Abstrak- Di Politeknik Negeri Samarinda akan dibangun sebuah sistem jaringan monitoring konsumsi energi listrik di tiap gedung. Untuk membangun jaringan komunikasi sistem monitoring diperlukan sistem komunikasi yang dapat bekerja dengan baik. Dengan mempertimbangkan luas Politeknik Negeri Samarinda yang sebesar 10 hektar dan jarak antara gedung yang cukup jauh, salah satu teknologi radio yang dapat digunakan adalah LoRa (Long Range). Walaupun LoRa diklaim dapat mencapai jarak hingga 20-30 kilometer pada kondisi line of sight (LoS), kondisi kampus Politeknik Negeri Samarinda yang berbukit-bukit dan penuh gedung bertingkat bisa menyulitkan jaringan komunikasi yang akan dibentuk. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran link komunikasi LoRa untuk mengetahui apakah ia layak digunakan pada jaringan monitoring di Politeknik Negeri Samarinda. Kelayakan dinilai berdasar parameter RSSI, SNR, dan packet loss (PL) yang diperoleh dari hasil pengukuran pada unit receiver yang diletakkan dalam beberapa gedung, dengan sinyal yang dipancarkan dari unit sender yang dipasang di luar gedung Laboratorium Teknik Elektro. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua jenis frekuensi LoRa yaitu 433 MHz dan 915 MHz. Walaupun sesuai keputusan Menkominfo alokasi frekuensi kerja LoRa di Indonesia adalah 915 MHz, penelitian pada frekuensi kerja 433 MHz juga dilakukan sebagai pembanding unjuk kerja. Dari hasil pengukuran, tampak bahwa baik pada frekuensi 433 MHz maupun 915 MHz, nilai RSSI yang lebih besar dari -120 dB dan SNR yang lebih besar dari -20 dB, juga nilai PL yang lebih kecil dari 3%, menunjukkan bahwa teknologi LoRa untuk digunakan sebagai jaringan komunikasi sistem monitoring di Politeknik Negeri Samarinda. Juga diperoleh bahwa performa LoRa dengan frekuensi kerja 433 MHz lebih baik dibanding LoRa dengan frekuensi 915 MHz. Begitu juga, hasil yang diperoleh dari antenna Yagi-Uda, umumnya lebih baik dan konsisten dibanding hasil yang diperoleh dari antenna rubber duck. Kata Kunci : LoRa, RSSI, SNR, Packet Loss.
Abstract—A water management system is being developed in Politeknik Negeri Samarinda (Polnes). The system consists of a number of sensor node (SN) that is always connected to a gateway/sink. Communication network between SNs and gateway is considered to utilize radio technology. As the campus area reaches 10 hectare, long range (LoRa) radio technology might be the candidate. Eventhough LoRa, in its specification, could cover the distance of around 15 km in line of sight condition, Polnes campus that has hilly terrain with several storey buildings may reduce the coverage of LoRa. Hence, in this research, the received signal strength (RSSI) was measured to find the possibility of LoRa being the communication network infrastructure. At the location where the gateway would be installed, a 433 Mhz LoRa transmitter was operated to continuously send data packets. A LoRa receiver was brought to every future SN locations to measure the RSSI. The measurement by the receiver that was equipped with a rubber duck antenna (3 dBi gain) showed that the RSSI is between -107 dB to -85 dB for the distance of up to 165 meter. Meanwhile, by the use of a Yagi antenna with the gain of 7.37 dBi, the RSSI value is between -100 dB to -80 dB. All of those results verify that LoRa is capable for the communication infrastructure of Polnes water management system.
Silicon Controlled Rectifier (SCR) is one of the components studied in the Power Electronics course at the Department of Electrical Engineering, Samarinda State Polytechnic. Therefore, in the SCR learning process, a practicum module is needed as a learning support tool. The practicum modules in the Power Electronics laboratory are prone to damage and are difficult to repair, so updating tools with simpler maintenance and operation needs to be done. In the module that has been designed, the operation of the SCR is carried out by detecting the zero crossing point on the sinusoidal waveform of the source voltage. Detection is carried out by the zero cross detector module which then sends pulses to the Arduino Mega. The pulse will be used by Arduino Mega to send a trigger pulse signal to the SCR gate leg. The delay time of the trigger pulse is set by the program in the Arduino to get the desired triggering angle. In the test, the SCR module was operated as a single-phase half-wave controlled rectifier, a single-phase full-wave controlled rectifier with a center-tap transformer, a bridge system single-phase full- wave controlled rectifier, and a three-phase half-wave controlled rectifier. As a result, the triggering angle is inversely proportional to the value of the output voltage and current parameters. As the value of the trigger angle is increased, the value of the output voltage and current of the controlled rectifier will decrease.
Dalam masa pandemi COVID-19 (coronavirus disease 2019) di mana penyakit yang dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk) resiko penularan dapat terjadi di tempat umum termasuk pintu gerbang area parkir di mana petugas parkir berjarak sangat dekat dengan pengemudi. Untuk mengatasi hal itu, pada penelitian ini dibuat smart parking gate (dalam bentuk miniatur), di mana akses untuk memasuki area parkir dilakukan secara otomatis dengan menggunakan e-KTP melalui teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Sistem terdiri dari RC522 sebagai sensor RFID, kamera untuk mengambil gambar pengemudi, Wemos D1 R2 (yang dilengkapi modul WiFi ESP8266) sebagai prosesor dan pengirim data melalui, servo motor untuk penggerak palang gerbang, dan server untuk menyimpan data base. Setelah proses rancang bangun dilakukan proses pengujian tiap bagian dan secara keseluruhan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat bekerja dengan baik seperti yang diharapkan.
Warga perumahan Bukit Pinang Bahari terutama di RT 1, 2, dan 3, Kelurahan Gunung Panjang, Kecamatan Samarinda Seberang telah mendapatkan kepercayaan dari Walikota Samarinda untuk meningkatkan kesejahteraan warganya melalui program Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB). Beberapa usaha yang dilakukan oleh warga dan pengurus Kampung KB seperti pembangunan area pancing, penyebaran ikan Nila, Bawal, dan Patin, lomba memancing telah menarik banyak masyarakat penggemar kegiatan memancing tidak hanya masyarakat perumahan, tetapi juga masyarakat lain dari luar perumahan. Besarnya minat masyarakat menyebabkan aktifitas pemancingan tidak hanya dilakukan di pagi hingga sore hari, tetapi juga pada malam hari. Oleh karenanya, diperlukan fasilitas penerangan terutama untuk area pancing di sekitar danau. Pada awalnya, beberapa warga perumahan yang tinggal di sekitar danau menyumbangkan aliran listrik untuk digunakan sebagai sumber penerangan. Akan tetapi setelah berjalan sebulan, biaya listrik yang membengkak signifikan dikeluahkan oleh warga. Untuk mengatasi hal tersebut, maka tim mengusulkan solusi berupa PLTS sistem off grid yang dapat menyediakan energi listrik secara mandiri. Kapasitas PLTS telah disesuaikan dengan anggaran yang diperoleh dari Politeknik Negeri Samarinda melalui P3M.
Jaringan monitoring penggunaan energi listrik yang dikembangkan Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) telah dipasang di lima gedung dalam kampus Polnes sejak tahun 2020 dan menjalani running test selama hampir dua tahun. Walaupun hampir tidak pernah menjalani perawatan, sistem ini secara umum bekerja dengan baik dan hanya mengalami penggantian satu unit mikrokontroler. Walaupun demikian, kemampuan sistem ini perlu terus ditingkatkan antara lain dengan mengubah pola komunikasi yang awalnya searah menjadi dua arah. Pengubahan pola ini akan meningkatkan kemampuan jaringan karena operator tidak hanya bisa mendapatkan data yang dikirim secara regular oleh unit-unit sensor node (SN) tetapi juga mampu mengatur data apa yang diinginkan, bahkan mampu mengatur aktuator yang diletakkan pada SN. Metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi modifikasi mekanisme protokol komunikasi, modifikasi paket data, pemrograman gateway dan SN, dilanjutkan dengan pengujian, dan analisa hasilnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sembilan jenis perintah dengan tiga inisiator yang berbeda telah menghasilkan mekanisme yang sesuai dengan perencanaan.
Abstrak- BJT (Bipolar Junction Transistor) sebagai sakelar adalah salah satu pokok bahasan pada mata kuliah elektronika daya dan membutuhkan modul praktikum sebagai media dalam proses pembelajarannya. Modul praktikum yang sudah ada relatif kompleks sehingga penulis membuat rancang bangun yang lebih sederhana sehingga mudah untuk diperbaiki saat terjadi kerusakan serta komponen penggantinya mudah untuk ditemukan. BJT dapat berfungsi sebagai sakelar dengan memanfaatkan dua modenya yaitu saturation dan cut off. Pada perancangan modul, penyakelaran dikendalikan oleh Arduino Mega dengan sinyal PWM (Pulse Width Modulation) pada terminal basis, baik BJT NPN maupun BJT PNP. Berdasarkan pengujian saat cut off untuk BJT NPN dan BJT PNP pada beban resistor maupun resistor dengan induktor, nilai tegangan beban 0 V dan arus beban 0,003 A. sedangkan saat saturation pada beban resistor untuk BJT NPN, nilai tegangan beban 11,45 V dan arus beban 0,572 A dan BJT PNP, nilai tegangan beban 11,45 V dan arus beban 0,573 A. pada beban resistor dengan induktor untuk BJT NPN, nilai tegangan beban 11,81 V dan arus beban 0,122 A dan BJT PNP, nilai tegangan beban 11,79 V dan arus beban 0,121 A.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.