Covid-19 occurred in 2019-2021 made many deaths in around the world. Therefore, many families have lost their members. Losing family members will result in grief and role changes. This study aimed to reveal a picture of the resilience experienced by wives who lost their husbands died due to exposure to Covid-19. This study uses Qualitative method with a Phenomenological Strategy, involving a 29-year-old as a respondent or subject. The results show descriptions of a strong effort from subject as a wife which suffering a lost husband to get out of adiscard difficult situation. Self-esteem, spirituality, and positive emotions are factors owned by the wife to achieve a resilient itself. The external support factors as External factors that support are children's presence and support from people around, such as family and friends.
Konflik kondisi yang ditandai dengan gesekan antar pihak. Konflik tidak selalu menghasilkan akibat yang negatif. Kondisi positif juga kerap muncul mengikuti konflik yang terjadi. Ketepatan menyikapi atau memanage menjadi kunci bentuk akibat konflik. Johnson & Johnson (2014) membagi managemen konflik ke dalam dua kategori besar yaitu destruktif maupun konstruktif. Mahasiswa merupakan insan akademik yang diharapkan mampu menyikapi segala kondisi dengan baik. Hal ini menjadi harapan yang wajar karena mahasiswa diharapkan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Penelitian ini bertujuuan untuk melihat pola managemen konflik yang pilih oleh mahasiswa ditinjau dari lama dia studi di kampus. Penelitian ini melibatkan 164 mahasiswa. Pengukuran menggunakan conflict management style scale. Hasilnya menunjukkan bahwa umumnya mahasiwa menunjukkan gaya managemen konflik yang konstruktif, namun ada perbedaan pada tahun studi. Mahasiswa baru cenderung lebih destruktif dibanding dengan mahasiswa yang lama Kata Kunci: konflik, managemen konflik, mahasiswa Pendahuluan Dalam kajian psikologi dijelaskan bahwa manusia mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasi, dihargai oleh orang lain (Maslow, 1943). Ini menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tak bisa dipisahkan keberadaannya dari orang lain. Fitrah manusia ini bukan tanpa resiko, banyak terjadi problem di
Negara memberikan perhatian yang lebih pada anak-anka berkebutuhan khsuus. Lewat Permendiknas RI no 70 th 2009 peserta didik yang memiliki memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya. Peraturan ini merespon terus meningkatnya jumlah ABK di negeri ini. Menegemen sekolahpun terus dibenani dalam kaitannya memberikan pelayanan yang baik dalam pengajaran ABK. Namun disisi lain stigma masyarakat tentang ABK membuat proses belajar mengajar untuk ABK kurang maksimal. Masyarakat khususnya orang tua belum memahami bahwa ABK juga mempunyai keunggulan yang bisa dikedepankan. Guru, di sisi lain, mempunyai peran sentral dalam melihat potensi dan mengkomunikasikan pada keluarga ABK. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penguatan bagi guru untuk melakukan asesmen dan komunikasi pada ABK. Kegiatan ini dilaksanakan di SLB Putra Jaya Lowokwaru Malang. Hasilnya menunjukkan bahwa asesmen tentang ketunaan dan potensi berbasis multiple inteligent sangat dibutuhkan. Selain itu guru juga memerlukan kemampuan komunikasi kedukaan. Kegiatan ini telah memberikan pengetahuan pada guru tentang hal-hal yang dibutuhkan. Dari kegiatan ini juga dibutuhkan pelatihan dan praktek yang lebih inten lagi.
This study aims to identify the cultural quotient with the sample of Malang city students and to explore various factors in gender, study majors, and residence domicile. Sample of this research is college students in Malang city who originated from Java island and other island. To measure cultural intelligence in students, the instrument used in this research is CQS (Cultural Quotient Scale). This study revealed that the great potential of cultural intelligence within Malang's students. The results showed that 53% of Malang city students showed high scores in cultural intelligence survey. In addition, this study also revealed demographic variables such as local / non-local domicile, education majors, and gender did not give a different influence on individual cultural intelligence.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.