Makalah ini pertama kali menjelaskan perlu adanya profesi kesehatan masyarakat dalam rangka pembangunan kesehatan. Lalu dijelaskan apa profesi itu dan standar keberadaan profesi, atas dasar mana dapat ditetapkan bahwa pelayanan epidemiologi merupakan salah satu profesi. Dalam rangka pembinaan profesi kesehatan masyarakat, IAKMI dan APTKMI telah membentuk Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKKMI) yang terdiri atas 8 kolegium antara lain Kolegium Epidemiologi, yang telah menyusun Standar Profesi Epidemiologi yang terdiri atas beberapa standar. Masing-masing standar dijelaskan mulai dari kurikulum, standar pelayanan epidmiologi, profil epidemiolog kesehatan, peran epidemiolog kesehatan, fungsi epidemiolog kesehatan, standar kompetensi epidemiologi, dan standar pendidikan profesi epidemiologi.
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2017 terjadi sebanyak 98 kasus ( IR = 85,0 per 100.000 penduduk) dan sudah melebihi batas endemisitas Indonesia yaitu ≤ 49 per 100.000 penduduk. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2015-2017. Desain penelitian adalah Studi Kasus Kontrol Unmatch. Populasi kasus adalah seluruh penderita DBD dari tahun 2015-2017 yang berjumlah 228 orang dan populasi kontrol adalah seluruh kasus yang bukan DBD pada bulan yang sama saat terjadi penyakit DBD tahun 2017 yang berjumlah 8.529 orang. Jumlah sampel 180 kasus dan 180 kontrol. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh adalah umur (CI 95% = 7,889– 38,224), keberadaan sampah (CI 95% = 1,750-5,069), tidak melakukan 3M berisiko (CI 95% = 2,226-6,243), kebiasaan tidur pagi/sore (CI 95% = 1,019- 2,877), tidak memiliki kawat kasa pada ventilasi (CI 95% = 1,268– 3,571). Disarankan masyarakat memakai obat anti nyamuk, menyediakan tempat sampah yang tertutup, menggunakan kawat kasa dan melakukan 3M minimal 1x seminggu. Pihak puskesmas untuk melakukan penyuluhan cara mengolah sampah yang padat dengan baik dan benar serta pentingnya melakukan 3M sekali seminggu.
Perilaku seksual remaja merupakan segala bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk perilaku seksual remaja dimulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan yang paling intim (melakukan hubungan seksual). Remaja usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seksual sebanyak 66,55% secara global, 2,2% di Malaysia, 45% di Provinsi Riau dan 44,23% di Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel adalah 1000 orang remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru. Prosedur pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi remaja yang melakukan perilaku seksual berisiko sebanyak 280 orang (28%). Variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah pengawasan orang tua (OR:115; 95%CI: 13,24-999, 72), mitos tentang seks (OR:12; 95%CI:2,61-57,32), gaya hidup (OR: 8; 95%CI: 1,35-47,46) dan jenis kelamin (OR: 0,2; 95%CI: 0,06-0,61), variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah tempat tinggal selama bersekolah dan variabel yang lainnya merupakan counfounding dengan variabel dependen maupun independen. Sebaiknya diharapkan ada kerja sama institusi kesehatan dengan Dinas Pendidikan dalam hal memberikan penyuluhan baik itu kepada orang tua, guru dan remaja itu sendiri mengenai bahaya perilaku seksual, penyakit menular seksual, mitos tentang seks dan sebagainya.
Makalah ini menjelaskan FETP yang berasal dari Amerika Serikat telah dilaksanakan di Indonesia, tetapi tak sepenuhnya dilaksanakan seperti aslinya sehingga tidak diakui secara internasional. Dari pengalaman dalam pelaksanaan FETP dalam Proyek ICDC (Intensified Communicable Disease Control), anak bangsa sendiri dapat menciptakan kurikulum untuk Program Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program (ETMP). Kemudian anak bangsa sendiri dapat pula menciptakan Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan yang merupakan standar untuk pendidikan profesi satu tahun setelah SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat). Diharapkan supaya PAEI, Kolegium Epidemiologi, Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKKMI) dan Universitas melakukan pendekatan kepada BPSDM Depkes, Menko Kesra, Dit Jen. Pendidikan Tinggi, BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pemerintah mengabulkan berdirinya Pendidikan Profesi Epidemiolog Kesehatan dan lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan ETMP dan FETP. Kurikulum Peminatan FETP yang sudah ada perlu ditambah dengan epidemiologi dan penanggulangan bencana. Kata Kunci : FETP, Standar Profesi Epidemiologi, ETMP
Dengue hemorrhagic fever (DHF) or dengue hemorrhagic fever (DHF) is currently one of the public health problems in Pekanbaru, Riau. The research design is an Unmatched Case Control Study. The case population is all DHF sufferers from 2019-2021, totaling 194 people and the control population is all non-DHF cases in the same period when DHF occurred in 2019-2-2021, totaling 7,624 people. The number of samples is 180 cases and 180 controls. Data were analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The results of multivariate analysis, the most influential variables were the habit of hanging clothes (95% CI = 2,970-8,557), the use of repellents during the day (95% CI = 2,272-6,307), knowledge about dengue transmission (95% CI = 2,108-5,892), presence of larvae (CI 95% = 1.716-4.760), sleep during the day (95% CI = 1.699-4.699). The determinant factors related to the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF ) in the Working Area of the Payung Sekaki Health Center are the presence of larvae, daytime sleep habits, hanging clothes habits, daytime use of repellants and knowledge of dengue transmission. While mosquito repellent plants, education, age and gender. It is recommended that the Health Center conduct health education so that people do not hang clothes that have been used, use repellents during the day, do 3M (closing water reservoirs, draining bathtubs, burying), not sleeping during the day and if sleeping during the day need to use tools or mosquito repellent.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.