A B S T R A K PENDAHULUANSejalan dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan di bidang farmasi, telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan pembuatan bentuk sediaan obat dengan sistem lepas lambat. Keunggulan bentuk sediaan ini adalah menghasilkan suatu tingkat mantap kadar obat dalam darah atau jaringan yang merata, efektif secara terapeutik dan tidak toksik untuk suatu periode waktu yang panjang, sehingga tidak perlu mengulangi pemberian unit dosis, biasanya 8-12 jam. Metode yang biasa dilakukan adalah mikroenkapsulasi (Benita, 1989; Ansel, 1991;Noviza et al., 2013;Srifiana et al., 2014). Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penggunaan penyalut yang relatif tipis pada partikel-partikel kecil zat padat atau tetesan cairan dan pendispersi zat cair. Mikroenkapsulasi meliputi penyalutan partikel dengan dimensi yang berkisar antara 1 -5.000 mikrometer (Lachman et al., 1994;Halim et al., 2011).Dalam mikroenkapsulasi, keadaan inti, stabilitas, konsentrasi bahkan penyalut dan metoda yang digunakan perlu diperhatikan. Salah satu metoda yang sering digunakan adalah metoda penguapan pelarut. Metoda penguapan pelarut adalah salah satu dari beberapa metoda yang digunakan untuk memproduksi mikrokapsul dan metoda paling sederhana yang bisa dilakukan (Dehgan et al., 2010).
Abstrak Banyaknya kasus kesalahan pengobatan yang terjadi dalam tiap proses pengobatan, baik dalam proses peresepan, pembacaan resep, penyiapan hingga penyerahan obat maupun dalam proses penggunaan obat berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat dan membahayakan pasien dimana hal tersebut semestinya dapat dicegah. Kebaruan dalam penelitian ini meneliti tentang kajian administratif, farmasetis dan klinis resep antibiotik periode oktober – desember 2020 di salah satu apotek di kota medan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah ada terdapat kesesuaian kelengkapan administratif, farmasetis dan klinis pada peresepan di salah satu Apotek di Kota Medan yang memenuhi PMK No 73 Tahun 2016. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectiona. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu data yang berasal dari resep antibiotik periode Oktober -desember 2020 di salah satu apotek di Kota Medan. Hasil dari penelitian ini adalah dari 120 resep yang ada di salah satu apotek di kota medan dari aspek kajian administratif dan klinis tersebut 100% yang tidak memenuhi kriteria. Sedangkan dari aspek kajian farmasetis yang tidak memenuhi sebanyak 42 % dari 120 lembar resep , Semua lembar resep memiliki interaksi obat yang merugikan; ketidak tepatan dosis antibiotik; stabilitas sediaan dan kompatibilitas sediaan yang tidak sesuai. Kesimpulanya yaitu sebanyak 100 % aspek administratif dan kajian klinis dari resep antibiotik periode oktober – desember 2020 di salah satu apotek di kota medan yang tidak meemenuhi PMK No .73 Tahun 2016 .Kata kunci: Kajian Administratif, Farmasetis, Klinis, Peresepan, Antibiotik AbstractThe number of cases of medication errors that occur in each treatment process, both in the prescribing process, reading prescriptions, preparation to delivery of drugs as well as in the process of using drugs, results in inappropriate drug services and endangering patients where this should be prevented. The novelty in this study examined administrative, pharmaceutic and clinical studies of antibiotic prescriptions for the period October – December 2020 at one of the pharmacies in medan city.The purpose of this study was to see whether there was a conformity of administrative, pharmaceutical and clinical completeness in prescribing at one of the pharmacies in Medan City that met PMK No. 73 of 2016. This research method used a descriptive research method with a cross sectional approach. Data collection was carried out retrospectively, namely data from antibiotic prescriptions for the period October-December 2020 at one of the pharmacies in Medan City. The results of this study were that of the 120 prescriptions in one of the pharmacies in Medan City, from the administrative and clinical aspects of the study, 100% did not meet the criteria. Meanwhile, from the aspect of the pharmaceutical study that did not meet as many as 42% of the 120 prescription sheets, all prescription sheets had adverse drug interactions; inappropriate dose of antibiotics; the stability of the preparation and the compatibility of the inappropriate preparations. The conclusion is that 100% of the administrative aspects and clinical studies of prescribing antibiotics for the period october - december 2020 in one of the pharmacies in the city of Medan do not comply with PMK No. 73 of 2016.Keywords: Arthritis; Administrative, Pharmaceutic, Clinical, Prescribing, Antibiotic Studies
Masih rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan pada pasien asma, stroke, rematik dan TBC menjadikan penyakit kronis ini menjadi masalah di Negara maju dan berkembang. Kebaruan penelitian ini adalah meneliti pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien pada beberapa jenis penyakit seperti asma, stroke, rematik dan TBC dengan menggunakan metode pill count. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat perbedaan kepatuhan pasien sebelum dan sesudah diberi konseling obat (dengan materi konseling bersumber dari buku Pharmacotherapy Handbook Joseph T Dipiro edisi 9 untuk asma, stroke dan rematik; dan Farmaseutical Care untuk penyakit tuberculosis dimana membandingkan pill count sebelum dan sesudah konseling obat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional pada pasien asma sebanyak 15 orang, pasien stroke 10 orang, pasien rematik 10 orang dan pasien TBC 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan hasil perhitungan dengan menghitung manual berdasarkan catatan sebelum dan sesudah konseling obat terhadap jumlah sisa obat (metode pill count). Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh konseling obat pada pasien asma, stroke, rematik dan TBC, dengan tingkat kepatuhan sebelum diberi konseling obat yang diukur menggunakan metode pill-count pada pasien asma, stroke, rematik dan TBC secara berturut-turut sebesar 6,66%, 40%, 30% dan 26,66 %. Sedangkan tingkat kepatuhan setelah diberi konseling obat yang diukur menggunakan pill-count pada pasien asma, stroke, rematik dan TBC secara berturut-turut sebesar 86,66%, 90%, 80% dan 83,33%. Kesimpulan terdapat perbedaan kepatuhan pasien sebelum dan setelah diberi konseling obat,  dimana kepatuhan pasien semakin meningkat setelah diberi konseling obat pada pasien Asma, Stroke, Rematik dan TBC.Kata kunci: Kepatuhan; Konseling Obat; Pill Count.AbstractThe low adherence of patients to treatment in patients with asthma, stroke, rheumatism, and tuberculosis makes this chronic disease a problem in developed and developing countries. The novelty of this study is to examine the effect of drug counseling on patient adherence to several types of diseases, such as asthma, stroke, rheumatism, and tuberculosis, using the pill count method. The purpose of this study was to look at differences in patient adherence before and after being given drug counseling (with counseling material sourced from Joseph T Dipiro's 9th edition of the Pharmacotherapy Handbook for asthma, stroke, and rheumatism; and Pharmaceutical Care for tuberculosis disease where comparing pill count before and after drug counseling. This study is descriptive with a cross-sectional design in 15 asthma patients, 10 stroke patients, 10 rheumatic patients, and 30 TB patients who meet the inclusion and exclusion criteria and the calculation results by calculating manually based on records before and after drug counseling on the amount of drug residue (pill count method). The results of the study found the influence of drug counseling on asthma, stroke, rheumatism, and tuberculosis patients, with the level of adherence before being given drug counseling as measured using the pill-count method in asthma, stroke, rheumatism and tuberculosis patients respectively by 6.66%, 40%, 30%, and 26.66%. Meanwhile, the compliance rate after being given drug counseling measured using pill count in asthma, stroke, rheumatism, and tuberculosis patients was 86.66%, 90%, 80%, and 83.33%, respectively. Conclusion there are differences in patient adherence before and after being given drug counseling, where patient adherence increases after being given drug counseling in patients with Asthma, Stroke, Rheumatism, and Tuberculosis.
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang diakibatkan oleh resistensi insulin ditandai dengan kadar gula darah semakin tinggi. Diabetes mellitus memiliki angka kejadian yang cukup tinggi hampir di setiap negara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian pelayanan resep antidiabetik di apotek pada aspek kesesuaian adminstratif, farmasetis dan klinis resep dengan PMK No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kebaruan penelitian ini meneliti kajian administratif, farmasetis dan klinis resep obat anti diabetes. Jenis penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari resep periode Oktober – Desember 2020. Peneliti melakukan pengecekan didalam resep adakah obat yang berinteraksi antara obat satu dengan obat lain sehingga tidak menghasilkan efek terapi yang maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun resep yang secara keseluruhan memenuhi Kriteria Aspek Administrasi, Farmasetis dan klinis, namun terdapat 38 resep dari 53 resep memenuhi aspek Farmasetis, terdapat 15 resep yang tidak memenuhi Kriteria Aspek Administrasi, Farmasetis dan klinis. Kesimpulan bahwa tidak satupun resep memenuhi PMK No.73 tahun 2016.
Sabun merupakan hasil reaksi saponifikasi/penyabunan dari suatu basa (NaOH/KOH) dengan asam lemak. Minyak minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan evaluasi fisik formulasi sediaan sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak jelantah dan formulasi sediaan sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak goreng sawit kemasan. Metode penelitian yang digunakan adalah esperimental, pembuatan ekstrak daun bawang menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Evaluasi sediaan menggunakan uji organoleptis, homogenitas, pH, dan iritasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan berwarna putih kekuningan sampai hijau tua, bertekstur padat dan beraroma mint, homogen, pH yang dihasilkan sediaan sabun ini adalah kisaran 10,1 hingga 10,5. Sabun yang dihasilkan tidak terjadi iritasi, tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau. Berdasarkan evaluasi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pHuji iritasi, dan uji iritasi sabun padat ektstrak daun bawang dengan minyak jelantah sama baiknya dengan formulasi sabun padat ekstrak daun bawang dengan minyak goreng sawit dan memenuhi persyaratan sabun padat yang baik. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti uji stabilitas busa, uji kadar air, uji hedonic, uji cycling, pH cycling, uji efektifitas anti bakteri sediaan sabun padat ekstrak daun bawang (Allium fistulosum) terhadap penguijian antibakteri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.