AbstrakPenelitian ini mengungkapkan peran stress kerja pada hubungan Persepsi Konflik antara pekerjaan dengan Keluarga yang dialami oleh karyawan CV Bali Aquarium yang pada satu sisi menghadapi tuntutan kerja yang melebihi jam kerja normal, kondisi kerja yang berisiko terhadap keselamatan jiwa karena harus menyelam di laut untuk menanam terumbu karang dan di sisi yang lain memiliki kewajiban sosial sebagai warga masyarakat dan anggota keluarga. Dari perspektif Job demand -control Model penelitian ini mengukur stres kerja yang dialami karyawan, dalam hubungan antara konflik yang dialami antara pekerjaan dan keluarga dengan kepuasan kerja yang dibahas dari perspektif Two Factors Theory. Data dikumpulkan dari karyawan perusahaan yang berjumlah 39 orang untuk pengujian hipotesis. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa persepsi konflik pekerjaan -keluarga berkorelasi dengan stres kerja dan kepuasan kerja. Stres kerja menjadi mediator hubungan antara persepsi konflik pekerjaan dengan keluarga dengan kepuasan kerja. Implikasi temuan penelitian merekomendasikan bahwa manajemen perlu mengendalikan stres dengan mengurangi beban kerja karyawan yang padat dan memberikan waktu istirahat yang cukup dan memberikan waktu untuk melaksanakan aktivitas lain. Kondisi ini mengakibatkan pekerrjaan tidak menarik bagi karyawan dan karyawan merasa tidak diakui pencapaian yang dimiliki.Kata kunci: Stres kerja, konnflik pekerjaan-keluarga, kepuasan kerja.
Latar Belakang MasalahCV. Bali Aquarium merupakan perusahaan yang bergerak dibidang eksportir ikan hias dan terumbu karang (coral)yang didirikan pada tahun 1989 dengan tujuan pasar Eropa dan Asia. Perusahaan mempekerjakan 50 orang karyawan yang dituntut mampu bekerja dengan standar kerja yang tinggi. Karyawan harus siap untuk bekerja lembur, maupun bekerja diluar jam kerja normal untuk melakukan pengiriman ikan maupun terumbu karang pada pagi hari, maka karyawan harus bekerja sejak dini hari pukul 02.00. Pekerjaan juga memiliki resiko keselamatan yang tinggi karena harus menyelam untuk menanam maupun memanen terumbu karang. Sebagai mahluk sosial karyawan juga memiliki peran sosial. Peran sosial ini meliputi peran sebagai ayah, ibu, warga masyarakat/banjar yang harus dilaksanakan pada saat yang sama dengan pelaksanaan pekerjaan dari perusahaan.Tuntutan pekerjaan dan pelaksanaan peran sosial individu karyawan dapat memicu stress, yang didefinisikan sebagai kondisi tertekan yang di alami karyawan, akibat tuntutan pekerjaan dan pelaksanaan peran sosial yang melebihi kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Berdasarkan the job demands-control model (Karasek , 1979) stres adalah dampak interaktif antara tuntutan pekerjaan dan kontrol individu. Stres kerja dapat terjadi karena pekerjaan INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 1, Nomor 3, Juni 2018