Asystasia gangetica (L.) T. Anderson is a weed commonly found on oil palm plantations and can be used as cover crop for mature oil palm plantations due to its tolerance to shading. The use of cover crop is a soil conservation technique to support sustainable availability of soil nutrients by reducing erosion and nutrients loss, particularly during the rainy seasons. This research aims to determine the roles of A. gangetica as cover crop for measures against erosion and nutrients loss in mature oil palm plantation. This research was conducted in oil palm plantation, Unit Rejosari, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, District of Natar, South Lampung Regency from August 2014 to April 2015. The research used split block design in randomized complete block design with two factors and six replications. The main plots were ridge terrace, namely with and without ridge terrace. The sub plots were cover crops, namely with and without cover crops A. gangetica. The results show that using A. gangetica as cover crops in mature oil palm plantations effectively minimized erosion and loss of organic C, N, P, and K by 95.7%, 93.4%, 96.0%, and 90.0 %, respectively. The use of cover crop became more effective when combined with ridge terrace and reduced erosion by 94.1% and loss of organic C, N, P and K by 99.1%, 99.2%, 90.0% and 98.5%, respectively.
Efisiensi pupuk merupakan rasio antara jumlah hara yang diserap tanaman dengan jumlah hara yang diaplikasikan lewat pupuk. Efisiensi pupuk yang tinggi digambarkan dengan semakin banyaknya hara yang dapat diserap tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi beberapa jenis pupuk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, Sumatra Utara. Sebanyak empat perlakuan dengan tiga ulangan disusun menggunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang dicobakan adalah: 1) P0 = Kontrol/tanpa pupuk; 2) P1 = Pupuk majemuk Briket, 3) P2 = Pupuk majemuk granular, dan 4) P3 = Pupuk tunggal lengkap yang terdiri dari Urea, TSP, MoP, dan Kieserit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (i) serapan hara (nutrient uptake) N, P, K dan Mg pada perlakuan pupuk majemuk briket lebih tinggi sekitar 11%; 21%; 9%; dan 23% dibanding perlakuan pupuk majemuk granular dan 5%; 1%; 1% dan 19% lebih tinggi dibanding perlakuan P3; (ii) efisiensi serapan hara (recovery efficiency) N, P, K dan Mg perlakuan pupuk majemuk briket lebih tinggi sekitar 18%; 42%; 16%; dan 20% dibanding perlakuan pupuk majemuk granule dan lebih tinggi sekitar 8%; 1%; 2%; dan 19% dibanding perlakuan pupuk tunggal; dan (iii) efisiensi agronomis (agronomic efficiency) N, P, K dan Mg pada perlakuan pupuk majemuk briket lebih tinggi sekitar 26% dan 18% dibanding nilai efisiensi agronomis hara N, P, K, dan Mg pada perlakuan pupuk majemuk granular dan pupuk tunggal lengkap.
C-organik tanah pada perkebunan kelapa sawit dapat dijadikan salah satu parameter keberlanjutan ekosistem dan kesuburan tanah. Perubahan sifat kimia tanah yang dinamis tidak lepas dari proses biogeokimia dari mineralisasi dan pelapukan bahan organik menjadi C-organik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status C-organik tanah serta kaitannya dengan sifat kimia tanah lainnya dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2014 di perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara, dengan jenis tanah Inceptisols dan Ultisols. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Data dianalisis menggunakan uji komparatif T-paired antara kebun yang diamati pada tahun 2009 dan 2014 untuk melihat perubahan nilai C-organik, dan parameter sifat kimia tanah. Uji korelasi dilakukan untuk melihat keterkaitan antara C-organik dengan parameter sifat kimia tanah lainnya, yaitu kadar N, kejenuhan Al, pH, dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 kebun pengamatan, nilai C-organik dari 3 kebun meningkat dan 6 kebun menurun secara signifikan, sedangkan 16 lainnya tidak berbeda nyata. Dalam periode 5 tahun, kandungan Corganik tanah cenderung fluktuatif namun tetap berada pada kelas yang sama dengan kisaran rendah hingga sedang (<1,75%). Peningkatan nilai C-organik hanya berkorelasi linier dan nyata dengan N pada tanah Inceptisols (r = 0,392). Sedangkan, pada tanah Ultisols, peningkatan Corganik tanah secara nyata diikuti dengan penurunan nilai pH (r =-0,141).
There is still very little information on the sources of water absorbed by oil palm plant. This information is very important for water management system in oil palm plantation. Thus, this study was carried out to determine current water sources absorbed by the oil palm roots using oxygen (δ 18 O) and deuterium isotopes (δD) techniques. Sketches of oxygen and deuterium isotope were total rainfall, throughfall, runoff, measurement at 5 soil depths (namely: 20 cm, 50 cm, 100 cm, 150 cm, and 200 cm), and oil palm stem. Results of this study showed huge variance in the values of oxygen and deuterium isotope. Based on Least Significant Difference (LSD) test, there was no significant value in the oxygen and deuterium isotope of stem water and others; however, a similar value was obtained at the depths of 0-20 cm and 20-50 cm with the stem water. This indicated that oil palm absorbed water from 0-50 cm depth. This result agreed with the oil palm rooting system, which has verified that the root quarter is the most active root of oil palm.
<p>Ketiadaan modal keuangan dan hilangnya pendapatan pekebun setelah di masa tanaman belum menghasilkan menjadi alasan utama penyebab tertundanya kegiatan peremajaan di perkebunan sawit rakyat. Kelompok Tani swadaya Sido Makmur yang berlokasi di Riau telah meremajakan kebun seluas 20 hektar dengan sistem tumbang serempak/total disertai dengan sistem tumpang sari tanaman sayuran. Meski sistem ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi, ternyata berhasil diterapkan oleh Kelompok tani ini. Penelitian ini dilakukan untuk 1) mengetahui alasan pekebun memilih melakukan peremajaan dengan sistem tumpang sari, 2) mengetahui manfaat finansial dari penerapan tumpang sari, dan 3) mengetahui dampak sistem tumpang sari terhadap status kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada masa tanaman belum menghasilkan. Penelitian ini dilakukan di Desa Kumain, Kecamatan Rokan Hulu pada Oktober 2019. Analisis data dilakukan menggunakan usahatani tanaman sela dan analisis dampak budidaya tanaman sela terhadap kesuburan tanah di areal tanaman kelapa sawit TBM 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (<em>indepth interview</em>) melibatkan 5 orang anggota kelompok tani. Data yang dikumpulkan meliputi praktik pola tanam dalam setahun, biaya input produksi, harga jual, hasil produksi, dan pendapatan. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel tanah pada 5 titik pengamatan ditiap kebun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tumpang sari tanaman sela pada kebun kelapa sawit rakyat di Tandun, Rokan Hulu, Riau secara ekonomi layak diusahakan. Hal ini dapat dinilai dari besaran nilai RCR yang lebih dari satu pada seluruh jenis tanaman sela yang diusahakan. Hal ini juga menjelaskan bahwa usahatani tumpang sari tanaman sela berupa tanaman holtikultura dapat menjadi alternatif pendapatan semasa tanaman kelapa sawit tanaman belum menghasilkan. Lebih lanjut, hasil analisis kadar hara tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman antara plot kontrol dan plot tumpang sari memiliki nilai yang cukup serupa. Sehingga dapat dikatakan sistem tumpang sari ini direkomendasikan karena tidak memberikan efek buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. </p>
A field study on peat soil to investigate impacts of soil water table depth and soil ameliorant (steel sludge) had been carried out on mature oil palm. Three treatments of soil water table management and four rates of steel sludge application were applied in this study. Treatments of soil water table management were WLM1, WLM-2, and WLM-3, where soil water table depth was maintained at 35-50 cm, 60-75 cm, and >75 cm below the soil surface, respectively. Treatments of steel sludge were application of this soil ameliorant at the rate of 0; 3.15; 6.51; 9.86 kg tree-1. The study was arranged as split plot randomized block design by assigning soil water table management as main plot and rate of steel sludge as sub plot. Soil Data observed were actual soil water content, peat soil properties, CO2 emission, vegetative growth, and palm yield. The results showed that maintaining soil water table depth at < 75 cm could maintain actual soil moisture up to top parts of peat soil. On the other hand, deeper soil water table (>75 cm, WLM-3) caused significant effects on decreasing of soil moisture in the 0-10 cm layer of peat soil. CO2 emission was 37, 40, dan 45 ton ha-1 year-1 under WLM-1, WLM-2, and WLM-3, respectively. The drop of soil water table to >75 cm (WLM-3) significantly increased CO2 emission to about 11-18% higher than that on WLM-1 and WLM-2. Steel sludge application did not significantly decrease CO2 emission. The highest FFB yield was observed under WLM-1, then followed by WLM-2 and WLM-3. FFB yield was significantly higher when soil water depth was maintained at 35-75 cm than that at > 75 cm, it was 7-10% and 36-60% higher in 2014 and 2015, respectively. There were no significant effects of steel sludge application on FFB yield, but there was improvement on average bunch weight.
Bakteri endofit merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman, tidak berbahaya bagi tanaman inang, dan berasosiasi dengan tanaman untuk mendukung kesehatan tanaman. Peran bakteri endofit diantaranya adalah penambat nitrogen bebas udara, menghasilkan fitohormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman seperti IAA dan sitokinin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh inokulasi bakteri endofit dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit, serapan hara, dan potensi pengurangan dosis urea. Penelitian ini dilaksanakan di pembibitan kelapa sawit Kebun Aek Pancur pada tahap main nursery sejak umur 3 bulan hingga 9 bulan. Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan diulang sebanyak empat kali. Perlakuan terdiri dari (1) kontrol; (2) 100% pupuk standar; (3) 25% pupuk urea + inokulasi bakteri endofit (B1N25); (4) 50% pupuk urea + inokulasi bakteri endofit (B1N50); (5) 75% pupuk urea + inokulasi bakteri endofit (B1N75); dan (6) 100% pupuk urea + inokulasi bakteri endofit (B1N100). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B1N75 merupakan kombinasi perlakuan terbaik yang ditunjukkan dengan tingginya nilai efektif agronomi nisbi (EAN) 5,5% lebih tinggi dari standard dan memiliki performa keragaan serta produksi biomassa kering yang setara dengan 100% pemupukan nitrogen anorganik. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi bakteri endofit dalam penelitian ini mampu menurunkan penggunaan pupuk urea hingga 25%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.