Wanita Dalam Islam

Abstract

AbstrakEmansipasi wanita dalam ajaran Islam selalu menjadi bahan diskusi yang menarik, karena ada anggapan bahwa ajaran Islam diskriminatif terhadap wanita. Benarkah Islam diskriminatif? Hal ini perlu diteliti dan dibuktikan. Dalam perspektif sejarah dapat dibuktikan bagaimana Islam telah mengangkat derajat wanita, ini dapat dilihat dengan mengkomparasikan kondisi wanita pra Islam dengan pasca Islam. Dari perspektif Syari'ah dapat dibuktikan bahwa hakikatnya tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan wanita di hadapan hukum Islam. Perspektif Al-Qur'an juga membuktikan bahwa Allah selalu mendudukkan laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama, tidak ada diskriminasi dalam Al-Qur'an. Berdasarkan tiga perspektif di atas, terbukti bahwa Islam telah mengangkat derajat kaum wanita, sehingga terjadi kesetaraan antara wanita dengan laki-laki. Dalam Islam ada bagian ajaran yang bersifat absolut dan ada yang bersifat relatif; yaitu yang merupakan ajaran-ajaran pokok (ushul) yang ada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan yang merupakan hasil pemikiran manusia (ijtihad) tentang perincian dan penjabaran (furu') tentang cara pelaksanaan ajaran-ajaran pokok tersebut. Dalam berijtihad manusia sangat mungkin terpengaruh oleh budaya yang ada, termasuk yang masih patrilineal. Sementara itu teks-teks Al-Qur'an dan Hadts (ajaran pokok) telah menggariskan prinsip dan semangat kesetaraan jender, oleh karena itu perlu dilakukan reinterpretasi untuk menghasilkan pemahaman-pemahaman yang sesuai dengan prinsip dan semangat ajaran pokok Islam tersebut.

Peran Wanita Karir Terhadap Pola Pengasuhan Anak

“…Sehingga bisa merubah mindset masyarakat agar tidak terus menerus mengkonotasi bahwa tugas wanita hanya di rumah saja (Junaidi & Sukanti, 2022;Moghadam, 2019). Penggunaan istilah wanita karir sekaligus bisa difungsikan untuk kepentingan promosi agar wanita bisa berperan aktif dalam profesi-profesi yang selama ini masih di dominasi laki-laki dan bisa juga untuk kepentingan mengubah pola pikir masyarakat yang masih berpandangan konservatif, bahwa fitrahnya wanita bekerja itu terkait dengan urusan internal rumah tangga seperti berhias, masak dan melahirkan (Muhibbin, 2011).…”

Covid-19 and Violence Againts Women: an Islamic Perspective

“…In the pre-Islamic Arab period, women were a disgrace for their families or even could be inherited (Magdalena, 2017). Meanwhile, men are emblems of strength and power that each of their births welcomed in pride and happiness (Muhibbin, 2011). Nevertheless, other historical records also reveal the presence of the honorable woman, Queen Saba, who had the power and the higher position more than the male did (Abbott, 1941).…”

“…Moreover, the arrival of Islam has raised the degree of women to equate with men. During the dynasty of Abasia, there was a woman who became a political ruler of Delhi in 634 H/1236 M (Muhibbin, 2011). This historical fact led to construct a new form to explain the male and female identity relationship that understood through a result of social construction that could differ in each village, each area, and each country called gender (Petrikowski, 2014).…”

“…Furthermore, in the worse spread of the pandemics COVID-19, a lengthy dialogue on gender dimension is more specific to women's issues and invites much attention. In the Islamic perspective, women and men are different in their biological needs, roles, and responsibilities at the same time, both of them are alike in the value of their dignity (Muhibbin, 2011). According to the World Bank Group report on Gender Dimensions of the COVID-19 Pandemic, a gender difference in pandemic affects varied, access, and handling to both them.…”

Fenomena Eksploitasi Perempuan Oleh Media

“…Dalam perspektif sejarah dapat dibuktikan bagaimana Islam telah mengangkat derajat perempuan hal ini dapat dilihat dengan mengkomparasikan kondisi wanita pra Islam dengan pasca Islam (Muhibbin, 2011). Dari perspektif syariah dapat dibuktikan bahwa hakekatnya tidak ada diskriminasi aantara laki-laki dan wanita dihadapan hokum Islam.…”