Kendal Regency is a region in Central Java Province that has a large area with increasing number of resident. Increasing number of residents set off increasing number of disease but health facility in Kendal Regency is not available yet. Thus, health facility or hospital is needed in order to help healing process for the residents. Type D hospital is designed using the application of healing architecture concept because this concept will be really helpful for the patients in their healing process. Healing Architecture is implemented in the building of Type D Aisyiyah Hospital with outdoor and indoor design thus creating an atmosphere that can influence the psychology and physic of the patients in healing process. The data was obtained through primary and secondary data collection. The primary data was done through interview, observation, location mapping, and documentation. Secondary data was collected from related agencies and literature study from journal or related paper. The result from the application of healing architecture concept on Type D Aisyiyah Hospital in Kendal Regency was showed off on the building façade, outdoor room, and indoor room of the hospital which is helpful in healing process by considering structure of building and utility for hospital needs.Keywords: Healing Architecture, Hospital, Kendal Regency Abstrak: Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah yang memiliki wilayah yang cukup luas dengan perkembangan penduduk yang kian meningkat. Bertambahnya pertumbuhan penduduk menyebabkan semakin banyak pula penyakit yang berkembang tiap tahunnya, namun fasilitas kesehatan di Kabupaten Kendal masih kurang ketersediaannya sehingga diperlukan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit untuk membantu penyembuhan masyarakat. Rumah sakit dengan tipe D dirancang menggunakan penerapan konsep healing architecture karena konsep ini sangat membantu pengguna terutama pasien dalam proses penyembuhan. Healing Architecture merupakan konsep penyembuhan yang dilakukan demi menciptakan bentuk dan lingkungan arsitektur yang memiliki aspek people, process and place. Healing Architecture diimplementasikan dalam bangunan Rumah Sakit tipe D di Kabupaten Kendal dengan desain ruang luar dan dalam sehingga menciptakan suasana yang dapat berpengaruh terhadap psikologi dan fisik terapi pasien dalam proses penyembuhan. Metode pengumpulan data menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu berupa wawancara, pengamatan, pemetaan lokasi serta dokumentasi, dan metode pengumpulan data sekunder yaitu berupa data dari instansi yang terkait serta studi literatur terhadap jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan. Hasil penerapan konsep healing architecture pada rumah sakit tipe D di Kabupaten Kendal diterapkan pada fasad bangunan, ruang luar dan ruang dalam pada rumah sakit yang dapat membantu proses penyembuhan pasien dengan mempertimbangkan struktur pada bangunan dan utilitas untuk kebutuhan rumah sakit.Kata Kunci: Healing Architecture, Rumah Sakit, Kabupaten Kendal
Community-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of tourist objects and attractions,social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth. Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village ABSTRAKEkowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata, yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang masih alami, namun juga berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata Rejowinangun merupakan kampung dengan banyak potensi dan mulai dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, namun masih memiliki banyak permasalahan, baik dari aspek lingkungan, aspek pengelolaan, hingga aspek sumberdaya manusia, sehingga aktivitas wisata di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis pada semua aspek, yaitu analisis pada aspek objek dan daya tarik wisata, aspek kemasyarakatan, aspek pengelolaan, hingga aspek penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun
Tourism is one of the biggest sectors in Yogyakarta. The increasing number of new tourist destinations has increased the number of tourists. Increasing visitors every year makes the Yogyakarta government make a policy about tourism, one of which is the development of tourism in the coastal area of Kulon Progo. Kulon Progo Regency is one of the tourist destinations that has many natural and culinary attractions. Downstream of the Serang river which is next to Tanjung Adikarto port in Karangwuni village, Wates has the potential as a tourist area with high natural resources and potential fish. The development of this area aims to empower the surrounding community with the main livelihood of the population are fishermen and traders. However, the surrounding community is less able to utilize its natural resources. Then the need for encouragement from the development of this region with the concept of community development. This approach aims to accommodate the economic needs of fishermen by designing fishing areas specifically for small fishermen on the Serang river and the food court used to process fish caught by fishermen to have a higher selling value. Support local traders and industries in Kulon Progo by designing souvenir centers so that local products can be marketed. This concept aims to increase the social status and economic status of the community. And can reduce the unemployment rate which is still quite high in Kulon Progo.Keywords: community development; TanjungAdikarto; waterfront tourism.Abstrak: Pariwisata merupakan salah satu sektor terbesar di Yogyakarta. Semakin banyaknya destinasi wisata baru membuat peningkatan jumlah wisatawan. Bertambahnya pengunjung setiap tahunnya membuat pemerintah Yogyakarta membuat kebijakan tentang pariwisata, salah satunya adalah pengembangan pariwisata di kawasan pesisir pantai Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki banyak tempat wisata alam dan kuliner. Hilir sungai Serang yang berada disamping pelabuhan Tanjung Adikarto di desa Karangwuni, Wates memiliki potensi sebagai kawasan wisata dengan sumber daya alam dan potensi ikan yang cukup tinggi. Pembangunan kawasan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan mata pencaharian utama penduduk adalah nelayan dan pedagang. Namun masyarakat sekitar kurang mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya. Maka perlu adanya dorongan dari pembangunan kawasan ini dengan konsep community development. Pendekatan ini bertujuan untuk mewadahi kebutuhan perekonomian nelayan dengan merancang area pemancingan khusus nelayan kecil di sungai Serang dan foodcourt yang digunakan untuk mengolah ikan hasil tangkapan nelayan agar memiliki nilai jual lebih tinggi. Mendukung pedagang dan industri lokal yang terdapat di Kulon Progo dengan merancang pusat oleh-oleh sehingga produk lokal bisa dipasarkan. Konsep ini bertujuan untuk menaikkan status sosial dan status ekonomi masyarakat. Serta dapat mengurangi tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi di Kulon Progo.Kata Kunci: community development; Tanjung Adikarto; wisata waterfront.
ABSTRAK. Perumahan merupakan hunian massal yang bersifat komoditi dengan bentuk bangunan yang tipikal dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat. Bangunan akan mengalami perubahan ketika tidak dapat memenuhi kebutuhan penghuni atau mengalami kerusakan. Proses atau cara yang digunakan oleh penghuni atau pengguna untuk melakukan perubahan pada bangunan untuk mencapai kenyamanan dan kebutuhan pengguna adalah berbeda-beda. Hubungan antara pengguna lingkungan hunian yang terbangun dengan perilaku penghuni tersebut menyebabkan adanya upaya evaluasi untuk mengetahui keterkaitan pengguna bangunan terhadap performa bangunan termasuk fasilitas dan fungsinya. Proses evaluasi untuk penggunaan bangunan dalam mencapai hal tersebut disebut dengan Evaluasi Pasca Huni (EPH). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek Evaluasi Purna Huni yang terjadi di Perumahan Condongcatur dari aspek Evaluasi Purna Huni yang terkait dengan penggunaan dan perubahan ruang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualititaif dengan analisis Post Occupancy Evaluation (POE) atau Evaluasi Purna Huni (EPH). Hasil penelitian yang telah dilakukan menujukkan bahwa adanya perubahan fungsi pada bangunan sebagai ruang usaha maupun ruang lain. Acara komunitas juga mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang. Perubahan pada bangunan dilakukan secara horisontal maupun vertikal dengan adanya penambahan konstruksi. Faktor yang mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang disebabkan adanya perkembangan kawasan, kebutuhan ruang, penambahan anggota keluarga serta keamanan dan keselamatan bangunan. Kata kunci: evaluasi purna huni, perumahan, ruang ABSTRACT. Housing is a commodity mass residences that have a typical building and is built to meet residential needs for the community. Buildings will experience changes when they cannot meet the needs of residents or are damaged. The method used by residents or users to make changes to the building to achieve user comfort and needs are different. The relationship between the user of the residential built environment and the behavior of the occupants led to an evaluation effort to determine the relationship of building’s users to the performance of the building including its facilities and functions. The evaluation process for building’s use in achieving this is called the Post-Occupational Evaluation (EPH). This study aims to identify aspects of the Post-Occupational Evaluation that occur in Condongcatur Housing from the Post Evaluation aspect related to space use and change. The research method used is qualitative with the Post-Occupancy Evaluation (POE) analysis. The results of the research show that there is a change in the function of the building as a business space or other space. Community events also affect the use and replace the space. Changes in buildings are carried out horizontally and vertically with the addition of construction. Factors that influence the use and modification of space are due to the development of the area, space requirements, the acquisition of family members and the security and safety of buildings. Keywords: post-occupational evaluation, housing, space
Arsitektural Bali pada dasarnya selalu berupaya berselaras dengan lingkungan dengan tetap mempertimbangkan tradisi religius setempat. Arsitektur Bali memiliki banyak filosofi dan kosmologi dalam setiap tatanan dalam kawasan maupun pada bangunannya. Tata letak dan ruang pada arsitektur tradisional Bali memiliki arah orientasi yang berbeda di setiap bangunannya. Hal-hal yang dianggap tradisional biasanya erat kaitannya dengan pakraman atau yang dikenal dengan desa, karena semua yang ada dianggap masih alami dan apa adanya. Sebuah desa atau pakraman di dalamnya terdiri dari beberapa tempat tinggal yang disebut dengan karang. Bangunan karang (rumah tinggal) dapat diidentifikasi tata letak dan tata ruang arsitekturalnya secara mikro. Proses identifikasi dilakukan dengan melihat, menganalisa, wawancara, serta dengan mengambarkan pola susunan ruang yang ada. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan maka diketahui adanya perubahan tatanan spasial karang yang disebabkan adanya penambahan jumlah anggota keluarga yang tinggal. Perubahan terjadi pada tatanan spasial dan fungsi bangunan dengan tetap memperhatikan konsepsi arah orientasi ruang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.