Oxford Handbooks Online 2014
DOI: 10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.026
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Politics of Memory

Abstract: This chapter considers the definitional and disciplinary politics surrounding the study of memory, exploring the various sites of memory study that have emerged within the field of communication. Specifically, this chapter reviews sites of memory and commemoration, ranging from places such as museums, monuments, and memorials, to textual forms, including journalism and consumer culture. Within each context, this chapter examines the ways in which these sites have interpreted and reinterpreted traumatic pasts b… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
1
0
3

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
6
1

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 10 publications
(7 citation statements)
references
References 26 publications
(44 reference statements)
0
1
0
3
Order By: Relevance
“…Dengan menampilkan Jenderal Soedirman dan Brigjen Slamet Riyadi sebagai ikon monumen, memori kolektif masyarakat seolah sengaja dibentuk dalam kerangka narasi yang mengagungkan tokoh-tokoh besar dengan berorientasi pada nasionalisme. Fenomena tersebut nampak sejalan dengan pernyataan Maurantonio (2014) yang menyebutkan bahwa situs-situs penting seperti museum dan monumen atau tugu peringatan mempunyai arti yang penting sebagai kekuatan retorik untuk menumbuhkan narasi yang dapat menjadi jangkar bagi identitas kolektif. Dengan demikian, Monumen Palagan Tumpak Rinjing mempunyai andil yang besar dalam pembentukan memori kolektif masyarakat yang sesungguhnya mengalami distorsi karena ingatan yang dibentuk justru mengaburkan peran tokoh-tokoh lokal.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dengan menampilkan Jenderal Soedirman dan Brigjen Slamet Riyadi sebagai ikon monumen, memori kolektif masyarakat seolah sengaja dibentuk dalam kerangka narasi yang mengagungkan tokoh-tokoh besar dengan berorientasi pada nasionalisme. Fenomena tersebut nampak sejalan dengan pernyataan Maurantonio (2014) yang menyebutkan bahwa situs-situs penting seperti museum dan monumen atau tugu peringatan mempunyai arti yang penting sebagai kekuatan retorik untuk menumbuhkan narasi yang dapat menjadi jangkar bagi identitas kolektif. Dengan demikian, Monumen Palagan Tumpak Rinjing mempunyai andil yang besar dalam pembentukan memori kolektif masyarakat yang sesungguhnya mengalami distorsi karena ingatan yang dibentuk justru mengaburkan peran tokoh-tokoh lokal.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Situs-situs penting seperti museum dan monumen atau tugu peringatan disebut mempunyai kekuatan retorik untuk menumbuhkan narasi yang dapat menjadi jangkar bagi identitas kolektif (Maurantonio, 2014). Hal tersebut nampaknya terjadi pada Monumen Palagan Tumpak Rinjing yang dibangun dengan ikon Jenderal Soedirman dan Brigjen Slamet Riyadi, yang sesungguhnya tidak terkait langsung dengan Pertempuran Tumpak Rinjing, sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang pembangunan monumen.…”
Section: Persatuan Pemuda Pejuang Pacitan (P4) Yang Kemudian Berkembang Menjadiunclassified
“…Z kolei, "czas pamięci" to popularne określenie Pierra Nory na pamięcioznawczy boom końca XX w.; zob. Nora, 2011 oraz Maurantonio, 2014. nadużycia z okresu wojny (podtrzymywane teraz -poza nielicznymi, najbardziej nagłośnionym przez media przypadkami -poprzez korzystny dla funkcjonariuszy wojskowych przebieg procesów sądowych). Co więcej, wraz z upływem lat walkę o prawa zaginionych skomplikował dodatkowo fakt, iż lokalizowanie i badanie anonimowych mogił okazało się zagrażać interesom nie tylko służb mundurowych, ale również uwikłanych w działania wojenne cywilów 20 .…”
Section: Tytułem Zakończeniaunclassified
“…Maurantonio, in his paper, claims: "to remember is to place a part of the past in the service of conceptions and needs of the present.' Thus the consideration of memory requires less attention to 'issues of accuracy' or 'authenticity' than it does to the values, beliefs, and norms shaping cultures at a particular historical juncture" [8]. In the process of writing about historical events, the act of remembering or even forgetting becomes political in nature.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%