The wild plants used as traditional medicines by indigenous people of Manokwari, West Papua

Lense, Obed

doi:10.13057/biodiv/d130208

Cited by 22 publications

(15 citation statements)

References 16 publications

(18 reference statements)

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Zuhud (2009) has studied the potential of Indonesian tropical forests as a support for natural medicines for protecting national health. Lense (2012) has studied wild plants as traditional medicines in Manokwari, West Papua, Indonesia. Silalahi et al (2015) have reported the local knowledge of medicinal plants and diversity of medicinal plants in the Kabanjahe traditional market, North Sumatra, Indonesia.…”

Section: Introductionmentioning

confidence: 99%

Diversity and distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia

et al. 2019

View full text Add to dashboard Cite

Abstract. Rahmawaty, Samosir JB, Batubara R, Rauf A. 2019. Diversity and distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Biodiversitas 20: 1457-1465. The plants found in Universitas Sumatera Utara (USU) Arboretum has the potential to be utilized by the local community to meet their food and medicinal needs. The objectives of this study were to calculate the species diversity, to find out the various parts of plants utilized for medicinal purposes and to map the distribution of medicinal plants in the arboretum. Survey and interview methods were used to collect data. The species diversity was determined using Shannon-Wiener index. Geographic Information System (GIS) was used to map the distribution of medicinal plants. The results showed that there were 17 species of medicinal herbs, 21 species of trees and 12 species of poles in the arboretum. The diversity was classified as moderate based on the calculated value. The most predominant part of plants utilized for medicinal purposes were leaves. The distribution of medicinal plants was mostly clustered and uneven. The condition indicates still there is scope for additional planting of medicinal species to increase the diversity of species, especially in the western and the northern part of the arboretum.

show abstract

Section: Introductionmentioning

confidence: 99%

Diversity and distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia

et al. 2019

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…C. fruticosa (L.) A. Chev. merupakan tumbuhan monokotil dengan dengan penebalan pada bagian batang dan rhizoma (Lense 2012;Fouedjou et al 2016;Reddy et al 2016).…”

Section: Cordyline Fruticosa (L) a Chevunclassified

Eksplorasi dan Inventarisasi Tumbuhan Obat Lokal Berpotensi sebagai Antiinflamasi di Tiga Suku Dayak, Kalimantan Selatan

Suryatinah¹,

Budiarti²,

Wijaya³

et al. 2020

BPN

View full text Add to dashboard Cite

<p>Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai salah satu alternatif bahan baku pengganti obat sintetis masih belum terinventarisasi secara lengkap sehingga perlu dilakukan inventarisasi penggunaan ramuan yang digunakan oleh pengobat tradisional pada suku-suku setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menginventarisasi tumbuhan obat lokal sebagai antiinflamasi pada tiga suku Dayak di Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di tiga suku Dayak di Kalimantan Selatan, yaitu Dayak Pitap, Dayak Deyah, dan Dayak Harakit. Penelitian menggunakan metode survei eksploratif dengan variabel bebas pengobat tradisional (battra) yang ada di<br />setiap suku dan variabel tergantung yaitu ramuan obat tradisional, tumbuhan obat (TO) yang digunakan dalam ramuan inflamasi, serta kearifan lokal dalam pengelolaan pemanfaatan TO. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan teknik terstruktur dan bebas. Hasil eksplorasi diperoleh sembilan belas tumbuhan obat lokal yang berpotensi sebagai antiinflamasi yang digunakan oleh Dayak Pitap, Dayak Deyah, dan Dayak Harakit di Kalimantan Selatan, yaitu penawar seribu atau Euphorbia tithymaloides L., kaminting atau Aleurites<br />moluccanus (L.) Willd., kayu kusi atau Koompassia excelsa (Becc.) Taub., sarai atau Cymbopogon citratus (DC.) Stapf., halinjuang habang atau Cordyline fruticosa (L.) A. Chev., hambawang atau Mangifera foetida Lour., kacang panjang atau Vigna unguiculata (L.) Walp., lombok atau Capsicum sp., tengkutut asu atau Murraya koenigii (L.) Spreng., sangkurukut atau Triumfetta rhomboidea Jacq., terong pipit atau Solanum torvum Sw., limau kuit atau Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle, bubuta atau Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., hantata atau Bridelia glauca Blume, sungharus atau Neonauclea calycina (Bartl. ex DC.) Merr., bakung atau Lilium sp., tibaran atau Pennisetum purpureum Schumach., binjai atau Mangifera caesia Jack., dan katuk atau Sauropus androgynus (L.) Merr.</p>

show abstract

“…Papua sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan obat, diantaranya adalah untuk menyembuhkan luka, menurunkan demam dan meringankan nyeri (Lense, 2012 adanya tansisi electron dari gugus tidak jenuh (Mahatriny, Payani, Oka, & Astuti, 2014 (Maulita, Arvin , & Sumantri , 2009). Alkaloid mampu merusak lapisan peptidoglikan sehingga dinding sel bakteri lisis dan menyebabkan kematian sel bakteri (Darsana , Besung, & Mahatmi, 2012).…”

Section: Daun Gatal Tersebar Telah Banyak Dimanfaatkan Oleh Masyarakaunclassified

Aktivitas Antibakteri Herba Daun Gatal (Laportea interupta L. Chew) terhadap Staphylococcus aureus dan Escerichia coli

Pertiwi

2019

htc

View full text Add to dashboard Cite

Krisis resistensi antibiotic terjadi karena penggunaan antibiotic yang tidak tepat dan berlebihan (Ventola, 2015). Semakin meningkatnya angka resistensi antibiotik menjadi alasan untuk mengembangkan senyawa anti bakteri baru dari alam. Laportea interupta L. Chew adalah salah satu tanaman liar yang sering dikenal dengan nama daun gatal. Kandungan fitokimia yang terkandung juga tinggi, diantaranya adalah senyawa flavonoid dan fenolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri herba daun gatal terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan perbandingan 1:5. Uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dengan menggunakan media sumuran. Masing-masing pengujian dilakukan dengan kontrol positif tetrasiklin, kontrol negatif, dan 3 seri konsentrafi ekstrak, yaitu 40%, 50%, dan 60%. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar sumuran. Hasil pengujian skrining fitokimia menunjukkan bahwa herba daun gatal mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin dan glikosida. Pengujian terhadap bakteri S. aureus menunjukkan bahwa pada konsentrasi ekstrak 60% memberikan hasil intermediet antibakteri dengan diameter zona hambat 15,68 cm. Sedangkan pada E. coli menghasilkan hasil intermediet pada konsentrasi ekstrak 50% dan 60% dengan diameter zona hambat masing-masing 12,30 cm dan 13,27 cm. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri, disimpulkan bahwa ekstrak daun gatal memberikan aktivitas antibakteri terhadap S. aureus maupun terhadap E.coli yang ditunjukkan dengan terbentukanya zona hambat disekitar sumuran.Kata kunci : antibakteri, S. aureus, E.coli, herba daun datal

show abstract

The wild plants used as traditional medicines by indigenous people of Manokwari, West Papua

Cited by 22 publications

References 16 publications

Diversity and distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia

Diversity and distribution of medicinal plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia

Eksplorasi dan Inventarisasi Tumbuhan Obat Lokal Berpotensi sebagai Antiinflamasi di Tiga Suku Dayak, Kalimantan Selatan

Aktivitas Antibakteri Herba Daun Gatal (Laportea interupta L. Chew) terhadap Staphylococcus aureus dan Escerichia coli

Contact Info

Product

Resources

About