja serta stress kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada Warung Spesial Sambal (SS) Yogyakarta . Untuk menguji hipotesis, dilakukan analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 20. Seratus data survei dikumpulkan dari karyawan di kantor pusat Waroeng Khusus Sambal (SS) Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik konflik kerja maupun stress kerja secara parsial dan sumultan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa Jika tingkat konflik dan stres kerja yang rendah, maka akan meningkatkan tingkat produktivitas kerja. Sebaliknya, jika konflik dan stres kerja tinggi, tingkat produktivitas kerja akan menurun. Impilkasi dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi kepada Kantor Pusat Waroeng Spesial Sambal (SS) Yogyakarta untuk meningkatkan produktivitas karyawan dengan mengurangi tingkat konflik kerja dan stres kerja yang terjadi di perusahaan.
This study aims to investigate the relationship between procedural and informational justice and interpersonal deviations. Specifically, this study hypothesizes that: (a) There is a negative relationship between procedural justice and interpersonal deviation behavior, (b) There is a negative relationship between informational justice and interpersonal deviationbehavior. To test the hypothesis, SPSS was used to analyze survey data from 124 hospital nurses at public private hospitals in Yogyakarta. The results show that all hypotheses are proven. And furthermore, this study produces suggestions both theoretically and practically.
Generasi Z adalah generasi yang dilahirkan setelah generasi Y atau generasi millenial. Sebagian besar peneliti memperkirakan generasi ini lahir dalam kurun waktu 20-25 tahun terakhir, meskipun banyak peneliti masih memperdebatkan mengenai persisnya tahun kelahiran mereka. Generasi Z ini sekarang sudah menginjak dewasa, bahkan sudah mulai banyak yang mewarnai dunia kerja terutama dalam bidang bisnis. Para pakar meyakini mereka akan menjadi pemutar roda perekonomian dunia dalam waktu dekat ini. Ketertarikan untuk menekuni dunia bisnis yang tinggi pada generasi Z inilah yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran beberapa jenis kecerdasan yang mempengaruhi minat berwirausaha bagi generasi Z. Obyek penelitian difokuskan pada mahasiswa yang tercatat aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta pada tahun 2021 dan telah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Sampel ditentukan sebanyak minimal 100 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner melalui googleform. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Temuan dari penelitian ini bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap minat berwirausaha pada generasi Z. Sedangkan kecerdasan adversitas dinyatakan tidak berpengaruh pada minat wirausaha generasi Z.
Penelitian ini menyelidiki hubungan antara job embeddedness, organizational commitment, self-efficacy, dan turnover intention. Secara spesifik, hipotesis penelitian ini adalah: 1) Job embeddedness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan; 2) Organizational commitment berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan; 3) Self-efficacy berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Dalam menguji hipotesis, digunakan teknik Regresi Linier Berganda dengan bantuan SPSS 25 untuk menganalisis 66 data yang dikumpulkan dari PT. PLN (Persero) UP3 Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa job embeddedness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan; organizational commitment berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan; serta self-efficacy tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Kontribusi penelitian memberi manajer resep untuk mengurangi turnover intention dengan meningkatkan job embeddedness dan organizational commitment. Berkenaan dengan kontribusi teoritis, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai masalah turnover intention.
This study investigates the effect of the Work Environment and Interpersonal Relationships on Job Satisfaction. An eighty respondents of the employees of the Daarul `Ulum Muhammadiyah Islamic Boarding School Sewugalur Kulon Progo are solicited to participate in this study. Data collection using questionnaires and data analysis with multiple linear regression analysis using SPSS 25 program. The results shows that the Work Environment has no effect on Job Satisfaction. Interpersonal Relationhip has a positive effect on Job Satisfaction, and both of Work Environment and Interpersonal relation have a simultaneous effect on Job Satisfaction. Several contributions are sugested for managerial and future research.
Tingkah laku devian di tempat kerja didapati memberi kesan negatif bukan sahaja kepada pekerja tetapi juga kepada organisasi secara keseluruhan. Dapatan kajian lepas menunjukkan anteseden atau punca yang mempengaruhi tingkah laku devian di tempat kerja terdiri daripada faktor individu iaitu faktor diri pekerja, dan faktor situasi yang berkaitan dengan organisasi. Kajian ini dijalankan untuk mengkaji hubungan antara pelanggaran dengan pencabulan kontrak psikologi (sebagai faktor peramal) dengan tingkah laku devian di tempat kerja. Secara khususnya, kajian ini menghipotesiskan wujudnya hubungan langsung antara pelanggaran kontrak psikologi dengan tingkah laku devian serta hubungan tidak langsung menerusi pencabulan kontrak psikologi. Kesahan model pengukuran dan hipotesis diuji menggunakan teknik statistik Model Persamaan Berstruktur (SEM) dengan menggunakan data yang dikumpulkan daripada 477 orang jururawat di Indonesia. Selaras dengan kerangka kerja Morrison dan Robinson (1997), dapatan kajian ini menunjukkan wujudnya hubungan tidak langsung yang signifikan antara pelanggaran kontrak psikologi dengan tingkah laku devian menerusi pencabulan kontrak psikologi sebagai pemboleh ubah pengantara. Secara teorinya, kajian ini dapat menyumbang kepada literatur menerusi penggunaan teori kontrak psikologi dalam menerangkan tingkah laku devian di tempat kerja. Abstract Workplace deviance behaviour was found to not only harm employees but also the organisation as a whole. Findings from past research have shown that individual and situational or organisational factors act as antecedents of deviant behaviour. The purpose of this paper is to examine the relationship between psychological contract breach, violation and workplace deviance. Specifically, this study hypothesised both direct relationship between psychological contract breach and workplace deviance, and indirect relationship between the two variables via psychological contract violation. To test the validity of the measurement model and to test the hypotheses, Structural Equation Modelling (SEM) statistical technique was employed to analyse the survey data collected from 477 nurses in Indonesia. Consistent with Morrison and Robinson’s (1997) framework, the results showed that psychological contract violation mediates the relation between psychological contract breach and workplace deviance. Theoretically, this study contributes to the existing literature by expanding the utility of psychological contract theory in explaining workplace deviant behaviours. Keywords: Psychological contract, breach, violation, workplace deviance, social exchange theory.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.