Self-regulation is considered as one of the success key for students. Self-regulation process involves one's activities to produce thoughts, feelings, and actions, to plan and continuously to adapt in order to achieve the targeted goals. This study aims to describe the experiences of best students in self-regulating themselves, particularly in improving their achievement as a student as endorsed by the university. Two students who won the Best Students Competition held by a university had participated in this study. A qualitative phenomenological approach was used in this study. Data was collected using interview and subsequently were analyzed using the transcendental phenomenological method. The study focused on finding meaning and understanding the selfregulatory process of students in pursuing their academic achievement. The findings showed that self-regulation was defined as having an integrated thoughts, feelings, and actions, continuously, and targeted in pursuing the achievement. Self-regulation was a process in guiding self towards a holistic person, academically (to be a best student), socially (to be a good child as well as a good sister), and existentially (to be a useful person). Keywords: self-regulation, best student AbstrakRegulasi diri dipandang sebagai salah satu kunci keberhasilan mahasiswa. Proses regulasi diri melibatkan keaktifan seseorang dalam menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan, merencanakan serta terus-menerus mengadaptasikannya guna mencapai tujuan-tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman regulasi diri dalam konteksnya, menyangkut motif, proses dan hal-hal apa saja yang mendukungnya, terutama untuk secara praktis mendukung upaya peningkatan prestasi mahasiswa yang dicanangkan di perguruan tinggi. Subjek penelitian ini adalah dua orang mahasiswa yang meraih gelar Mahasiswa Berprestasi lewat kompetisi tahunan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi di tingkat universitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan metode fenomenologi transendental untuk analisis data wawancara. Penelitian ini berfokus pada penemuan makna dan pemahaman proses regulasi diri Mahasiswa Berprestasi dalam usahanya mencapai prestasi. Diketahui bahwa regulasi diri bagi Mahasiswa Berprestasi adalah dimilikinya sejumlah pikiran, perasaan, dan tindakan yang berkesesuaian, berkesinambungan dan fokus pada tujuan berprestasi. Regulasi diri adalah proses membawa diri menuju pencapaian tujuan menjadi manusia yang utuh; secara akademik (menjadi mahasiswa berprestasi), sosial (menjadi anak yang berbakti dan kakak teladan) maupun eksistensial (menjadi manusia yang bermanfaat). Kata kunci: regulasi diri, mahasiswa berprestasi PENDAHULUANKeinginan bangsa Indonesia untuk keluar dari keterpurukan dan meraih kejayaan memberikan tanggung jawab besar terhadap dunia pendidikan tinggi untuk bisa mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas. Perguruan tinggi bagaikan kawah candradimuka, tempat menggodok mahasiswa agar ia siap berkiprah di masyarakat dan mendukung pembang...
This article discusses concept and measurement of online friendship in an Indonesian context. Online friendship is considered to be superficial due to the lack of face-to-face interaction and emotional intimacy. Based on grounded theory research, online friendship consists of five dimensions: caution, voluntariness, companionship, sharing, and mutual support (Study 1). UGM's Online Friendship Scale was developed as measurement of online friendship (Study 2). Initial set of items was administered to university students (N = 42) and resulted in 21 reliable items (r = .408-.687). Construct validity testing was appropriately used for the data (Bartlett's Test = 1174.1 (p<.05), KMO values = .837). CFA confirms that the online friendship scale is multidimensional. The factor loads came up with four dimensions: sharing (30.197%), voluntariness (8.576%), companionship (8.256%), and mutual support (7.769%). Sharing (information and knowledge) was the dimension with highest contribution, indicating online friendship serves more as means of networking between users rather than social bonding.
Pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial memainkan peran penting dalam pembangunan dengan meningkatkan literasi masyarakat. Program transformasi perpustakaan yang dicanangkan oleh Perpustakaan Nasional ini menuntut perpustakaan di daerah untuk lebih berperan lebih sebagai pusat program-program literasi, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Tantangan yang dihadapi Perpustakaan “Rumah Pintar” di Desa Sedayu, Muntilan, Magelang adalah minimnya ide kreatif dan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk program literasi, sementara kebutuhan masyarakat desa untuk membangun literasi fungsional semakin besar terlebih di masa pandemi Covid-19. Dilatarbelakangi masalah tersebut, maka diperlukan program literasi digital untuk merevitalisasi peran perpustakaan di Desa Sedayu. Tujuan: 1) Mengatasi konsekuensi negatif penggunaan teknologi digital yang menghambat peningkatan kemampuan literasi fungsional keluarga dan anak usia sekolah di Desa Sedayu, dan 2) merevitalisasi peran perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat Desa Sedayu. Strategi: Mengadakan penyuluhan dan pelatihan literasi digital berdasarkan hasil analisis kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan: Penyuluhan optimalisasi fungsi telepon pintar sebagai alat literasi dan belajar untuk keluarga dan pelatihan penggunaan telepon pintar/ internet yang bernilai edukasi untuk anak dilaksanakan pada 12-15 Oktober 2020. Pelaksanaan acara terpusat di gedung Perpustakaan “Rumah Pintar” dan melibatkan sebanyak 9 orang ibu rumah tangga dan 20 anak. Hasil: Berdasarkan hasil pengukuran kepuasan peserta penyuluhan, para ibu mengetahui batasan penggunaan smartphone pada anak dan waktu yang tepat memberikan smartphone kepada anak. Peserta anak mengetahui manfaat edukatif penggunaan teknologi digital sebagai alat untuk belajar dan berlatih membuat karya kreatif dengan tutorial yang diperoleh dari internet. Program ini menghasilkan sejumlah luaran, di antaranya modul-modul pelatihan, poster karya peserta untuk dekorasi ruang perpustakaan, dan publikasi kegiatan di media massa.
This study aims to describe the dynamics of entrepreneurial decision making and the development of entrepreneurial spirit in students who are self-employed. The researcher used phenomenology to understand the psychological dynamics in students who are self-employed. The results of the study are starting from the subject decision making of entrepreneurship is related to several factors, namely internal and external factors. Internal factors related to the desire to be independent to meet needs, want to help, like challenges and seek freedom. External factors related to family and other people. This research found that an entrepreneur must have a strong commitment and consistency towards his business. An entrepreneur should also have good interpersonal skills, this is important for building relationships. Even so, the entrepreneurial spirit in students still needs to be improved, especially on commitment, consistency, and decision making.
This article reports development of new scale to measure entrepreneurial characters. Entrepreneurial Characters Scale (SK-WIRA) measures personality traits indicating a person’s capacity to engage in entrepreneurial activity and can be used to study tendency and suitability to work as entrepreneur. In preliminary study, entrepreneurial character is operationalized based on concepts found in literatures: achievement motivation, innovativeness, risk taking, and autonomy. Four SK-WIRA subscales were constructed according to those dimensions. In phase 1 item selection, exploratory factor analysis and reliability analysis were applied. Initial set of SK-WIRA constituted of 40-48 items per subscale was administered to university students (N = 130). It is found that items were not clustered based on the theory, but item types (favorable-unfavorable). Therefore, it is predicted that entrepreneurial characters and non-entrepreneurial characters are probably two different constructs and need to be measured using different tools. Final compilation of SK-WIRA consists only 22 items (all is favorable items) with good internal consistency (Cronbach’s α = .863). Phase 2 construct validity test using confirmatory factor analysis (CFA) confirms that SK-WIRA consists of four correlated factors. The examination of scale internal structure shows good model fit (c2/df = 244.077/205; RMSEA = .038; CFI = .943; TLI = .936; SRMR = .069).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.