The basic principles of radiological interpretation

Abstract

Radiologic interpretation is a complex process which involves the application of an appropriate algorithm in the study of radiologic images and the ability to understand the meaning and to weight the various findings, ultimately contributing to diagnosis. Prerequisites include the knowledge of orofacial radiologic anatomy and the various pathoses which may arise or manifest in this region of the body. An understanding of the strengths and limitations of the modality employed is also essential. The process of interrogating radiologic images for abnormalities varies, depending on the modality. This paper outlines the basic steps involved in the radiologic examination of abnormalities which affect the jaws, primarily in relation to plain 2-D imaging.

Inferior alveolar nerve injury: Correlation between indicators of risk on panoramic radiographs and the incidence of tooth and mandibular canal contact on cone‐beam computed tomography scans in a Western Australian population

“…Panoramic radiographs were obtained as hard copy films and examined in a dimly‐lit room on a standard radiographic light box, as per recommended ideal viewing conditions . Three final‐year dental students evaluated the panoramic radiographs, employing a consensus approach.…”

Gambaran border dan periosteal reaction lesi rahang pada radiograf

“…Beberapa lesi malignan lain juga dapat memiliki border sklerotik ini. 4,5 Jika suatu lesi memiliki border yang kabur (illdefined), hal tersebut dapat ditandai dengan gambaran berupa perubahan gradual dari kondisi abnormal sampai normal pada jaringan tulang ataupun gambaran border yang agresif dan infiltratif (Gambar 7). Gambaran border ini umumnya ditemukan pada kasus inflamatif dan juga keganasan.…”

“…2,3 Pemeriksaan radiografi hingga saat ini masih menjadi salah satu jenis pemeriksaan penunjang pertama dan penting dilakukan dalam menginvestigasi sebuah lesi rahang. 1,4 Gambaran yang tampak dalam hasil radiograf, meskipun terkadang tidak spesifik, seringkali banyak membantu dalam mengenali dan membedakan kondisi jinak atau ganas. Evaluasi radiologis terhadap perubahan gambaran anatomi jaringan normal yang terlihat secara tepat dan mendalam dapat memberikan pertimbangan yang signifikan pada diagnosis dan perencanaan perawatan pasien selanjutnya.…”

“…Evaluasi radiologis terhadap perubahan gambaran anatomi jaringan normal yang terlihat secara tepat dan mendalam dapat memberikan pertimbangan yang signifikan pada diagnosis dan perencanaan perawatan pasien selanjutnya. 4 Beberapa penanda dan karakteristik khas yang dapat kita amati dengan lebih spesifik dalam radiograf pada suatu lesi rahang seperti bentukan pinggiran (border) dan reaksi pembentukan tulang baru (periosteal reaction), dapat menjadi panduan dalam membantu penegakkan diagnosis dan menyempitkan differential diagnosis. 1,[4][5][6] WHO pada tahun 1992 mengklasifikasikan lesi pada rahang menjadi tiga jenis, yakni lesi kistik, tumor jinak (benign) dan lesi tumor ganas (malignant).…”

“…4 Beberapa penanda dan karakteristik khas yang dapat kita amati dengan lebih spesifik dalam radiograf pada suatu lesi rahang seperti bentukan pinggiran (border) dan reaksi pembentukan tulang baru (periosteal reaction), dapat menjadi panduan dalam membantu penegakkan diagnosis dan menyempitkan differential diagnosis. 1,[4][5][6] WHO pada tahun 1992 mengklasifikasikan lesi pada rahang menjadi tiga jenis, yakni lesi kistik, tumor jinak (benign) dan lesi tumor ganas (malignant). 7 Melalui bentukan border pada radiograf, kecenderungan dari suatu lesi termasuk dalam klasifikasi yang mana dapat kita lihat dengan lebih mudah.…”