RISK FACTORS OF CENTRAL OBESITY AMONG ADULTS IN DKI JAKARTAObesity is now considered as a major public health problem, afflicting both developed and developing countries including Indonesia. Recently, central obesity, measured by waist circumference, draw a greater attention than overall obesity, measured by body mass index, since more risks have been proved to be associated with central obesity. The objective of the study is to analyzed risk factors associated with central obesity in DKI Jakarta. The study used secondary data of Basic Health Research (RISKESDAS) conducted in 2007 in DKI Jakarta. A Total of 11805 men and women age 15 year old or above excluding pregnant women were used for the analyses. Logistic regression analyses were used to measure the association between central obesity and existing variables in the data on the characteristic of subject. The result showed that significant risk factors associated with central obesity are age 35 year, sex (women), marital status (married), education (high school), occupation (entrepreneur/ tradesman/ services/ housewife), per capita income (quintile-5), fatty foods and mental disorders. Among those risk factors, sex (women) is the most determinant risk factor.
Program PMT-P adalah salah satu program yang dilaksanakan pemerintah dalam penanganan masalah gizi pada balita kurang gizi khususnya pada keluarga miskin. Namuan, selama ini masih banyak kendala dalam pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program PMT-P berdasarkan segi input, proses dan output di Kabupaten Tuban. Informan dalam penelitian ini adalah kasie gizi dinas kesehatan, kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi, bidan desa, dan kader. Analisis data dilakukan secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dai segi input, SDM dan bahan PMT-P sudah memadai, namun petunjuk pelaksanaan, sarana prasarana, dan pendanaan masih kurang, dari segi proses, penyimpanan, pengangkutan dan pemantauan masih kurang, dari segi output, ketepatan umur sudah sesuai dan ada keefektifan program dalam kenaikan berat badan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah program PMT-P sudah efektif dalam meningkatkan berat badan balita sasaran walaupun masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program.
Latar Belakang: Stunting masih menjadi permasalahan nasional dan global karena dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia. Pemerintah sudah mencanangkan berbagai program penurunan stunting melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif. Namun, pandemi Covid-19 mengakibatkan beberapa program tidak dapat terlaksana dengan baik. Tujuan: menganalisis pengaruh intervensi gizi sensitif terhadap kejadian stunting pada balita usia 6-24 bulan selama pandemi Covid-19 Metode: Penelitian berjenis observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Sampang dan Probolinggo pada Bulan Juni-Juli 2022. Sebanyak 455 responden terlibat pada penelitian ini. Data primer didapatkan dengan menggunakan wawancara dan pengukuran antropometri. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan jamban yang memadai berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita usia 6-24 bulan (p=0,008; OR=2,260; 95%CI: 1,238-4,125). Variabel lain yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah usia balita (p=0,001; OR=3,205; 95%CI: 1,657-6,201). Kesimpulan: Akses jamban yang memadai merupakan intervensi gizi sensitif yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita usia 6-24 bulan selama pandemi Covid-19.
Stunting has a serious impact on the quality of human resources. Increasing access to health services is the effort of the Government of Indonesia to reduce stunting cases. This study aims to analyze the relationship between access to health services such as weighing of integrated services post, immunization, and supplementation of vitamin A with stunting in children aged 24-59 months. A case-control study was conducted on 292 samples which were divided into 146 case groups and 146 control groups. Data were collected by interview respondents, and documentation, and measurement. Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square test. The results showed that there was no relationship between weighing of integrated services post (p=0.42), immunization (p=0.58), and supplementation of vitamin A (p=0.06) with stunting in children aged 24-59 months. Access to adequate health services will not be effective to reduce stunting cases if it is not balanced with good nutrition and health practices from mothers of children under five. Nutritional counseling and assistance from health workers are needed intensively from pregnancy to the first two years of life, especially for mothers with low education and less exposure to mass media and electronics.
The prevalence of stunting is still high in urban areas. Maternal factors such as height, education, occupation, antenatal visits, and nutritional status have increased stunting in urban areas. The study aims to analyze the maternal factors that influence the incidence of stunting among children aged 24-59 months in urban areas. The case-control design study was conducted in May-July 2019 in Pasuruan City. Samples of 67 cases (HAZ < -2SD) and 67 controls (HAZ > -2SD) were selected by simple random sampling. Data on children's age, gender, birth order, education, occupation, pregnancy classes, and antenatal visits were collected by interviewing respondents using a questionnaire. Data on birth weight, maternal age during pregnancy, maternal upper arm circumference during pregnancy, and maternal height were obtained from the MCH Handbook. The chi-square test and Logistic Regression were used for data analysis. The results showed that the maternal nutritional status during pregnancy was associated with the incidence of stunting in urban areas (p= 0,010). In contrast, children's age, gender, birth order, birth weight, maternal age during pregnancy, maternal height, education, occupation, pregnancy classes, and antenatal visits were not associated (p> 0,05). The incidence of stunting was 3,37 times higher in mothers with MUAC < 23,5 cm during pregnancy (OR= 3,37). In conclusion, maternal nutritional status during pregnancy is the main predictor of stunting among children aged 24-59 months in urban areas.
Masalah GAKI merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Selama ini pemakaian garam beriodium digunakan sebagai upaya dalam menanggulangi masalah GAKI. Namun, dalam dua tahun terakhir, kegiatan pemantauan garam beriodium skala rumah tangga sudah tidak dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemakaian dan penatalaksanaan garam beriodium pada skala rumah tangga terhadap status iodium balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara responden dan pengujian laboratorium. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 95 balita. Analisis data menggunakan uji chi square dan spearman. Hasil penelitian ini adalah pemakaian garam beriodium pada skala rumah tangga mampu menjaga status iodium balita pada kondisi optimal. Namun, masih terdapat defisiensi dan kelebihan iodium pada balita. Meskipun pada panelitian ini pemakaian dan penatalaksanaan garam beriodium pada skala rumah tangga tidak berhubungan dengan kejadian GAKI pada balita (p>0,05), namun, pemakaian dan penatalaksanaan garam beriodium dengan baik penting dalam mengeliminasi GAKI pada masyarakat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.