Ukuran Perusahan Sebagai Variabel Kontrol Dalam Determinan Struktur Modal Manufaktur

Abstract

Studi ini mengangkat beberapa tujuan yaitu (1) menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal,(2) menganalisis pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal,(3) menganalisis pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal,(4) membandingkan hasil analisis keseluruhan baik dengan veriabel kontrol maupun tanpa variabel kontrol ukuran perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020 yaitu sebanyak tujuh perusahaan. Sampel dalam penelitian ini, diambil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan . Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan terpilih sampel sejumlah lima perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan pendekatan regresi yang mana pengolahannya menggunakan bantuan program Eviews Versi 12, mengingat data yang dianalisis berbentuk data panel. Berdasarkan uji model, baik melalui uji determinasi maupun uji F statistik didapat hasil yang sangat baik. Hipotesis pertama yang menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal belum dapat diterima (ditolak). Hipotesis kedua yang menyatakan risiko bisnis berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal belum dapat diterima (ditolak). Hipotesis ketiga yang menyatakan struktur aktiva berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal dapat diterima. Hasil perbandingan dengan melibatkan variabel kontrol ukuran perusahaan, dapat dijelaskan bahwa model lebih baik tanpa variabel kontrol karena hasilnya bersifat menekan atau melemahkan model yang diangkat.

Pengaruh Ex-politics BOC dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terkoneksi Politik

“…Sedangkan, untuk meningkatkan ukuran perusahaan harus berasal dari kekuatan internal perusahaan. Sesuai dengan karakteristik perusahaan pertambangan yang dapat dikatakan "large firm" yang memiliki cash flow yang tinggi, sehingga ketika perusahaan memerlukan tambahan dana untuk pembiayaan investasi, maka perusahaan akan membuat keputusan untuk menggunakan pendanaan internal berupa retained earning Wardita et al (2021). Kedua, diambil dari sudut pandang investor yang lebih tertarik dengan koneksi politik dewan komisaris (Patriarini, 2020).…”