Latar belakang: Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik dari faktor risiko penyakit jantung, dan menopause dihubungkan dengan peningkatan kejadian sindroma metabolik. Asupan isoflavon merupakan suatu fitoestrogen yang bersifat kardioprotektif. Penurunan konsentrasi indikator stres metabolik oleh isoflavon dapat menjadi salah satu mekanisme dalam mencegah penyakit jantung pada wanita menopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan isoflavon dengan kejadian sindroma metabolik pada wanita menopause. Metode: Rancangan penelitian adalah case control yang dilakukan pada 90 wanita menopause usia 45 – 65 tahun di kelurahan Saripan, kabupaten Jepara. Subyek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal masing-masing untuk kelompok sebesar 45 subyek. Penentuan sindroma metabolik apabila memiliki ≥ 3 kriteria sindroma metabolik, yaitu lingkar pinggang ≥ 80 cm; tekanan darah ≥ 135/85 mmHg; kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL; kadar trigliserida ≥ 150 mg/dL. Data asupan isoflavon dan makronutrien diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ), sedangkan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil: Rata-rata asupan isoflavon pada kelompok sindroma metabolik dan pra sindroma metabolik adalah 17,8 mg/hari dan 44 mg/hari. Terdapat hubungan terbalik antara asupan isoflavon dengan sindroma metabolik pada wanita menopause (p=0,000; OR=6,8).Kesimpulan: Asupan isoflavon yang kurang merupakan faktor risiko terhadap peningkatan sindroma metabolik pada wanita menopause dengan besar risiko 6,8 kali.
Social distancing dan isolasi diri pada masa pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan asupan makan dan gaya hidup pada remaja. Peningkatan konsumsi makanan tinggi garam dan tinggi kalori serta penurunan aktivitas fisik mengakibatkan peningkatan angka obesitas sentral dan sindrom metabolik pada remaja. Asupan antioksidan berperan dalam mengurangi inflamasi pada kondisi obesitas sehingga dapat menurunkan angka sindrom metabolik. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hubungan asupan antioksidan (vitamin C, vitamin E, dan selenium) dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas masa adaptasi kebiasaan baru. Penelitian ini menggunakan survei analitik melalui pendekatan cross-sectional yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kota Cirebon. Sampel penelitian diperoleh melalui teknik purposive sampling yang terdiri dari 46 siswa usia 15-18 tahun mengalami obesitas. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rerata asupan vitamin C dan asupan selenium termasuk dalam kategori kurang. Asupan selenium berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas. Asupan selenium yang kurang berisiko 4,9 kali mengalami sindrom metabolik (p=0,023; OR=4,9; CI=1,16-21,02).
Eating disorders are complex psychological disorders that trigger unhealthy eating behaviors in children aged 3-5 years. This is caused by feeding patterns and inappropriate parenting in children. If this condition lasts for a long time and does not get proper treatment, it will cause nutritional problem and medical complications that can be life-threatening problems. Parents are role model for children in the process of forming children's behavior and dietary habits. Dietary habits of parent affect their children’s dietary habits. This study indicated that 86% of parents in Geeta School Kindergarten complain that their children do not like vegetables and fruit. Nutrition empowerment through “Ibu Cerdas Gizi” program so that nutrition knowledge increases. The activity, which was carried out using the lecture method using power point slides and leaflets, was held in January 2022 aimed at increasing mother’s nutrition knowledge. The results of this activity indicate that there was an increase in mother’s nutritional knowledge from 59,1 to 86,9. It is important to provide nutrition education to families and school throught cooking class and nutrition empowerment. ABSTRAK Eating disorders atau gangguan makan merupakan suatu gangguan psikologis kompleks yang memicu perilaku dan kebiasaan makan yang salah pada anak usia 3-5 tahun. Hal ini disebabkan oleh pola pemberian makan dan pola asuh yang tidak tepat pada anak. Apabila kondisi ini berlangsung lama dan tidak mendapatkan penanganan dengan tepat, maka akan menimbulkan permasalahan gizi dan komplikasi medis yang dapat mengancam jiwa. Orang tua merupakan panutan bagi anak dalam proses terbentuknya perilaku dan kebiasaan makan anak. Apabila orang tua tidak menyukai sayur dan buah, maka secara tidak langsung anak pun akan memiliki kebiasaan makan yang sama dengan orang tua. Sebanyak 86% orang tua anak yang bersekolah di TK Geeta School mengeluhkan bahwa anak mereka tidak menyukai sayur dan buah. Hal ini mendorong perlu dilakukannya pemberdayaan ibu sebagai orang tua melalui program ibu cerdas gizi agar pengetahuan gizi ibu meningkat. Kegiatan yang dilaksanakan dengan metode ceramah menggunakan slide power point dan leaflet ini diselenggarakan pada bulan Januari 2022 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan, bahwa terjadi peningkatan pengetahuan gizi ibu dari nilai 59,1 menjadi 86,9. Setiap TK diharapkan menyelenggarakan kelas memasak dan kelas parenting bagi orang tua siswa sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan gizi.
Elevated monocyte count is correlated to the decrease of renal function and disease progressivity on end-stage renal disease (ESRD) patients. Probiotic that utilize lactobacillus species is known to play a role in maintaining imunity system balance by inducing the monocyte apoptosis. The combination between probiotic and calcium carbonate could increase probiotic colonization in the gatrointestinal tract. The aim of this study was to analyze the effect of probiotic and calcium carbonate combination toward reduction of monocyte count on ESRD patient at Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Bogor Hospital. This study was true experimental research with randomized pre-post test control group design. Twenty four ESRD patient were randomly enrolled into treatment group (n=12) and control (n=12). The treatment group received probiotic and calcium carbonate, whereas control group received standardized calcium carbonate for 21 days. There was a significant decrease of monocyte (p=0.03) after administration of probiotic and calcium carbonate.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.