Latar Belakang: Hipertensi merupakan gangguan kronis yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Prevalensi hipertensi di Indonesia termasuk tinggi, Angka hipertensi di Kabupaten Jombang hampir mendekati angka hipertensi nasional. Prolanis merupakan program pengelolaan penyakit kronis di puskesmas yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup peserta.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan mengenai hipertensi pada peserta Prolanis perempuan di Puskesmas Brambang Kabupaten Jombang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest. Pengambilan sampel menggunakan metode insidental sampling dan didapatkan responden sebanyak 19 orang dengan kriteria inklusi diantaranya memiliki jenis kelamin perempuan, memiliki tekanan darah tidak normal dan memiliki kemampuan untuk mendengar, membaca dan menulis. Data dianalisis menggunakan paired sample T-test (uji T berpasangan) untuk mengetahui pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan mengenai hipertensi pada peserta Prolanis dengan nilai signifikansi 0,05 dan CI 95%.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor post-test meningkat 14,22% dari skor pre-test. Hasil uji t-test menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang hipertensi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan peserta Prolanis (p = 0,003).Kesimpulan: Pemberian edukasi mengenai hipertensi yang meliputi pengertian dan klasifikasi hipertensi, gejala, faktor penyebab, cara pengendalian, serta pemahaman terkait makanan yang harus dibatasi oleh penderita hipertensi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan peserta Prolanis.
Organic waste is a problem the cocoa industry has to handle. The industry produces a lot of cocoa bean husk, also called criollo cocoa husk. Cocoa bean husk is an underutilized cocoa waste that contains bioactive components in the form of phenols and flavonoids. Processed cocoa bean husk can be brewed as a functional beverage. The research objective was to test cocoa husk tea for sensory properties, bioactive components, and impact on blood cholesterol. This study used a randomized experimental design with six repetitions. Sensory data were processed using the Friedman and Wilcoxon signed-rank tests (α = 0.05) to determine the difference in sensory properties between each formulation of cocoa husk tea. The sensory evaluation involved 30 untrained panelists who gave the highest score to the formulation with 62.5% cocoa bean husk, 25% lemongrass, and 12.5% aromatic ginger, which could also reduce 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) free radicals (IC50 = 264.8675). The animal test showed that the cocoa husk formulation produced no significant difference (p > 0.05) in pre- and post-treatment, but was able to keep cholesterol within normal limits. Cocoa bean husk showed health benefits by its antioxidant properties and ability to control blood cholesterol.
The elderly population has a rapid development. The elderly is often labeled as unproductive, even as a burden on the family. Simple but effective skills activities can be an alternative solution. One of them is by making fermented single onion-based functional food products. This community service aims to extend the productive activities of the elderly population. Fermented garlic products can be consumed alone to improve health. In addition, products can be sold so that they can become additional income for the family. There were three methods, namely counseling, training and mentoring. Counseling related to the health of the elderly, training in making fermented single garlic directly to the target and assisting in implementing the flow of fermented garlic making until the product is successful. The community service program was carried out in the Elderly Group of Mulyosari Village, Surabaya with 50 participants. Counseling and training were carried out with visual power point materials, demonstrations on how to process fermented garlic, and direct practice with mentoring for 10 days until the product was finished. Conclusion: Community service in the form of counseling has an impact on increasing the knowledge of the elderly in Mulyosari Village. Training and assistance in making fermented garlic can also be practiced independently by the elderly as proven by the success of the finished product. This activity can increase the productivity of the elderly, benefit health by consuming it, and become a business opportunity. abstrakPenduduk lanjut usia memiliki jumlah perkembangan yang cukup pesat. Lansia seringkali diberi label tidak produktif, bahkan dicap beban keluarga. Kegiatan keterampilan yang sederhana namun tepat guna dapat menjadi alternatif solusinya. Salah satunya dengan membuat produk makanan fungsional berbasis bawang tunggal yang difermentasi. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperpanjang aktivitas produktif penduduk lansia. Produk bawang putih fermentasi dapat dikonsumsi sendiri untuk meningkatkan kesehatan. Selain itu produk dapat dijual sehingga dapat menjadi pendapatan tambahan keluarga. Terdapat tiga metode, yaitu penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Penyuluhan terkait kesehatan lansia, pelatihan pembuatan bawang putih tunggal terfermentasi secara langsung kepada sasaran, dan pendampingan penerapan alur pembuatan bawang putih terfermentasi hingga produk berhasil. Program pengabdian masyarakat terlaksana di Kelompok Lansia Kelurahan Mulyosari, Surabaya dengan peserta sebanyak 50 orang. Penyuluhan dan pelatihan dilakukan dengan materi visual power poin, demo cara pengolahan bawang putih fermentasi, dan praktik langsung dengan pendampingan selama 10 hari hingga produk jadi. Kesimpulan: Pengabdian masyarakat berupa penyuluhan berdampak pada peningkatan pengetahuan lansia Kelurahan Mulyosari. Pelatihan dan pendampingan pembuatan fermented garlic juga mampu dipraktikkan secara mandiri dengan baik oleh lansia yang dibuktikan dengan keberhasilan produk jadi. Kegiatan ini mampu meningkatkan produktivitas lansia, bermanfaat bagi kesehatan dengan mengonsumsinya, dan menjadi peluang usaha.
Rice bran and red beans are one of food items that contain high dietary fiber and can be processed into traditional snacks such as baked getuk (cassava cake). Elderly needs enough fiber to support their metabolism. This study aims to analyze the effect of rice bran and red bean substitution of getuk toward its acceptance and dietary fiber contents. This study was an experimental study with a completely randomized design. There were four treatments of rice bran and red beans substitution (F0 = 0% rice bran, 0% red beans); (F1 = 10% rice bran, 13% red beans); (F2 = 13% rice bran, 10% red beans), (F3 = 17% rice bran, 7% red beans). This study further involved 30 untrained elderly and pre- elderly panelists (45–80 years). Acceptance was measured using a hedonic questionnaire on a scale of 1 to 6. Statistical analysis of acceptability differences was completed using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test with α ≤ 0.05. In results, there were significant differences between F1, F2, F3, and F0 on all characteristics (color, aroma, texture, taste) with p = 0.001, and the acceptance rating from highest to lowest was F3, F2, F1, respectively. The organoleptic test results further showed that the panelists mostly preferred the F3 formula (17% rice bran and 7% red beans). There was no significant difference in dietary fiber content between each formula, F1 contains 9.250 grams of dietary fiber (30.8% RDA), F2 contains 9.242 grams of dietary fiber (30.8% RDA), and F3 contains 9.235 grams of dietary fiber (30.7% RDA). This study proved that rice bran and red red beans substitution to getuk improves its fiber content and also having good acceptability.
Wabah Covid-19 mulai pada tahun 2020 lalu tidak hanya menyerang kesehatan masyarakat, namun juga menyebabkan krisis dari segi ekonomi. Khususnya pada lansia yang memiliki kondisi fisiologis yang lebih rentan terhadap kejadian Covid-19, maupun untuk melakukan aktivitas bernilai ekonomis. Pengembangan usaha berbasis produk pangan fungsional menjadi salah satu solusi untuk mendapat manfaat kesehatan dan ekonomis sekaligus. Pengabdian masyarakat dilakukan dengan tujuan analisis prospek kelayakan usaha bagi komunitas lansia sebagai dasar pengembangan lebih lanjut. Sebagai metode kegiatan ditempuh dalam dua tahap, yaitu pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan fermented garlic pada komunitas lansia, serta tahap kedua yaitu analisis bisnis dengan model canvas yang terdiri dari sembilan kategori komponen bisnis. Hasilnya, tahap pertama kegiatan yang berupa pelatihan dan pendampingan pembuatan fermented garlic pada kelompok lansia di kelurahan Kalisari, kecamatan Mulyosari, Surabaya mendapat timbal balik yang baik dimana komunitas lansia berhasil membuat fermented garlic yang sesuai. Hasil analisis model usaha dengan pendekatan metode canvas, produk fermented garlic sebagai produk pangan fungsional yang memiliki keunggulan pada manfaat kesehatan, serta memiliki peluang pengembangan usaha dan keuntungan bernilai ekonomis dengan mengaplikasikan sembilan komponen yang terdapat dalam bisnis model canvas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.