Background Bipolar disorder is associated with circadian disruption and a high risk of suicidal behavior. In a previous exploratory study of patients with bipolar I disorder, we found that a history of suicide attempts was associated with differences between winter and summer levels of solar insolation. The purpose of this study was to confirm this finding using international data from 42% more collection sites and 25% more countries. Methods Data analyzed were from 71 prior and new collection sites in 40 countries at a wide range of latitudes. The analysis included 4876 patients with bipolar I disorder, 45% more data than previously analyzed. Of the patients, 1496 (30.7%) had a history of suicide attempt. Solar insolation data, the amount of the sun’s electromagnetic energy striking the surface of the earth, was obtained for each onset location (479 locations in 64 countries). Results This analysis confirmed the results of the exploratory study with the same best model and slightly better statistical significance. There was a significant inverse association between a history of suicide attempts and the ratio of mean winter insolation to mean summer insolation (mean winter insolation/mean summer insolation). This ratio is largest near the equator which has little change in solar insolation over the year, and smallest near the poles where the winter insolation is very small compared to the summer insolation. Other variables in the model associated with an increased risk of suicide attempts were a history of alcohol or substance abuse, female gender, and younger birth cohort. The winter/summer insolation ratio was also replaced with the ratio of minimum mean monthly insolation to the maximum mean monthly insolation to accommodate insolation patterns in the tropics, and nearly identical results were found. All estimated coefficients were significant at p < 0.01. Conclusion A large change in solar insolation, both between winter and summer and between the minimum and maximum monthly values, may increase the risk of suicide attempts in bipolar I disorder. With frequent circadian rhythm dysfunction and suicidal behavior in bipolar disorder, greater understanding of the optimal roles of daylight and electric lighting in circadian entrainment is needed.
<p><strong>Pendahuluan: </strong>Kecemasan merupakan keadaan patologis yang ditandai dengan gejala fisiologis dan gejala psikologis, gejala-gejala tersebut dapat terjadi berbeda pada setiap orang dan situasi. Pada kehamilan, risiko terjadinya kecemasan akan meningkat. Memasuki trimester tiga, ibu hamil dapat merasa cemas akan keselamatan dirinya maupun keselamatan bayinya. Saat merasa cemas, akan terjadi peningkatan kadar noradrenergik akibat stimulasi sistem saraf simpatis yang akan menyebabkan berkurangnya siklus REM, sehingga meningkatkan frekuensi terbangun di malam hari dan menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Kecemasan dapat menurunkan kadar GABA sehingga seseorang akan sulit untuk menginisiasi tidur.</p><p><strong>Metode: </strong>Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 32 ibu hamil trimester tiga di Puskesmas tanjung Karang Mataram, dengan teknik <em>consecutive sampling</em>. Alat pengambilan data pada penelitian ini adalah kuesioner <em>Hamilton Anxiety Rating Scale </em>(HARS) untuk mengukur tingkat kecemasan dan kuesioner <em>Pittsburgh Sleep Quality Index </em>(PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji korelasi spearman.<strong></strong></p><p><strong>Hasil dan pembahasan: </strong>Penelitian menyatakan bahwa tingkat kecemasan berpengaruh terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester tiga di Puskesmas Tanjung Karang Mataram dengan P <em>value</em> <0,001 (P <em>value</em> < 0.5) dan r = 0.731 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat.</p><strong>Kesimpulan: </strong>Tingkat kecemasan berpengaruh terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester tiga di Puskesmas Tanjung Karang Mataram.
Gangguan jiwa adalah salah satu penyakit medis yang banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia, termasuk di Provinsi NTB. Namun pengetahuan masyarakat akan gangguan jiwa masih sangat rendah. Hal ini terkait stigma terhadap gangguan jiwa itu sendiri, dan kurangnya tenaga kesehatan jiwa di Indonesia. Dahulu, penanganan gangguan jiwa lebih dipusatkan pada Rumah Sakit Jiwa yang sarana dan prasarananya juga terbatas. Oleh sebab itu, penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan jiwa dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum di Provinsi NTB. Provinsi NTB merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan angka gangguan jiwa terbanyak. Kasus pasung terhadap gangguan jiwa berat juga masih umum dijumpai. Pengetahuan masyarakat yang kurang terhadap gangguan jiwa, adanya stigma, mitos yang salah, dan kurangnya tenaga kesehatan jiwa, membuat banyak kasus gangguan jiwa di Provinsi NTB tidak tertangani dengan baik. Dengan dibukanya edukasi dan pelayanan kesehatan jiwa di RS Prof. Mulyanto Universitas Mataram, diharapkan dapat menambah penegtahuan masyarakat dan menambah cakupan layanan kesehatan jiwa di Provinsi NTB. Kegiatan ini terdiri atas dua aktivitas. Pertama pemberian materi tentang kesehatan jiwa pada pasien-pasien di instalasi rawat jalan RS Prof. Mulyanto Universitas Mataram. Kegiatan ini dilakukan secara berkala setiap minggu bergantian antar anggota tim PPM selama bulan Mei-Agustus 2019. Selanjutnya juga dibuka layanan rawat jalan kesehatan jiwa (psikiatri), dimana masyarakat yang ingin berobat terkait gangguan jiwa yang dialaminya atau masyarakat yang ingin mengetahui (skrining) apakah dirinya mengalami gangguan jiwa atau tidak, dapat berkonsultasi dan ditangani oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater). Kata Kunci: Edukasi; Pelayanan; Kesehatan Jiwa.
Latar Belakang : Penggunaan Smartphone semakin meningkat selama dekade terakhir ini terutama pada kalangan remaja. Penggunaan yang berlebihan dapat menghadirkan kebiasaan tidak sehat dan tidak terkontrol yang disebut dengan kecanduan. Paparan cahaya biru smartphone dapat mengganggu irama sirkadian sehingga mempengaruhi kualitas tidur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada siswa SMAN 1 Mataram di Kota Mataram dan SMAN 1 Gunungsari di Kabupaten Lombok Barat. Metode : Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional terhadap 150 siswa yang diambil menggunakan purposive sampling. Data kecanduan smartphone dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version dan data kualitas tidur dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Data dianalisis menggunakan uji statistik Gamma. Hasil : Pada penelitian ini menunjukkan 77 siswa (51,3%) mengalami kecanduan smartphone dan 55 siswa (26,7%) memiliki risiko tinggi kecanduan smartphone, sedangkan ditinjau dari kualitas tidur didapatkan 90 siswa (60%) mengalami kualitas tidur buruk. Berdasarkan analisis uji statistik Gamma didapatkan nilai signifikansi p=0,017 dan nilai koefisien korelasi r=-0,339. Simpulan : Terdapat hubungan bermakna antara penggunaan smartphone dengan kualitas tidur siswa. Sehingga diharapkan agar siswa dapat mengontrol penggunaan smartphone untuk mengurangi risiko kualitas tidur yang buruk.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.