This study is about multicultural education and religious tolerance in the midst of increasing religious intolerance in the educational environment. This study analyses elementary school teachers’ understanding of multicultural education and its implementation. The research method is a case study in the city of Yogyakarta, chosen because it is both know as a city of education and because this city has declared it a tolerant city. The results showed that the understanding of elementary school teachers’ multicultural education is generally essentialist, but some were constructivist or anti-essentialist. The attitudes and actions of elementary school teachers, both consciously and unconsciously, may also include religious intolerance. One of the factors that distinguishes the content of religious tolerance and intolerance among elementary school teachers is their attitudes and actions towards local cultural principles. The higher the appreciation of local culture, the greater amount of religious tolerance. Further, when appreciation of local cultural traditions is low, it is more likely that a teacher is intolerant of other religions. [Tulisan ini membahas pendidikan multikultural dan toleransi beragama ditengah meningkatnya intoleransi di lingkungan pendidikan. Fokus tulisan ini adalah pemahaman guru sekolah dasar mengenai pendidikan multikultural dan implementasinya dengan studi kasus di kota Yogyakarta, karena kota ini adalah kota pendidikan dan mendeklarasikan sebagai kota toleran. Hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman guru sekolah dasar mengenai pendidikan multikultur cenderung esensialis, tapi beberapa yang lain anti esensialis atau konstruktif. Sikap dan perilaku mereka baik sadar atau tidak sadar, mengandung kecenderungan intoleransi. Salah satu faktor yang membedakan muatan toleransi dan intoleransi diantara guru tersebut adalah sikap dan perilaku pada prinsip budaya lokal. Apresiasi tinggi pada budaya lokal adalah terbesar dalam toleransi beragama. Lebih lanjut, jika apresiasi pada tradisi lokal rendah, ini berarti guru tersebut cenderung intoleran pada agama lain.]
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana SMP Negeri 3 Singkawang merencanakan kurikulum dari pemerintah agar sesuai dengan karakteristik sekolah, perencanaan komponen-komponen kurikulum di SMP Negeri 3 Singkawang, faktor-faktor penghambat dalam perencanaan kurikulum, usaha sekolah dalam mengatasi hambatan serta keunggulan SMP Negeri 3 Singkawang dalam perencanaan kurikulum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi serta pencermatan dokumen. Keabsahan data dilakukan dengan wawancara mendalam serta triangulasi data melalui sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan kurikulum dilakukan oleh tim pengembang kurikulum. Hambatan dalam perencanaan kurikulum adalah kekurangpahaman guru terutama guru senior dalam mengintrepetasikan kurukulum sesuai pedoman-pedoman dari pemerintah. Usaha sekolah untuk mengatasi hambatan dalam perencanaan kurikulum adalah mengadakan in house training secara khususnya, mengadakan workshop dengan mendatangkan narasumber dari LPMP provinsi. Keunggulan-keunggulan SMP Negeri 3 Singkawang dalam perencanaan kurikulum antara lain: a) analisis lingkungan strategis; b) analisis pendidikan saat ini dan masa depan; c) program strategis dan strategi pelaksanaan/pencapaian; d) penambahan jam pelajaran; e) program remidial dan pengayaan; f) kegiatan pengembangan diri. Kata kunci: perencanaan, kurikulum
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.