Latar belakang. Infeksi virus dengue (IVD) bersifat akut dan dinamis, perjalanan klinisnya terkadang sulit diprediksi sehingga berakibat keterlambatan pengelolaan. Maka perlu diteliti parameter klinis dan laboratoris di fase kritis / defervescence untuk memprediksi derajat keparahan infeksi dengue. Tujuan. Mengetahui parameter klinis dan laboratoris sebagai faktor prognosis derajat keparahan infeksi dengue. Metode. Penelitian kohort retrospektif, menggunakan data rekam medik pasien anak IVD yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari Januari 2014 -Desember 2015. Faktor prognosis yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, tanda klinis warning signs, serta laboratorium. Kriteria eksklusi adalah adanya penyakit hematologi dan penyakit jantung bawaan. Prognostic Factors for Dengue Infection SeverityArie Yulianto, Ida Safitri Laksono, Mohammad Juffrie Background. Dengue infection is an acute and dynamic disease. Progression of disease around the time of fever defervescence is essential to predict the clinical outcomes. The search for prognostic factors at the time of defervescence continues. Objective. To explore clinical findings and routine laboratory parameters, that could be used as prognostic factors for dengue infection severity. Methods. We conducted a retrospective cohort study in children who were admitted to Dr. Sardjito Hospital with dengue infection between 2014 and 2015. Patient characteristics of interest included sex, age, presence of WHO warning signs and laboratory parameters. Hematologic and congenital heart diseases were excluded from the study. The prognostic factors for dengue severity were analyzed by a multivariate logistic regression. Results. Of 188 eligible children, 56 (30%) were classified as dengue fever (DF), 58 (31%) with dengue hemorrhagic fever grade I -II (DHF), and 74 (39%) with dengue shock syndrome (DSS). Under multivariate logistic regression analysis, characteristics that increased the risk of DHF and DSS were; abdominal pain (OR, 5.06; 95% CI, 1.72-14.87), hepatomegaly > 2 cm (OR, 7.57; 95% CI, 2.86-20.02), hematocrit > 45% (OR, 5.10; 95% CI, 1.74-14.95), and platelet count ≤ 50.000/uL (OR, 17.80; 95% CI,. Conclusion. Presence of abdominal pain, hepatomegaly > 2 cm, hematocrit > 45% and platelet count ≤ 50.000/uL at the time of defervescence could be used as independent prognostic factors for dengue infection severity. Sari Pediatri 2016;18(3):198-203
B atuk pilek merupakan penyakit yang menyerang baik anak maupun dewasa. Pada anak, batuk pilek banyak terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Rata-rata setiap anak mengalami 6 hingga 8 kali keluhan setiap tahunnya. Batuk pilek sebagian besar disebabkan oleh rhinovirus, adenovirus, virus influenza, enterovirus, RSV, dan coronavirus. 1Obat over the counter (OTC), atau obat yang dijual bebas untuk keluhan batuk pilek, banyak digunakan oleh orang tua untuk mengatasi keluhan batuk pilek, banyak tersedia untuk anak dengan berbagai macam kombinasi. Obat batuk pilek yang beredar tersebut, Soepardi Soedibyo, Arie Yulianto, WardhanaDepartemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangun Kusumo, Jakarta Latar belakang. Obat batuk pilek over the counter (OTC) banyak digunakan secara luas oleh orang tua untuk mengatasi keluhan batuk pilek pada anak. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan untuk tidak menggunakan obat batuk pilek yang dijual bebas pada anak usia di bawah 6 tahun oleh karena belum sepenuhnya teruji efektivitasnya pada anak, bahkan terdapat risiko efek samping berbahaya. Tujuan. Mengetahui profil penggunaan obat batuk pilek OTC oleh orang tua pada anak usia di bawah 6 tahun di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan, Jakarta. Metode. Penelitian deskriptif (survei) dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner pada semua orang tua pasien yang membawa anak sakit berumur di bawah 6 tahun di Puskesmas kelurahan Pegangsaan dalam periode 17 Oktober 2011 sampai 04 November 2011. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Hasil. Didapatkan 106 responden penelitian, 82,1% orang tua memberikan obat batuk pilek OTC dengan alasan supaya anak cepat sembuh (47,2%). Kandungan obat batuk pilek OTC yang digunakan adalah klorfeniramin maleat (58,8%), parasetamol (56,5%), gliceryl guaicolate (50,6%), pseudoefedrin (28,2%), dextromethorphan (22,4%) dan bromhexine (9,4%). Efek samping obat dirasakan pada 31% responden, dan gejala terbanyak adalah mengantuk (85%). Kesimpulan. Sebagian besar orang tua memberikan obat batuk pilek OTC apabila anaknya sakit. Komposisi kombinasi obat OTC yang banyak digunakan adalah klorfeniramin maleat, parasetamol, gliceryl guaicolate, pseudoefedrin, dextromethorphan dan bromhexine. Efek samping mengantuk yang terbanyak dirasakan oleh subjek. Sari Pediatri 2013;14(6):398-404.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.