AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 30 siswa. Objek penelitian adalah sikap ilmiah siswa dan prestasi belajar kimia siswa. Sumber data adalah siswa dan guru. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dokumen/arsip, angket dan tes. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pencapaian sikap ilmiah pada siklus I sebesar 60% dan pada siklus II menjadi 93%. Peningkatan prestasi belajar aspek pengetahuan pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar 63% dan pada siklus II menjadi 93%. Pada prestasi belajar siswa aspek sikap dan aspek keterampilan ketercapaian ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 100%,sehingga tidak dilanjutkan ke siklus II karena semua indikator sudah terpenuhi. Kata Kunci: inkuiri terbimbing, kelarutan dan hasil kali kelarutan, penelitian tindakan kelas, prestasi belajar, sikap ilmiah Implementation of Guided Inquiry Model to Improve Behaviour Scientific and Student's Chemistry Learning Achievement Abstract
Teachers have an essential role in preparing students for Minimum Competency Assessment (MCA) or Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). It takes preparation, readiness, and a good teacher's perception of the AKM so that the implementation of this program goes well. This study aims to analyze teachers' perceptions in secondary schools related to the opportunities and challenges of implementing AKM. A total of 66 secondary school science teachers participated as respondents in this study. Respondents in this study were randomly selected based on their willingness to fill out a given survey. The data collection instruments were six open-ended questions. This instrument is distributed online using Google Forms. The data obtained were then analyzed qualitatively and quantitatively. The results of this study reveal that the majority of science teachers have the perception that AKM policy is appropriate and suitable for implementation. However, the availability of supporting facilities and ICT literacy of students and teachers is considered a challenge that must be met. On the other hand, AKM and National Assessment (NA) are considered opportunities to improve the quality of education both nationally and locally in schools. This research is expected to reference the perception of science teachers about the challenges and opportunities for implementing AKM policies in junior high schools
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) adanya miskonsepsi siswa pada materi konsep redoks di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta, (2) sub indikator materi konsep redoks yang menjadi miskonsepsi siswa terbesar di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta, dan (3) penyebab miskonsepsi siswa pada materi konsep redoks di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan X MIPA 3 SMA Batik 1 Surakarta yang dipilih berdasarkan rekomendasi guru kimia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik <em>three-tier multiple choice</em>, wawancara mendalam (guru dan siswa), analisis RPP serta studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ditemukan adanya miskonsepsi siswa pada materi konsep redoks di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta; (2) miskonsepsi siswa pada materi konsep redoks terbesar di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta ditemukan pada sub indikator penerapan dan persamaan reaksi redoks yaitu sebesar 46,89%; (3) penyebab miskonsepsi siswa pada materi konsep redoks di kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta yaitu berasal dari siswa, guru, model pembelajaran, serta buku pegangan guru dan siswa.
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penggunaan model pembelajaran <em>Problem Solving</em> secara <em>algoritmik</em> dan <em>heuristik</em> terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam (2) pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam (3) interaksi model pembelajaran <em>Problem Solving</em> secara <em>algoritmik</em> dan <em>heuristik</em> dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 5 dan XI MIPA 7 SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2016/2017 yang diambil dengan teknik <em>cluster random sampling</em>. Analisis data prestasi aspek pengetahuan menggunakan analisis variansi (anava) dua jalan dengan faktor 2 2 dan frekuensi sel tak sama, sedangkan analisis data prestasi aspek sikap dan keterampilan menggunakan uji statistik non parametrik <em>Kruskal Wallis H</em>. Hasil penelitian memperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh model pembelajaran <em>Problem Solving </em>secara <em>algoritmik</em> dan <em>heuristik</em> terhadap prestasi belajar siswa aspek pengetahuan, tetapi tidak untuk aspek afektif dan ketrampilan (2) terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar aspek kognitif dan ketrampilan, sedangkan pada aspek afektif tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran <em>Problem Solving</em> secara <em>algoritmik</em> dan <em>heuristik</em> dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar aspek pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada materi hidrolisis garam.</p>
<p>Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui, (1) Pengaruh model pembelajaran <em>Discovery Learning </em>dan model pembelajaran<em> Problem Based Learning </em>(PBL) pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) terhadap prestasi belajar siswa. (2) Pengaruh kemampuan berpikir logis tinggi dan kemampuan berpikir logis rendah siswa terhadap prestasi belajar. (3) Interaksi antara model pembelajaran <em>Discovery Learning </em>dan<em> Problem Based Learning </em>(PBL) dengan kemampuan berpikir logis yang dimiliki siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini merupakan siswa kelas XI MIPA semester genap SMA Negeri 1 Sragen tahun pelajaran 2017/2018. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 dengan teknik pengambilan sampel menggunakan <em>cluster random sampling</em>. Pada kelas eksperimen I diterapkan model pembelajaran <em>Discovery Learning </em>dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran <em>Problem Based Learning</em> (PBL). Teknik pengumpulan data adalah melalui teknik tes yang digunakan untuk mengambil data prestasi belajar pada aspek pengetahuan dan kemampuan berpikir logis dan teknik non tes digunakan untuk mengambil data pada aspek sikap dan aspek keterampilan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (ANAVA) dua jalan dengan sel tak sama yang digunakan untuk prestasi belajar aspek pengetahuan,dan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis digunakan pada aspek sikap dan ketrampilan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan, (1) Penerapan model pembelajaran <em>Discovery Learning</em> dengan model pembelajaran <em>Problem Based Learning</em> (PBL) tidak menunjukkan perbedaan prestasi belajar siswa pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) baik dari aspek pengetahuan, aspek sikap, maupun, aspek ketrampilan. (2) Kemampuan berpikir logis siswa berpengaruh pada prestasi belajar aspek pengetahuan dan tidak berpengaruh pada prestasi belajar aspek sikap dan aspek ketrampilan pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp). (3) Pada prestasi belajar siswa pada aspek sikap menunjukkan adanya interaksi antara model pembelajaran <em>Discovery Learning</em> dan model pembelajaran <em>Problem Based Learning</em> (PBL) dengan kemampuan berpikir logis siswa. Akan tetapi pada aspek pengetahuan dan aspek ketrampilan tidak menunjukkan adanya interaksi antara model pembelajaran <em>Discovery Learning</em> dan model pembelajaran <em>Problem Based Learning</em> (PBL) dengan kemampuan berpikir logis siswa.</p>
Environmental pollution due to the disposal of colored substances can endanger both the environment and humans. For this reason, the presence of dyes pollutants needs to be reduced, where adsorption method has become one of the alternative. Research on synthesis of modified chitosan to pectin polyelectrolyte complex (PEC) Chi-Pec has been carried out in order to improve the characteristic of chitosan as adsorbent. The research was done by mixing chitosan solution in acetic acid with pectin solution in water for 3 hours stirring. The solution was then printed out into a polypropylene container and dried. The formed membrane was characterized using FTIR to identify functional groups, XRD and SEM to analyze their physical characteristic. The results showed that the Chi-Pec adsorbent had stability and resistance to the acidic environment. Characterization results using FTIR showed that the adsorbent has functional group of amine, carboxyl and hydrogen. The results of XRD show that the adsorbent was not crystalline. Furthermore, SEM data shows a solid structure of the adsorbent.
Student’s learning outcomes are influenced by several factors, both internal and external. Problem solving skills and scientific attitudes are internal factors affecting students’ learning outcomes. This was a quantitative research with the correlational approach and quantitative descriptive method. The populations were grade X science program students at SMA Negeri 1 (Senior high school) Boyolali, Surakarta, Central Java, Indonesia, academic year of 2019/2020. The data were analyzed with the correlation and regression analysis. The results showed the significant positive relationship between problem solving skills with students’ learning outcomes with the correlation coefficient value of 0.845 and determination coefficient of 71.4%; the significant positive relationship between scientific attitude with students’ learning outcomes with the correlation coefficient value of 0.926 and determination coefficient of 85.7%; and the significant positive relationship between problem solving skills and scientific attitude with students’ learning outcomes with correlation coefficient value of 0.936 and determination coefficient of 87.5%. The effective contribution of problem solving skills was 20.45%, and the scientific attitude was 67.05%. The relative contribution of problem solving skills was 23.4%, and the scientific attitude was 76.6%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.