The availability skin fiber of fruit Nipah abundant each season can be used as alternative energy sources such. The purpose of this study is to determine the quality of charcoal briquettes from the skin fiber of nipah peel in its ability to produce energy. The results of this study can be used as a consideration in the development of the utilization of the nipah plant part of the fruit peel as briquette fuel. The method used is to compare the capability of 1 kg of charcoal briquettes compared to the 1 liter kerosene capability inserted in the Hock stove with 16 axis in producing energy. The test do the Laboratory of Standardization Center for Industry of Banjarbaru. The Charcoal briquettes in this study contain 5.12% water content, ash content 4.15%, airborne content 36.66%, carbon content bound 58.19% and calorific value 5438,80 cal / gram. The results of charcoal briquette quality analysis when compared with SNI-01-6235-2000 charcoal quality standards of water content, ash content, and calorific values that meet the charcoal quality standard requirements as good fuel, but the content of fly and carbon bound does not meet the requirements charcoal quality standard, airborne content of 33.66% and carbon bound to 58.19%, according to SNI-01-6235-2000 maximum airborne content 15%. and carbon bound ≥ ≥ 77%. Average initial time of ignition for 3’25 “long smoldering 1 hour 9 ‘. The average time of boiling 1 liter of water is 22 ‘05 “. When compared to the use of kerosene by using the Hock stove with 16 axis and if converted to economic value, the charcoal briquettes results of this study can be used as a renewable energy alternative.Keywords: charcoal briquettes, skin fiber of fruit Nipah, energyKetersediaan kulit sabut buah Nipah yang melimpah setiap musimnya dapat dimanfaatkan menjadi sumber energy alternative. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kualitas briket arang kulit sabut buah nipah dalam kemampuannya menghasilkan energy. Manfaat penelitian ini sebagai bahan infotmasi untuk mengembangkan teknologi pengolahan bagian tumbuhan nipah yaitu bagian kulit buah sebagai bahan bakar briket. Metode yang digunakan adalah membandingkan kemampuan 1 kg briket arang dibandingkan dengan kemampuan 1 liter minyak tanah yang dimasukkan dalam kompor Hock sumbu 16 dalam mengthasilkan energy. Pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Risert Standardisasi Industri Banjarbaru. Briket Arang dalam penelitian ini mengandung kadar air 5,12 %, kadar abu 4,15 % , kadar zat terbang 36,66 % , kadar carbon terikat 58,19 % dan nilai kalor 5438,80 cal/gram. Hasil pengujian sifat Fisik dan Kimia briket arang dibandingkan dengan SNI-01-6235-2000, parameter kadar air, kadar abu, dan nilai kalor yang memenuhi persyaratan standar kualitas arang sebagai bahan bakar yang baik, namun kadar zat terbang dan karbon terikat tidak memenuhi 3’25” lama membara 1 jam 9’. Rata-rata waktu mendidihkan 1 liter air adalah 22’ 05”. Jika dibandingkan dengan pemakaian minyak tanah dengan memakai kompor Hock 16 sumbu dan jika dikonversi ke nilai ekonomi, maka briket arang hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai energy alternative yang bersifat renewableKata kunci: Briket arang, kulit sabut buah nipah, energy
The rice husk waste often becomes a problem for people in Tatah Makmur district. The mountainous of a stack of rice husk has not been utilized by farmers as a useful material. The science activities for the people aimed to provide knowledge about the utilization of rice husk waste into a charcoal husk, biobricket, and bokashi. The target people of this program are Kelompok Tani Bina Desa Jaya RT. 07 and Yasinan Group RT. 06 in Tatah Makmur district. The types of outcomes generated through the science activities of the people are biobricket and bokashi. The socialization, counseling, and training activities were held from May to October 2015 in Pemangkih Village, Tatah Makmur district, South Kalimantan. The people in the village enthusiastically participated in extension activities as they gained knowledge about the making of bokashi and biobricket so that it can reduce dependence on chemical fertilizers and wood fuels. The science activities for this people can solve the problems of the farmers in the utilization of rice husk waste and at the same time can overcome the farmers� difficulties in obtaining organic fertilizer.
This research aims to find out the effect of formic acid mixture with palm oil shell smoke to rubber agglomeration in terms of odor and latex freezing rate, to know the optimum concentration of formic acid mixing with palm oil shell liquid, to optimize the use of liquid smoke of palm shell in order to minimize the use of formic acid and to compare the quick-frozen time of mixed coagulant ingredients using coconut shell liquid cocoa coagulant in latex clotting process. The research procedure is that the latex is inserted into some baking sheet and each of the pans is mixed with coagulant formic acid and palm oil shell liquid with the concentration of ants acid 2.5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% 15%, 100% and liquid smoke concentration 70%, 755, 80%, 85%, 90%, 95%, 100% 10 ml. The research parameters are the odor and level of latex freezing in rubber clotting process. The results show that mixing of formic acid coagulant material with liquid smoke of palm shell can accelerate the process of clotting latex (equivalent to acid ant), deodorizer that disturbs the society and time; and cost makes efficient and minimizes the use of formic acid. The optimum concentration of mixed coagulant material is 15% formic acid concentration + 70% palm oil shell liquid with average fast freeze time 5-6 minutes latex perliter or equivalent with coagulant material from formic acid.Keywords: formic acid; liquid smoke; palm shell; latexTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran asam semut dengan asap cair cangkang kelapa sawit terhadap penggumpalan karet dari segi bau dan kecepatan beku lateks, mengetahui konsentrasi optimum pencampuran asam semut dengan asap cair cangkang kelapa sawit, mengoptimalkan penggunaan asap cair cangkang kelapa sawit sehingga meminimalkan penggunaan asam semut dan membandingkan waktu cepat beku penggunaan bahan koagulan campuran dengan bahan koagulan asap cair tempurung kelapa dalam proses penggumpalan lateks. Prosedur penelitian yaitu lateks dimasukkan kedalam beberapa loyang kemudian masing-masing loyang dibubuhi bahan koagulan campuran asam semut dan asap cair cangkang sawit dengan tingkat konsentrasi asam semut 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%, 100% dan konsentrasi asap cair 70%, 755, 80%, 85%, 90%, 95%,100% sebanyak 10 ml. Parameter penelitian yaitu bau dan kecepatan beku lateks dalam proses penggumpalan karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran bahan koagulan asam semut dengan asap cair cangkang kelapa sawit mempunyai kelebihan dapat mempercepat proses penggumpalan lateks (setara asam semut), penghilang bau busuk yang selama ini mengganggu masyarakat dan mengefisienkan waktu dan biaya serta meminimalkan penggunaan asam semut. Konsentrasi optimum bahan koagulan campuran yaitu konsentrasi asam semut 15% + asap cair cangkang kelapa sawit 70% dengan rata-rata waktu cepat beku 5-6 menit perliter lateks atau setara dengan penggunaan bahan koagulan dari asam semut.Kata kunci: Asam semut; asap cair; cangkang kelapa sawit; lateks
ABSTRACT. This study aims to examine the use of wood vinegar Galam as a natural preservative, the value of dry wood termite mortality, utilization Galam wood vinegar as a natural preservative, and the effect of storage time and the concentration of wood vinegarKeywords: Galam wood vinegar; preservation; rubber wood; termite ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan cuka kayu Galam sebagai bahan pengawet alami, nilai mortalitas rayap kayu kering, pemanfaatan cuka kayu Galam sebagai bahan pengawet alami, dan pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi cuka kayu Galam terhadap pengurangan berat kayu akibat serangan rayap. Cuka kayu Galam dapat diaplikasikan sebagai bahan pengawet alami untuk menghindari serangan organisme perusak kayu seperti rayap kayu kering. Nilai rata-rata mortalitas rayap kayu kering untuk semua perlakuan berkisar antara 81,33% hingga 100%. Perlakuan konsentrasi larutan cuka kayu galam berpengaruh sangat nyata terhadap pengurangan berat kayu Karet, sedangkan lama penyimpanan cuka kayu Galam tidak berpengaruh nyata. Semakin lama waktu penyimpanan cuka kayu Galam dan semakin tinggi tingkat konsentrasi larutan cuka kayu Galam yang digunakan maka pengurangan berat kayu Karet cenderung semakin menurun dan persentase mortalitas rayap kayu kering cenderung semakin meningkat. Perlakuan konsentrasi cuka kayu Galam baru maupun lama dengan konsentrasi 50% sudah dapat diaplikasikan untuk mengurangi serangan rayap kayu kering. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada cuka kayu Galam sehingga lebih baik lagi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami terhadap jenis kayu Karet atapun jenis kayu yang lainnya.
This study aims to determine the ability of Batra in his knowledge using traditional medicinal plants in Halong District, Balangan Regency, South Kalimantan Province. The knowledge of Batra and the community in the use of medicinal plants is very diverse both in terms of processing, how to use, the parts used and the efficacy of each type of plant that can cure a disease or be used as a prevention against a disease that is often suffered by the community. The method used was an interview with Batra in order to obtain information from the Meratus Dayak community in Halong sub-district, Balangan district about the use of plants used as medicine and determining key informants who knew more about medicinal plants. The results obtained from this study are approximately 20 types of plants that are often used as medicine by Batra in Halong sub-district. The percentage shows the highest utilization, namely 40% root, 30% leaf part, and 20% stem part. Utilization of thorns and feathers on plant parts was found to be only 5%. The type used by all parts of the plant is 5%Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan batra dalam pengetahuannya yang menggunakan tanaman obat tradisional di Kecamatan Halong Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan selatan. Pengetahuan Batra maupun masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat sangat beragam baik dari cara pengolahan, cara menggunakan, bagian-bagian yang digunakan serta khasiat dari masing-masing jenis tumbuhan yang dapat menyembuhkan suatu penyakit maupun digunakan sebagai pencegahan terhadap suatu penyakit yang sering di derita pada masyarakat. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan Batra guna menggali informasi dari masyarakat Dayak Meratus di kecamatan Halong, kabupaten Balangan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan penentuan informan kunci yang mengetahui tentang tumbuhan obat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu kurang lebih diperoleh 20 jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat oleh Batra yang ada di kecamatan Halong. Presentase menunjukkan pemanfaatan yang paling tinggi yaitu akar 40%, bagian daun 30%, dan bagian batang 20%. Pemanfaatan duri dan bulu pada bagian tumbuhan ditemukan hanya 5%. Jenis yang dimanfaatkan semua bagian tumbuhannya sebanyak 5%
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.