The Elements of Secularization in The Universal Declaration of Human Rights

Abstract

Human Rights is a concept proposed by the West for supporting the justice and the welfare of human life, both in the realm of security, health, and others. In this case, the Western's experience after two great wars has made them focus a lot on the formulation of human rights. This is evident from several declarations on human rights initiated by European countries, one of which is the Universal Declaration of Human Rights (UDHR). However, within the UDHR, many doctrines originate from the Western worldview, such as Secularization, Liberalization, etc. If it is examined this path, is inseparable from one of the world's great dark organizations called Freemasonry, which gave the doctrinal stigma in the formulation of the UDHR. The researcher uses the descriptive analytical research method to examine the orientation of Freemasonry and analyze the formulation of human rights with their roots of thought. In this paper, the researcher finds that as a political movement that provides breakthroughs in new ideas, Freemasonry is a thought movement that deserves to be studied, because of its closed attitude but has a fundamental influence on several facts, one of which is the Universal Declaration of Human Rights itself. The aspect of secularization is

Perspectivas Contemporáneas: Un Análisis De Los Derechos Humanos en El Debate Actual

“…Los derechos humanos se fundamentan en la dignidad de la vida humana, exigiendo que su existencia sea respetada y protegida. Este campo, que evoluciona continuamente para mejorar sus principios globales, se complica tras la adopción de la Declaración Universal de los Derechos Humanos, la cual exige adaptarse a las diversas perspectivas mundiales (Hidayat et al, 2022). Hoy en día, la legislación internacional de derechos humanos dicta los estándares gubernamentales para cumplir con expectativas globales, estableciendo un marco moral para evaluar y, en caso de que sea necesario, criticar a los Gobiernos que no cumplan con estas normas (Caro, 2022).…”

Hak Asasi Manusia; Studi Komparatif antara Orientasi Kebebasan Manusia Perspektif Buddhisme dan Islam

“…Hal ini juga didukung oleh Rene Provost, yang menyatakan bahwa dalam sejarahnya, HAM klasik merupakan usaha untuk menghubungkan serta membuat regulasi atas hubungan antara manusia, negara dan institusi-institusi dalam mendukung keberlangsungan hidup manusia (Provost, 2002). Sejarah HAM sendiri juga mengalami perubahan dari beberapa masa, berbagai macam perspektif dan deklarasi bermunculan dengan landasan worldview yang berbeda-beda (Hidayat et al, 2022). Hal ini dikuatkan dengan penelitian berjudul The Evaluation of Human Rights; An overview in Historical Perspective yang menjelaskan bahwa konsep HAM merupakan pembahasan yang telah berlangsung sejak lama, pengaruh berbagai macam landasan serta framework menjadikan wacana HAM memiliki sudut pandang berbeda dan orientasi tujuan yang berbeda pula (Kamruzzaman & Das, 2016).…”

“…Salah satu dari rencana yang telah dilakukan oleh Barat adalah orientasi kebebasan berkehendak, namun menurut Bilgrami & Akeel (2016) problem HAM yang masih banyak diwarnai dengan aspek-aspek dan elemen-elemen sekulerisasi tersebut menyebabkan proses pencetusan dan pemaknaan kebebasan juga bersifat sekuler. Bahkan justru mengarahkan pemahaman kebebasan pada kerancuan makna kebebasan itu sendiri (Hidayat et al, 2022).…”

“…Selain itu era modern ini HAM sebagai patokan kedudukan kemanusiaan justru mengalami kesulitan didalam proses penyetaraan dan penerapan kebebasan tersebut, manusia secara fitrah tidak bisa dibiarkan bebas, kemudian orientasi kebebasan mengakar ada disakralisasi nilai, nihilisasi otoritas dan berujung pada kebenaran yang bersifat relatif. Problem desakralisasi dan relativitas kebenaran tersebut muncul sebagai alasan kerancuan HAM tidak kunjung menemukan titik terang, perdebatan yang selalu memiliki aspek kepentingan pribadi muncul sebagai tendensi dibalik cetusan-cetusan konsep dan wacana isu HAM tersebut (Hidayat et al, 2022).…”

“…Setiap individu berhak memilih sebuah tindakan, pilihan dan cara bersikap tanpa intervensi dari pihak diluar individu tersebut. Setiap manusia yang terlahir memiliki hak-hak dasar yang wajib dipenuhi oleh orangorang disekitarnya, baik dalam bentuk masyarakat dan komunitas maupun institusi negara (Hidayat et al, 2022). Namun seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, HAM yang dicetuskan tersebut dilandasi dengan framework berpikir sekuler yang tidak menyertakan pertimbangan dogmatis agama dan norma-normanya didalam HAM tersebut.…”