Saat ini lahan pertanian tanaman pangan di Gondoarum, Wonokerto, Turi mengalami penyusutan sehingga untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan masyarakat harus membeli di warung atau pasar. Salah satu lahan yang potensial untuk dikelola menjadi lahan pertanian untuk menghasilkan bahan pangan adalah pekarangan. Sebagian besar masyarakat Gondoarum merupakan petani, namun yang mengelola halaman dan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan masih terbatas, karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilannya. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan tujuan menjadikan pekarangan rumah di Gondoarum menjadi lahan pertanian produktif. Program pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan metode partisipatif, melalui beberapa tahapan mulai dari koordinasi dan sosialisasi kepada masyarakat, implementasi di lapangan, sampai monitoring dan evaluasi dengan melibatkan Tim Pelaksana dari UMY, ibu-ibu PKK, Kepala Dukuh dan Ketua RT serta Ketua RW. Program pengabdian pada masyarakat telah berjalan baik dengan tingkat partisipasi masyarakat Gondoarum cukup tinggi, dan memberikan hasil masyarakat mampu mengelola pekarangan dan mampu mewujudkan halaman asri, teratur, indah dan nyaman, serta produktif. Program pengabdian pada masyarakat telah memberikan kemanfaatan yang luas dengan mampu menyediakan berbagai bahan pangan dari hasil panen di pekarangan dalam masa pandemi Covid-19.
Gondoarum, Wonokerto, Turi, Sleman berada di lereng selatan Gunung Merapi dengan lahan berupa tegalan tadah hujan. Pada beberapa tahun terakhir, luas lahan pertanian tanaman pangan di Gondoarum banyak mengalami penyusutan karena ditanami salak pondoh. Menyiasati kondisi tersebut, salah satu alternatif solusinya adalah memanfaatkan halaman dan pekarangan rumah sebagai lahan budidaya tanaman melalui program Hatinya PKK (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman Pembinaan dan Kesejahteraan Keluarga). Untuk mewujudkan program Hatinya PKK di Gondoarum, dilakukan pengabdian pada masyarakat dengan tujuan mengelola pekarangan rumah menjadi lahan pertanian produktif, serta meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan masyarakat Gondoarum dalam mengelola lahan pekarangan untuk budidaya tanaman. Pengabdian pada masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari koordinasi dan sosialisasi kepada masyarakat, implementasi di lapangan, sampai monitoring dan evaluasi. Program pengabdian pada masyarakat telah berjalan dengan baik diikuti oleh pengurus dan anggota PKK, serta didukung oleh Ketua RT dan Kepala Dukuh Gondoarum, dengan dibimbing oleh Tim Pelaksana dosen dan mahasiswa UMY. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Gondoarum dalam kegiatan tinggi, masyarakat lebih terampil dalam mengelola pekarangan dan mampu mewujudkan Hatinya PKK yang produktif. Program Hatinya PKK di Gondoarum telah memberikan kemanfaatan yang luas dengan mampu menyediakan sebagian bahan pangan dari hasil panen di pekarangan terutama pada masa pandemi Covid-19.
Donokerto merupakan salah satu desa di Kecamatan Turi, Sleman yang merupakan lahan pertanian, dengan tanaman utamanya adalah salak pondoh. Selama ini, lahan pekarangan di Desa Donokerto lebih banyak ditanami salak pondoh. Pekarangan tersebut akan dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif menghasilkan bahan pangan. Jika program ini dapat dijalankan oleh masyarakat secara meluas maka akan terwujud Desa Mandiri Pangan. Untuk mewujudkan desa mandiri pangan, dilakukan pengabdian pada masyarakat Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM). Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu koordinasi dengan Pemerintah Desa Donokerto, sosialisasi dan penyuluhan, praktek pengelolaan lahan, serta pendampingan dan pembinaan masyarakat. Hasil pengabdian pada masyarakat menunjukkan bahwa warga masyarakat Donokerto, Turi sebagai penerima program memberikan tanggapan yang positif dengan mengikuti kegiatan secara penuh dan menyampaikan apresiasi karena sudah mendapatkan bekal pengalaman dan ketrampilan dalam mengelola pekarangan untuk pertanian (budidaya tanaman) maupun perikanan. Untuk mewujudkan Donokerto sebagai Desa Mandiri Pangan Berbasis Pekarangan, diperlukan komitmen, semangat, dan motivasi seluruh masyarakat, serta dukungan dari Pemerintah Desa, dan mengembangkan kegiatan yang mendukung program tersebut.
Soybean is an important food crop for Indonesia after rice and corn. Soybean productivity in Indonesia is still low because most farmers use monoculture cropping patterns which has many weaknesses. Intercropping is an alternative to increase soybean productivity because it has many advantages. Soybeans can be intercropped with corn because the two plants have different physical characteristics, physiology and growth patterns. This research aimed to obtain information about the diversity and abundance of weeds in soybean and corn intercropping. The study was conducted using a single factor treatment design which will be arranged in a single plot field design, using Grobogan variety soybean and Bisma variety corn. The treatment was the proportion of soybean and corn populations which consisted of 4 proportions, i.e. 2:1, 3:1, 4:1, and 5:1, and monoculture soybeans were also planted as a control. Observations on weeds were carried out at the age of 2, 8, and 12 weeks after planting (before harvest) with vegetation analysis. The size of each sample is 0.5 m x 0.5 m with 15 sample plots/plots. The results showed that based on the summed dominance ratio (SDR) in the research area, 16 species of weeds were dominated by broadleaf weeds, with the dominant types of weeds being Phyllanthus urinaria L., Eleusine indica L., and Oryza sativa L. The results showed that based on the Summed Dominance Ratio (SDR) in soybean there were 16 species of weeds that were dominated by broadleaf weeds, with the dominant types of weeds being Phyllanthus urinaria L., Eleusine indica L., and Oryza. sativa L. Weeds growing on soybean intercropping with corn and soybean monoculture have a medium diversity index (H').
Lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan hak bagi setiap orang. Muhammadiyah mempunyai komitmen terhadap lingkungan, hidup bersih dan pendidikan sehat. Pendidikan di sekolah Muhammadiyah lingkungan PCM Turi sudah diupayakan agar mengarahkan pada pendidikan karakter, namun hasilnya belum optimal. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah program Muhammadiyah Green School (MGS). Permasalahannya adalah wawasan dan keterampilan sekolah Muhammadiyah di Turi tentang MGS masih terbatas. Program pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan, serta mewujudkan MGS di sekolah Muhammadiyah di Turi. Pengabdian pada masyarakat dilakukan menggunakan pendekatan community development dan partisipatif, dengan beberapa metode yaitu pendidikan masyarakat, pelatihan, difusi ipteks dan konsultasi. Sasaran program pengabdian pada masyarakat adalah SD Muhammadiyah Dadapan, SMP Muhammadiyah Turi, dan SMK Muhammadiyah 2 Turi sebagai pilot project Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi, focus group discussion (FGD), workshop, implementasi MGS di sekolah, pembinaan, serta monitoring dan evaluasi. Program MGS di sekolah Muhammadiyah di Turi sudah terlaksana melalui green curriculum, green community, dan green school, dan green culture. Dengan pendampingan oleh guru dan pembinaan dari UMY, MGS di sekolah Muhammadiyah di Turi dapat terwujud dan mampu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk interaksi akademik dan sosial, serta menjadi media pendidikan karakter.
Abstract. Setiawan A, Monik DT, Charles Y, Lestari ER, Ruciyansah Y, Anwar Z. 2021. An assessment of Sumatran elephant presences (Elephas maximus sumatranus) in Kotaagung Utara (Lampung, Indonesia) as a potential tourism attraction. Biodiversitas 22: 5397-5407. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kotaagung Utara is a region of approximately 56.02 ha, consisting of 8.82% forest cover and 91.18% non-forest cover. This region has a high diversity of flora and fauna and has potential as a tourist destination with various and unique biophysical attractions. One of the special features of this location is the presence of Sumatran elephants [Elephas maximus sumatranus (Temminck, 1847)]. Wild elephants in KPH are a tourism potential that can be developed to become a tourism attraction. The objectives of this research were to find out the elephant home ranges and the right window of time to observe the Sumatran elephants and assess safety, security, and convenience considerations for visitors to observe wild elephants. The method used in the research was an observation, and the results were qualitative data. The data collection’s elephants movement through the use of GPS Collar from 2017-2020. The study identified that there are 16 wild elephants known as the Bunga group. The elephants can be observed from 7:30 to 12:00 am or 3:00 to 6:00 pm, with a duration of 3 hours per day. Steps can be taken to increase visitor’s safety, security and convenience with the building of a treehouse, evacuation route, use of binoculars, and Personal Protective Equipment (PPE).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.