Konsentrasi CO2 di atas 1000 ppm mengganggu kesehatan dan konsentrasi yang berdampak pada penurunan performa belajar siswa. Penelitian sebelumnya menyimpulkan konsentrasi CO2 udara di dalam ruang kelas dengan sistem ventilasi alami berhubungan dengan tipe jendela yang digunakan. Disebutkan juga bahwa jendela gantung atas memiliki performa paling buruk dalam menetralkan konsentrasi CO2. Studi bermaksud memonitor konsentrasi CO2 pada sebuah ruang kelas sekolah dasar di kota Medan yang menggunakan tipe jendela tersebut. Monitoring dilakukan pada kondisi jendela sisi koridor ruang kelas dibuka dengan sudut 10°, 30° (jendela sisi berlawanan ditutup untuk keamanan) dan pintu terbuka penuh, masing-masing tiga (3) hari sepanjang waktu belajar. Seluruh jendela dan pintu dilengkapi dengan ventilasi jalusi horisontal di atasnya. Hasil studi menunjukkan konsentrasi CO2 rata-rata udara ruang kurang dari 1000 ppm pada semua kondisi. Hal ini menunjukkan sistem ventilasi alami dengan tipe jendela sebagaimana disebutkan di atas memiliki performa yang baik dalam mempertahankan kualitas udara ruang kelas.
Students at the public primary schools in Medan city, Indonesia, complete 90% of their learning activities in the same classroom, which, in order to save energy, utilises natural ventilation to obtain thermal comfort and fresh air for indoor air quality, which is the physical school environment that impacts the students’ achievement. Air temperature is a crucial factor that influences thermal comfort, while the CO2 concentration determines the quality of fresh air. This paper aims to describe air temperature and the CO2 concentration in an occupied naturally cross-ventilated classroom in a hot and humid tropical climate, in Medan city, Indonesia. The air temperature and CO2 level were simultaneously monitored for four days during the students’ lesson hours in a school classroom that complies with the regulations of the Ministry of Education of Indonesia about the infrastructure standards for elementary, junior high, and senior high schools. The results of this study showed that air temperature in the classroom exceeded the comfortable temperature, while the median CO2 concentration was below 1000 ppm as recommended by ASHRAE and WHO.
Kualitas udara di dalam ruang kelas sekolah ditentukan oleh keberadaan pencemar udara, salah satunya yaitu karbon dioksida (CO2) yang bersumber dari proses metabolisme tubuh manusia. Hasil studi menggunakan metoda numerik atau eksperimental membuktikan CO2 yang dikandung udara di dalam ruang kelas dapat mencapai lebih dari 1000 ppm yang berdampak pada terganggunya kesehatan serta peforma belajar siswa. Mempertahankan konsentrasi CO2 udara di dalam ruangan tidak melebihi ambang batas yang diijinkan untuk kesehatan secara prinsip hanya dapat dilakukan dengan cara pengenceran yaitu memasok udara segar ke dalam ruang melalui ventilasi (alami, mekanis, atau kombinasi keduanya). Menggunakan ventilasi alami untuk memasok udara lebih menguntungkan sebab hemat energi. Jendela adalah salah satu elemen bangunan yang dapat berfungsi sebagai ventilasi untuk memasok udara segar ke dalam ruang yang tidak dilengkapi dengan ventilasi mekanis. Efektivitas jendela memasok udara segar untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di bawah ambang batas yang diijinkan akan berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti luas, tipe, dan posisi/letak jendela pada selubung bangunan. Tulisan ini memuat kajian literatur tentang tingkat konsentrasi CO2 yang dikandung udara di dalam ruang kelas yang memanfaatkan jendela sebagai ventilasi. Literatur primer diperoleh dari berbagai publikasi jurnal acuan, ditambah sumber bacaan lain berupa buku dan standar yang terkait dengan topik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.